Thursday, August 30, 2007

Hikmah Penculikan Raisah

Drama penculikan Raisah baru saja usai.Yang menarik dari peristiwa ini adalah pelaku penculikan yang berstatus Ustadz beserta muridnya. Berbaju koko rapih, berjenggot, berpoligami, istri bercadar, pekerjaan mulia berdagang buku Islam dan memiliki toko. Apa yang salah?

Ini hal yang menarik dicermati, bagimana seorang yang menjalankan perintah agama secara ketat, terjebak kepada perilaku setan. Menculik untuk mengharapkan tebusan, luar biasa biadabnya. Demikian frustasinyakah orang tersebut, sehingga Allah tidak lagi dijadikan tempat bersandar? Memalukan dan mencoreng agama, mengedepankan simbol keagamaan namun berperilaku seperti orang kafir.

Hal ini bukan yang pertama terjadi, beberapa waktu lalu seorang ibu yang juga dikenal sebagai muslimah yang taat dan suami yang aktivis mesjid, dengan ‘tenang’ menghabisi nyawa ketiga anaknya. Naudzubillah.

Hal-hal di atas masih bisa kita maklumi apabila dilakukan oleh orang-orang yang tidak pernah atau jarang beribadah kepada Allah, tetapi ini dilakukan oleh orang yang menegakkan aturan-aturan Allah dengan ketat??

Semuanya berlatar belakang ekonomi. Yang menarik Allah sudah menyatakan peringatannya secara gamblang tanpa perlu menafsirkan.

268. Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan; sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (Al-Baqarah)

Larangan membunuh anak ada di 2 tempat:

151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)(Al-Anam)

31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.(Al Israa’)

Saat membaca ayat ini maka seakan-akan logika kita terasa jungkir balik. Apa yang kurang dari pelaku-pelakunya? Keimanan kepada firman Allah seakan-akan hilang, lepas, bahkan diinjak-injak dengan melanggarnya.

Kemiskinan tidak dapat diselesaikan hanya dengan pikiran, logika, strategi dan ikhtiar. Ia ada dalam wilayah berserah diri (bukan putus asa. Bereserah diri seperti nama agama ini Islam), berkeyakinan kuat bahwa Allah telah membagi rizki kepadanya diusahakan atau tidak diusahakan. Seandainya dia harus mati kelaparanpun malaikat akan menyambutnya. Ini wilayah keimanan yang luar biasa sulit dilaksanakan. Orang lebih pasrah (dalam arti putus asa) kepada kepusingan tiada ujung karena pikiran dan ikhtiar seakan sudah tidak membawa hasil. Mendengar ayat atau nasehat hanya menambah kedukaannya.

Melewati kejadian-kejadian kecil, biasa dalam kehidupan sehari-hari tanpa perasaan ingat kepada Allah, mensyukuri nikmat, adalah kemaksiatan yang banyak dilakukan oleh siapapun juga. Materi berderajat cukup, anak-anak yang lucu, pikiran sehat, keislaman, keimanan dianggap hal yang biasa-biasa saja. Semuanya terjadi karena godaan hawa nafsu yang menganggap kebahagiaan terletak pada berlimpah harta, kesenangan, kemewahan, istri-istri cantik, popularitas, mobil mewah, rumah mewah, pakaian bagus.

Apa yang kurang dari memiliki toko buku Islami, istri dua. Apa yang kurang dari anak-anak yang sholeh, lucu, dan sehat? Jawabnya hanya satu….ketiadaan rasa sukur dan merenungi karunia Allah yang telah dilimpahkan hari ini. Stress kita saat ini bukan karena takut bermaksiat kepada Allah atau hilangnya keimanan. Stress kita saat ini lebih karena takut kehilangan pendapatan, uang, rizki , dan keinginan-keinginan keduniawian yang masih banyak yang belum kita raih, dan setan, Insya Allah tidak akan pernah berhenti untuk membisikkan apa-apa yang kurang dari dunia kita. Stress kita lebih karena kita perasaan hasad, tamak, loba, serakah, dengki. Sehingga berapapun harta yang anda punya hari ini, stress itu tetap akan ada.

Kerja kita telah jauh dari makna ibadah, karena sangat sedikit waktu kerja kita yang menimbulkan rasa ingat kepada Allah. Ibadah, memiliki toko buku Islam, zikir, tilawah, sholat sekalipun kalau tidak disertai perasaan ingat kepada Allah akan menimbulkan hal-hal seperti di atas. Bahkan Allah dengan nada yang keras mencela saat kita lalai dalam sholat, apalagi lalai dalam keadaan tidak beribadah atau maksiat.

Celakalah orang-orang yang sholat, yaitu orang yang lalai dalam sholatnya(Al-Maa’uun).


Sekali lagi Allah akan kehilangan sifat MahaNya dalam diri kita saat kita hanya mendekatinya dengan pendekatan teks, akal dan logika. Allah harus kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, sekecil-kecilnya, seluas-luasnya. Hati adalah tempat yang luas yang mampu menemukanNya dan merasakan kehadiranNya dalam hidup dan kehidupan kita. Allah Maha Lembut, dekatilah dengan kelembutan terhadap sesama, Allah Maha Pemberi, dekatilah dengan banyak memberi, Allah Maha Mengawasi mengetahui apa yang kita perbuat, Allah Maha Menjaga menjaga harta, amal, keislaman dan keimanan kita hari ini, Allah Maha Menyantuni sehingga binatang melata buta masih dapat hidup hari ini….temukanlah sekarang ini juga dalam hati anda. Dialah Allah yang Lahir maupun yang Batin, saat sisi lahir dan batin seimbang makan saat tidak diberi kebutuhan lahir, maka kekayaan batin akan tetap memberikan kita kekuatan dan sebaliknya. Wallahualam.

3. Dialah yang Awal dan yang Akhir yang Zhahir dan yang Bathin]; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(Al-Hadiid)

11. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.(Al-Jumu’ah)--->
Allah sebaik-baiknya pemberi rizki, bukan perusahaan, orangtua, anak, rekan, bos.

100…….. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Yusuf)

1 comment: