Monday, May 17, 2010

Pengajaran-pengajaran Ibn Athaillah dalam Al Hikam (1)

"Allah yang Haq itu tidak tehalangi (tertutup). Sesungguhnya yang terhalang adalah kamu dari melihat kepadaNya. Sebab seandainya ada sesuatu yang menghalangiNya, pastilah Allah tertutup. Setiap yang menutup harus lebih besar. Sedangkan Allah adalah Zat yang Menguasai semuanya." (Ibn Athaillah)

Sesungguhnya Allah tidak tertutup. Seandainya manusia tidak bisa melihat kepadaNya karena adat tutup yang menutupi manusia, bukan Allah. Jika seseorang ingin sampai kepada Allah, serta masuk kehadiratNya, pertama-tama dia harus mencari cela dirinya. Kemudian mengobati cela itu. Dengan banyak bertobat, menjalankan ketaatan, dan menyingkirkan keburukan dari dalam hati dan perbuatannya. Dengan mengobati cela maka tabir penghalang lambat laun akan terbuka.

Tiada yang mampu menghalangi Allah karena Dia Maha Besar. Kalau sesuatu menutupiNya mka sesuatu itu harus lebih besar, sedangkan tidak ada yang lebih besar dari Allah. Maha Suci Allah dari kekurangan.

Apabila Allah menghendaki menghilangkan tabir yagn menutupi manusia kepada siapa saja yang dikehendakiNya, niscaya orang itu akan bisa melihat Zat yang tidak ada sesuatupun yang dapat menyamaiNya. Dialah Allah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Setiap muslim harus beritikad kuat untuk melihatNya.


"Keluarkanlah dari sifat-sifat kemanusiaanMu yang buruk dari setiap sifat yang dapat merusak sifat penghambaanMu agar kamu dapat menyambut panggilan Allah yang Haq, dan hadiratNya lebih dekat."

Tidak akan pernah sampai kepada Allah orang yang memiliki sifat tercela, seperti: ujub, riyaa', takabbur, dengki dan sejenisnya. Orang-orang yang merasa menempuh jalan spiritual tapi belum bisa meninggalkan sifat-sifat buruk akan tersaring menuju tingkatan berikutnya, dan kembali ke tingkatan awal, yaitu tobat. Jadi orang-orang yang memiliki maqam spiritual yang tinggi akan jauh dari sifat-sifat buruk dan tercela.

Cara membuang sifat-sifat buruk tersebut adalah dengan riyadah (latihan yang keras dan sungguh-sungguh), istiqamah, dan menukarnya dengan segala macam bentuk ketaataan yang terhampar bak hidangan.

Lawan dari sifat-sifat buruk sda adalah tawadhu' (rendah hati), khusyu', bersikap santun, dan ikhlas dalam semua ibadah. Maka ketika ada undangan secara samar dari Allah, niscaya dia dapat menerima, memahami dan menyambut undangan tersebut dengan baik.

No comments:

Post a Comment