Monday, August 23, 2010

Bersyukur itu Perintah

Bersyukur adalah perintah dari Allah sebagaimana diterangkan dalam banyak ayat dalam Al Quran.

12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". QS Luqman 31:12


Namun sangat sedikit yang paham tentang bagaimana bersyukur yang dikehendaki oleh Allah. Bersyukur itu harus dilakukan dengan lisan dan perbuatan. Mengucapkan alhamdulillah adalah bentuk lisan, dan bentuk perbuatan adalah menggunakan karunia yang diberikan untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Misalnya mata, bersyukur atas karunia mata dengan banyak mengucapkan terimakasih kepada Allah atas karunia tersebut, menjaganya secara fisik, menjaga dari memandang yang buruk, juga harus digunakan untuk kebaikan-kebaikan.

Diriwayatkan bahwa ada seorang ahli ibadah yang berumur 500 tahun dan hidup di sebuah pulau. Diabdikan dirinya hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Saat ia dihisab, Allah berkata kepada malaikat, Dengan rahmatku, masukkan orang ini ke dalam surga. Maka sang ahli ibadah itupun protes,"Aku ingin masuk surga karena amalku bukan karena rahmatMu. Baiklah, malaikat timbanglah seluruh amal kebajikannya dan timbang dengan nikmat pendengaran. Namun ternyata seluruh amal kebajikannya belum mampu mengimbangi nilai nikmat pendengaran. Maka Allah berkata,"Malaikat masukkan dia ke dalam neraka. Maka ahli ibadah itupun bersujud memohon ampun, ampunilah kesombongan hambaMu ini ya Allah, masukkanlah aku ke dalam surga dengan rahmatMu.

Rahmat Allah bisa diterjemahkan sebagai rasa belas kasihan Allah atas usaha yang dilakukan oleh hambaNya. Jadi memang pahala manusia tercatat, namun semuanya masih kurang dibanding dosa dan nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada manusia. Ini adalah suatu keniscayaan. Mentalitas berpikir demikian harus dijaga agar kita tidak menjadi makhluk-makhluk yang sombong. Marilah kita menjadi hamba-hamba yang paling banyak merenung tentang karunia yang telah diberikan kepada kita, daripada sibuk memikirkan karunia  yang diberikan kepada orang lain.

Friday, August 13, 2010

Mengapa ber-Thoriqoh / Tarekat

Thoriqoh/tarekat adalah istilah yang dinisbatkan kepada sekelompok kaum muslimin yang mengambil jalan pendekatan kepada Allah dengan mendawamkan/melanggengkan amalan-amalan yang dipandang ringan dilakukan namun berat dalam timbangan. Thoriqoh sendiri berarti jalan.Orang biasanya menyebut firqoh untuk aliran dan mazhab dalam fiqih. Thoriqoh sendiri dinisbatkan pada aliran dalam tasawuf. Thoriqoh sendiri saling mendukung satu sama lain, diantara mereka saling memuji. Karena di dalam sanad thoriqoh, bertemu para ulama atau wali Allah tertentu, bila tidak, maka sanad akan bertemu pada Nabi Muhammad Saw guru dari semua guru sufi. Thoriqoh yang bersanad hingga Nabi Muhammad Saw, Jibril As disebut thoriqoh mu'tabarrah. Ada juga thoriqoh yang tidak bersanad dan mengaku mendapat wahyu langsung dari Allah, atau Jibril As, atau melalui Khidir As, yang terakhir ini tidak diketahui tentang kelurusannya.

Thoriqoh adalah suatu jalan yang ditempuh oleh para ulama dengan mempertimbangkan hadits-hadits Nabi Saw. Benar Al Quran dan sunnah sudah cukup, tapi apakah semuanya dapat kita lakukan? Ini adalah pertanyaan yang hampir tidak bisa dijawab, mengapa? Bila kita mengatakan dapat, berarti kita akan dihinggapi ujub seolah-olah amalan kita menyamai Nabi Saw, dan apabila mengatakan tidak, berarti menuduh Allah membebani pada kita melebihi kemampuan? Namun hakekatnya tidak demikian, karena Allah menyuruh kita untuk melakukan ketaatan semampunya sesuai hadis-hadis berikut:

Dari Abu Hurairah, ‘Abdurrahman bin Shakhr radhiallahu ‘anh, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : “Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)” (HR. Bukhari)

Ibadah-ibadah yang sunnah merosot kualitas dan kuantitasnya karena ketidaksiplinan dalam menjalankannya karena tidak adanya ikatan dalam pelaksanaannya. Ah..sunnah ini, ditinggalkan juga gak apa-apa. Masalahnya adalah amalan sunnah tersebut menjadi utama dengan syarat harus dilakukan secara rutin. Dan tercela saat ditinggalkan. Maka jalan tarekat diambil untuk meneguhkannya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi. (HR. Bukhari)

Apabila kita mencermati hadits di atas, maka jelas bahwa meninggalkan kebaikan dikatakan 'janganlah' oleh Nabi, yang tentu maksudnya adalah perbuatan meninggalkan sunnah adalah perkara tercela? wallahua'lam.

Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,Amalan yang rutin (kontinu/istiqamah), walaupun sedikit.” (HR. Muslim)

Apa yang diamalkan dalam Thoriqoh (contoh: tarekat Qadiriyah dilakukan setelah selesai sholat)
  1. Membaca istighfar 3 x setelah sholat fardhu. Jumlah ayat dan hadits tentang tobat telah sangat jelas.
  2. Membaca shalawat 3x setelah sholat fardhu. Keutamaan membaca shalawat sangat jelas.
  3. Membaca tahlil 165 kali setelah sholat fardhu. Keutamaan tahlil sangat jelas. Seorang bertanya apakah ada dalil tentang angka 165, maka seorang pengikut tarekat, syahadat adalah hal yang diperintahkan, dan tidak ada yang melarang membaca dalam jumlah dan waktu tertentu. Hal ini malah didukung hadits dari 'Aisyah ra, di atas tentang keistiqomahan. Dan Isya Allah dari sanadnya sendiri sudah merupakan penguatan dalilnya.
  4. Mengirim alfatihah kepada para guru: terutama kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Syekh Abu al-Qosim Junaid al Bagdadi. Di dalam kitab “al Mughni” oleh Ibnu Qudamah disebutkan: Ahmad bin Hanbal mengatakan,”Segala kebajikan akan sampai kepada si mayit berdasarkan nash-nash yang ada tentang itu, karena kaum muslimin biasa berkumpul di setiap negeri kemudian membaca Al Qur’an dan menghadiahkannya bagi orang yang mati ditengah-tengah mereka dan tidak ada yang menentangnya, hingga menjadi kesepekatan.” (Fiqhus Sunnah juz I hal 569)
Kita perhatikan betapa 'sedikitnya' amalan yang dilakukan selesai sholat oleh  seorang pengikut tarekat Qodiriyah. Kebanyakan ulama-ulama yang menggabungkan banyak tarekat menurut kesanggupan masing-masing.

Jadi kita melihat bahwa tidak ada hal yang baru dalam amalan tarekat. Semua ada landasan, dan perjanjiannyapun dilakukan karena adalah landasannya tentang keistiqamahan dalam beramal. Maka barangsiapa mencela tarekat, maka sesungguhnya mencela perkataan Nabi Saw tentang keistiqamahan, dan mencela amalan-amalan yang berdalil.

 Berthoriqoh adalah:

1. Janji kedisiplian seorang muslim kepada Allah, syahadat adalah janji seorang muslim, tetapi thoriqoh adalah janji kedisplinan. Tidak ada sangsi dari para guru thoriqoh, dan tidak istilah murtad dari agama. Namun hanya sangsi telah berbohong kepada Allah, yang tentu juga merupakan dosa besar.

2. Setiap orang pada prinsipnya berthoriqoh. Namun lebih dikenal sebagai firqoh. Karena thoriqoh bercirikan bai’at dan kesetiaan. Pecinta dunia berbaiat kepada dunia untuk mengejarnya. Kelompok, organisasi, pengajian, jama’ah berbaiat/berjanji bagi organisasi dan kelompoknya dengan membaca sumpah setia, janji setia, dst. Mereka sebenarnya berthoriqoh, hanya enggan dikatakan berthoriqoh karena thoriqoh bersifat eksklusif untuk pengikuti jalan salik. Pada saat menandatangani suatu kontrak kerja, maka seorang berjanji dengan seluruh usaha dan tenaga untuk menjalankannya. Aneh bila seorang pencela tarekat menandatangani kontrak kerja. Mereka berani berbaiat dan taat kepada manusia dan segala aturannya yang bersifat keduniawian, di sisi lain mencela orang berjanji dan meneken kontrak dengan penciptaNya dan mengatakannya mengada-ada. Aneh bukan?

3. Suatu bentuk kerendahatian akan kekurangan diri dalam melaksanakan semua perintah Allah. Kesadaran akan kedoifan diri yang lebih cinta pada dunia. Kerendahatian diwujudkan dengan mengikuti langkah orang sholeh. Mengapa harus mengikuti orang sholeh ? bukankah cukup Allah menurunkan Al Quran dan Nabi? Penganut thoriqoh sangat sadar bahwa dirinya berada jauh dari pengajaran Nabi dan Al Quran dan sempurna, ribuan perintah/anjuran dan ratusan larangan dalam al Quran dan sunnah hampir mustahil dilakukan dengan kedhoifan dan kondisi qalbu yang penuh dunia. Oleh karenanya mereka belajar dari orang-orang yang mereka percaya. Semua orang yang hari ini memiliki keimanan, tidak secara langsung dihunjamkan ke dalam dadanya  ilmu-ilmu agama, pasti mereka bertemu buku atau seseorang yang mengajari. Hanya mereka enggan menggunakan metode baiat sebagaimana pengikut thoriqoh. Apa akibatnya? Tidak ada kedisiplinan, keterikatan, sangsi diri, dan metode yang pasti. Jadi kecenderungannya bersifat bebas, lepas, dan lebih banyak kajian dengan akal logika pribadi yang menyesatkan dan diskusi debat kusir, daripada menyibukkan diri mengingat Allah.

4. Bentuk penghormatan. Thoriqoh adalah suatu bentuk penghormatan kepada orang-orang yang menjadi musabab turunnya ilmu kepada seorang murid. Baiat bukanlah suatu penghambaan sebagaimana makhluk dengan Rabbnya. Namun salah satu bentuk rasa hormat takzim antara murid dan mursyid. Tidak ada sangsi dari mursyid bila murid mengingkari janji, namun sangsinya dari Allah, karena mengingkari janji. Orang yang tidak berthoriqoh mengabaikan fakta bahwa ada yang menjadi musabab datangnya ilmu kepada kita, sebagaimana mengingkari orang tua kita  yang menjadi musabab lahirnya kita, dimana kita diwajibkan untuk mendoakan mereka setiap waktu. Mengapa kita tidak lakukan kepada orang-orang yang menjadi sebab turunnya ilmu agama kepada kita?

5. Bentuk kehati-hatian. Thoriqoh bersanad, artinya, sanad tersebut sangat sulit dikatakan mengada-ada. Mengapa demikian? Setiap orang yang dianggap guru tentu dipercaya oleh sang murid. Apakah guru bisa berbohong? Bisa saja bila sang guru tidak menunjukkan ilmu agama yang mapan, akhlak yang karim, maka bisa saja dia berbohong. Namun bila seorang sudah menemukan keyakinan bahwa orang yang dihadapannya telah memenuhi dasar-dasar sebagai seorang guru, maka tentu dia sangat percaya dengan apa-apa yang dikatakan oleh gurunya. Sangat kecil kemungkinan mereka berbohong. Jadi hubungan satu tingkat ke atas pun sudah dapat dijadikan landasan tentang lurus atau tidaknya kualitas sanad yang diberikan. Apalagi kalau kita sudah melakukan investigasi latar belakang mereka, maka akan menambah keyakinan bahwa orang yang dianggap guru/mursyid adalah orang yang amanah dan mustahil berbohong. Dari merekalah akan turun sanad. Dan sanad ini adalah dasar otentisitas yang diterapkan pada Al Quran dan Hadis. Bila anda sekarang belajar kepada seorang guru, maka tidak ada salahnya bila menanyakan sanad keilmuan, karena guru wajib menyampaikannya kepada murid. Para Mursyid akan memberikan hijayah/sertifikat telah mengikuti thoriqoh yang di dalamnya termuat nama murid hingga Rasulullah Saw. Meneliti kelurusan Mursyid, dapat dilakukan dengan meneliti riwayat orang 1 hingga 2 tingkat di atas. Apabila lurus, maka mursyid itu akan dikenal oleh orang-orang sekitarnya sebagai orang yang dipercaya, tanpa perlu mengetes ilmu yang bersangkutan.

Waspada Kepada Ajaran-ajaran tak Bersanad
Hari ini banyak sekali orang yang membentuk kelompok-kelompok yang mengklaim dirinya sebagai yang paling lurus dan paling benar. Banyak orang yang mengaku-ngaku berilmu tapi tidak memiliki sanad. Mereka adalah orang-orang yang cerdas pelahap ilmu dan buku. Guru mereka adalah majelis-majelis taklim dan buku-buku. Apakah ini salah? Tidak. Tetapi berbahaya. Mengapa demikian?Berguru pada buku adalah sangat lemah, karena si pembaca tidak dapat bertanya tentang apa-apa yang tertulis, sehingga seringkali tersesat dalam penafsiran, apalagi apabila referensi yang dibaca benar-benar sesat. Anggaplah anda sekarang membaca Al-Quran, anda begitu yakin bahwa kitab di depan anda adalah Al Quran, tapi sesungguhnya beberapa ayat dan lembarannya diganti dengan ayat-ayat dari injil berbahasa arab. Apakah anda bisa membedakannya? Ini adalah ilustrasi tentang perlunya guru. Jadi seorang yang mengaku alim dan menyebarkan suatu ajaran, maka tanyalah dengan pertanyaan standar minimum: apakah beliau hafal Quran? karena hafal Quran adalah standar minimal keilmuan seorang Mursyid. Apakah ada urutan sanad? Seorang yang menolak menyebutkan sanad dalam penuruna ilmu menunjukkan orang tersebut tidak memiliki sanad keilmuan, sehingga layak ditinggalkan meskipun dia memiliki ilmu setinggi langit.

6. Bentuk ketaatan seorang hamba yang butuh. Thoriqoh adalah suatu bentuk janji dengan amalan sederhana kepada Allah. Karena berjanji kepada Allah maka statusnya menjadi wajib ditunaikan. Seorang yang telah berjanji/baiat untuk melaksanakan suatu tarekat akan terus dituntut untuk melakukannya, dan menjadi berdosa besar saat meninggalkan. Dan 'untunglah' tidak ada amalan tarekat yang membutuhkan modal apapun selain kesadaraan panca indra.

Apa keburukan Tidak ber-Thoriqoh?

1. Sombong. Ini adalah penyakit utama orang yang tidak berthoriqoh.

a. Hanya cukup Al Quran dan Sunnah yang diamalkan tanpa perantara. Jadi hanya dirinya dan Allah semata. Tapi siapa yang menyebabkan Al Quran dan sunnah-sunnah Rasulullah dan isinya turun kepadanya? Mengapa penghafal Al Quran harus memiliki sanad? Seorang yang menjalankan amalan-amalan tanpa sanad (guru) dan berbaiat kepada sang guru adalah seorang yang termasuk kurang ajar. Karena tidak menghormati jalur turunnya suatu amal kebaikan kepada dirinya. Darimana anda belajar syahadat, sholat, puasa? Apakah yakin yang anda amalkan sudah benar? Bila sudah mengapa anda tidak menghormati orang yang memberikan anda amalan tersebut?

b. merasa amalan yang dilakukannya cukup membawa dirinya ke surga.

c. tidak membutuhkan orang lain, cukup antara dirinya dan Allah saja.


2. Tidak menghormati sebab turunnya ilmu/hidayah..

3. Menganggap enteng amalan sunnah.

4. Fitnah terhadap jalur thoriqoh. karena beranggapan amalan dan sanadnya mengada-ada.



Bagaimana mendeteksi guru yang lurus dan tidak?

1. Akhlak.
2. Ibadah.
3. Hafalan Quran.
4. Hafalan Hadis.
5. Jenis buku dan bacaan.
6. Sikap dan sifat keseharian.
7. Pendapatnya tentang agama berdasarkan Al Quran dan hadis.
8. Guru-gurunya.
9. Pendapat tentang guru-gurunya.

Demikianlah pentingnya thoriqoh buat seorang salik, karena suatu pemikiran kerendah hatian bahwa ilmu diturunkan melalui perantara dan tidak dihunjamkan secara langsung. Apabila ada yang mengaku bahwa kita bisa langsung berkomunikasi dengan Allah, maka ujilah dengan cara yang sangat sederhana. Uji hafalan Qurannya, dan haditsnya, dan segala yang berkaitan dengannya. Karena seorang yang dekat dengan Allah tentu akan mendapatkan akses dengan mudah kepada kalamullah. Apabila hanya mampu menafsirkan namun tidak dapat menghafalkannya, maka tinggalkan orang tersebut, karena ia tidak lain hanyalah orang yang dikasih sedikit icip-icip oleh Allah namun mengaku bisa berkomunikasi dengan Allah. Dan juga tinggalkan ulama-ulama yang mencela guru mereka, dan mengaku melakukan pembaharuan dari apa yang diberikan oleh para gurunya. wallahua'lam

Ayo menghafal Quran

Menghafal Al Quran adalah fardhu kifayah, artinya diwajibkan untuk sebagian umat Islam. Namun dengan demikian janganlah berpikir bahwa itu sudah dilakukan atau untuk orang lain bukan untuk saya. Ini adalah pikiran yang salah. Semestinya setiap diri kaum muslimin berpikir, apakah sudah ada penghafal Al Quran di sekitar saya, jangan-jangan tidak ada. Maka mulai hari ini saya harus menghafal Al Quran. Menghafal Al Quran bukanlah suatu kemustahilan, menghafal Al Quran adalah suatu keniscayaan. Masalahnya adalah saat seseorang mengkaitkannya dengan kebutuhan dirinya akan Al Quran di dunia ini maka ia melihat bahwa menghafal Al Quran tidak menarik dan tidak menjual (malah ada larangan menjual suara/ayat). Yah demikianlah kenyataannya, seseorang selalu melakukan sesuatu (motif) berdasarkan untung rugi. Bila demikian Allahpun telah menerangkan keuntungan-keuntungan bagi penghafal Al Quran (berdasarkan tabiat manusia), yaitu antara lain:

  1. Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya pada hari kiamat nanti ia (Al Quran) akan menjadi penolong bagi pembacanya. (HR.Muslim). 
  2. Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka ia memperoleh satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan sama dngan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan (alif-lam-mim) itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf (H.R Tirmidzi)
  3. Perumpamaan orang yang membaca Al Quran, dan dia hafal, maka ia akan bersama para malaikat yang suci dan mulia. Sedang perumpamaan orang yang membaca Al Quran dan ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya, maka ia akan mendapat dua pahala. (HR.Bukhari)
  4. Dikatakan kepada shohibul Quran: Bacalah Al-Qur'an, naiklah (Allah menaikkan derajat orang itu) dan bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membaca dulu di dunia. Karena kedudukannya disurga terletak pada akhir ayat yang kamu baca. (HR. Muslim)
  5. .....
Masih banyak lagi hadis yang menceritakan keutamaan orang yang menghafal Al quran.

Sufi menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani

Ahli sufi yang hakki dapat dikenali dengan 2 cara:

Pertama, zahir mereka, yaitu mereka akan mengamalkan syariat secara ketat.

Kedua, batin mereka, yaitu mewariskan keruhanian Nabi Muhammad Saw.

Sebenarnya contoh manusia yang  paling baik ialah Nabi Besar Muhammad Saw. Dialah sebenar-benarnya sufi yang hakiki. Syari'at dan hakikat hendaklah berjalan bersamaan untuk kesinambungan agama dalam kehidupan mukimn sejati. Seorang wali Allah yang mewarisi kerohanian Nabi Saw akan memberi berkah kepada seorang salik dengan kehadiaran fisiknya. Sesungguhnya Iblis tidak dapat menyerupai Nabi Saw.


Hati-hatilah wahai para salik, orang buta tidak boleh menunjukkan jalan pada si buta yang lain. Pandangan kita hendaklah tajam supaya dapat membedakan kebaikan dan kejahatan, walau sebesar dzarrah. Perjalanan sufi bukanlah medan permainan. Bila suka boleh ikut, bila malas boleh ditinggalkan. Ia adalah jalan menuju ke Hadirat Ketuhanan, yang kepadanya tidak semudah diucapkan lisan. Namun demikian tetap menjadi tujuan bagi yang ingin mencari ketenangan diri dan makrifat hakikat penciptaan Tuhan. Bukankah kita diperintahkan untuk menyembahnya? Bagaimana bisa kita menyembahnya bila kita belum mengenalNya? (Kitab: Sirr al Asrar)

Thursday, August 05, 2010

Kenali Perjalanan Spiritualmu Sobat !

Suka atau tidak suka, menolak atau menerima, seseorang akan mengalami suatu perjalanan spiritual yang akan berpengaruh dalam hidupnya. Spiritualitas sering dikaitkan dengan agama, karena memang agama paling dominan berbicara spiritualitas.Spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti jiwa, hal yang berkaitan dengan spiritualitas ini adalah hal-hal yang bersifat abstrak. Dan kelompok rasionalis demikian mengesampingkan masalah spiritualitas ini terutama yang berkaitan dengan realitas ketuhanan. Karena bagi mereka hidup adalah apa yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, didengar, diukur, selain itu tidak ada.

Sebetulnya tidak terlalu sulit menentukan kebenaranan spiritualitas, karena setiap berbicara spiritualitas akan ada orang yang menjadi nara sumbernya. Dimana para nara sumber ini memiliki keunikan dalam kehidupannya, nara sumber adalah orang-orang yang sesuai antara perkataan dan perbuatannya. Apabila ada perbedaan, sesungguhnya mereka adalah orang-orang pembual, atau orang-orang yang masih dalam kategori pelajar spiritual, bukan pelaku spiritual.

Seseorang yang mengaku mengikuti aliran spiritual tertentu (agama/kepercayaan), haruslah yakin akan apa yang dianut dan diyakininya adalah benar, bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Hal-hal apakah yang menjadi ukuran bahwa aliran spiritual yang diikutinya benar? Bagaimana cara mengetahui benar atau tidaknya jalan spiritual yang kita anut.

Mengevaluasi perjalanan spiritual:

1. Ketenangan, apakah hari ini kita bertambah tenang dalam menjalani kehidupan, atau masih takut menghadapi kematian, kemiskinan, musibah. Masihkan marah-marah, sensitif, mudah tersinggung, tidak dapat menahan diri.

2. Hanya memikirkan Allah dan akhirat, dimanakah diri ini nantinya berada? Karena itulah tempat kembali. Masihkan tergiur dengan pernak-pernik dunia? Kalau masih kuat dan masih ada berarti bisa dikatakan perjalanan spiritual berada dalam jalur yang salah atau sama sekali tidak berjalan. Betul bahwa kita hidup di dunia dan kita harus bertahan hidup. Namun yang terjadi adalah kita menjadi budak, hamba, dan kacung dunia. Bukan mengambil sekedarnya. Hanya orang materialis/atheis yang rela menjadi kacung dunia. Maka sungguh bodoh apabila mengaku beriman namun selalu disibukkan urusan dunia. Perhatikanlah hal ini sobat ! Perhatikan ikatanmu pada dunia, sedihkan engkau karena tidak menjadi kaya? tidak populer? sedih memikirkan kebutuhan pokok keluarga yang selalu pas-pasan? Namun tidak pernah sedih dengan ibadah yang ditinggalkan, aturan yang dilanggar. Maka merugilah orang yang mengaku beriman itu.

3. Merasakan kehadiran Allah dalam kesehariannya. Perjalanan spiritual yang benar akan membuat pelakunya merasakan kehadiran Allah dalam hatinya.

4. Baik perkataannya, perbuatannya. Tidak ada bantahan tentang hal ini. Seorang yang lurus perjalanan spiritualnya akan makin lama makin bagus perkataannya, perbuatannya, menjadi penyabar, penyayang, lemah lembut, berani, menjauhkan dari yang dilarang.

5. Perjalanan spiritual membutuhkan guru. Siapakah dan bagaimana sosok guru yang sebenarnya? Pertama-tama kita lihat, keimanan apa yang kita anut? siapa yang membawanya? bagaimana sikap hidup dan perilakunya? Apakah mungkin orang yang mengaku mengikutinya kemudian bersikap kebalikannya? Maka apabila jalan spiritual anda adalah Islam, maka anda perlu mendapatkan guru yang mengetahui tentang Islam. Saat yang sama, maka guru anda pasti juga memiliki guru, dan guru dari guru anda juga berguru dan seterusnya. Maka ini yang perlu dicamkan bahwa berguru itu harus memiliki sanad atau garis ilmu. Apa fungsinya? Fungsinya adalah mengenal dengan baik apakah orang yang anda ikuti amanah atau tidak. Apabila seseorang dengan gegabah mengatakan bahwa cukuplah Al Quran dan Sunnah sebagai pegangan kami. Maka Al Quran mana yang akan dia gunakan? apakah dia tahu kalau ada salah cetak dari percetakan? Apakah dia tahu aspek-aspek bahasa, gramatika, dan seterusnya? Apabila mengatakan cukuplah bagi kami tafsir. Maka apakah anda tidak ingin berdialog dengan orang yang menuliskan tafsir, atau minimal muridnya, atau murid dari muridnya? Apalagi berbicara masalah Sunnah, dimana sunnah tidak dijamin oleh Allah kebenarannya, maka diperlukan orang yang berilmu dalam menguraikan aspek-aspek yang terkandung dalam hadis. Karena orang awam tidak mengenal mana hadis untuk suatu kasus, apabila ada 2 hadis bertentangan maka mana yang terlebih dahulu digunakan? Apabila seseorang mengatakan bahwa bisa ditanyakan kepada ustadz A, B, C dan seterusnya, maka hal tersebut juga akan rawan penyimpangan. Mengapa? Karena kita hanya mengenal si ustadz A,B,C sebagai ustadz tanpa tahu darimana dia belajar, siapa gurunya dan seterusnya, dari sinilah orang banyak disesatkan.

6. Hidup harmonis dengan lingkungan. Seseorang harus menjadi rahmat bagi lingkungannya. Saat seorang yang benar dalam perjalanan spiritualnya akan ditunjukkan jalan untuk berinteraksi dengan lingkungan, karena ia akan selalu berusaha menemukan harmonisasi dengan alam sekitarnya.

7. Memahami arti dari setiap kejadian, seandainya tidak mengerti akan langsung berdoa dan minta diberi petunjuk tentang suatu kejadian.

Guru spiritual Islam memiliki beberapa kriteria:

1. Menghormati Al Quran, dengan membaca, mengamalkan, dan menghafalkannya. Apabila bertemu seseorang yang nampak alim, terhormat, mengaku A, B, C dan seterusnya maka tanyakanlah apakah  beliau hafal Al Quran? Apabila seorang yang alim dan wara ditanya tidak akan berbohong tentang hal itu. Tetapi apabila marah, maka atau berusaha mencari pembelaan diri yang mengatakan tidak perlunya menghafalkan Al Quran maka tinggalkan jauh-jauh orang tersebut. Karena dia lebih berbahaya daripada orang awam. Namun hormatilah beliau disaat beliau juga dalam proses belajar dalam rangka menghafal Al Quran, dan minimal pasti tidak kurang dari 10 Juz, apabila dia dikenal dan sudah berumur. Banyak guru-guru spiritual palsu yang berjubah, berjenggot, bersorban, berbicara agama yang diambil dari internet, dari kitab-kitab terjemahan. karena seorang ulama dalam Islam akan selalu belajar dari sumbernya.

2. Selalu menganjurkan untuk mendekat kepada Allah, berbuat karena Allah.

3. Zuhud kepada dunia. Guru yang zuhud pada dunia, tidak akan menerima semua tawaran ceramah, kajian di televisi, dan semua yang berbau uang, dan popularitas, karena ia tahu salah satu diantara hal tersebut adalah perangkap syetan.

4. Kehidupannya dekat dengan kehidupan sang teladan Rasulullah Saw. Semua yang dilakukan adalah cermin dari Al Quran dan sunnah.

5. Enak dipandang dan diajak berbicara. menenangkan, meneduhkan, menyemangati kita untuk taat dan beribadah kepada Allah. Kalau bertemu maka kita akan bersemangat untuk taat kepada Allah, bersegera mengamalkan apa yang diperintahkan.

6. Banyak tobat, sholat dan zikirnya. Seorang guru spiritual tidak suka terlalu banyak bicara, melainkan banyak berbuat.

7. Tidak bergantung pada orang lain. Seorang guru spiritual rejekinya tidak digantungkan kepada orang. Tidak bersedia diatur jadwal hidupnya bagaimana harus mencari nafkah. Biasanya bekerja lepas, berdagang, bertani, mengajar lepas, atau pekerja freelance. Karena pekerja tetap bergantung pada janji untuk amanah pada kerjaan. SEdangkan Allah menuntut kecintaan yang lebih dari hambaNya....