Wednesday, May 06, 2009

Tersesat dalam Ibadah

Yang saya maksudkan disini adalah banyak orang yang beribadah namun malah tidak mendapatkan yang dia tuju, namun sebaliknya mendapatkan kesesatan. Siapakah dia? Yaitu orang-orang yang menjadikan ibadahnya bukan untuk menuju kepada Tuhannya namun terfokus kepada :
1. Aspek teknis ibadah itu sendiri.
2. Kebanggaan atas ibadah yang dilakukan
3. Kesempurnaan diri.

Iblis adalah makhluk pertama yang bangga akan ritual yang ia lakukan selama puluhan ribu tahun sebelum Adam diciptakan. Peribadatannya selama itu hapus saat ia ingkar mengikuti perintah Tuhan untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan kepada Adam. Keunggulan ras atas Adam menyebabkan ia terkutuk.

Cerita lain adalah tentang seorang rahib bernama Barsisha, ia tergoda untuk berzina, membunuh 2 kali dan mencari keselamatan atas nama iblis.

Tidak sedikit ahli agama yang dikenal masyarakat terjebak dalam hal ini, tiba-tiba mereka ditemukan melakukan perbuatan maksiat dan hal-hal keji yang tidak bisa dimengerti oleh banyak orang. Seperti diketahui bahwa agama buat sebagian masyarakat Indonesia adalah doktrin, namun semestinya ia harus berubah menjadi suatu bentuk kesadaran spiritual bagi manusia. Tidak sedikit orang belajar agama untuk mencari uang, padahal hakikat agama adalah perjalanan mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tidak sedikit pula yang stress akibat agama. Ini dikarenakan agama sebagai alat menuju Tuhan berubah menjadi tujuan. Artinya apa? Agama yang memuat ajaran, aturan peribadatan telah menjadi tujuan bagi pelakunya, dan bukan lagi Tuhan sebagai tujuannya. Sebuah cerita menarik dari seorang mahasiswa Indonesia di Mesir, saat itu ada mahasiswa dari negara lain yang mencoba bunuh diri, dan yang menhebohkan adalah mahasiswa tersebut adalah seorang penghafal Al Quran, seorang mufti mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan mahasiswa tersebut ingin bunuh diri padahal Al Quran sudah ada dalam dirinya. Si Mufti bertanya,"Untuk apa kamu menghafal Quran?"
"Untuk lulus ujian."
"Itu masalahnya." Menghafal Quran, bukan lagi bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah semata-mata demi lulus ujian. Betapa sayangnya, karunia luar biasa berupa hafalan Quran menjadi sia-sia karena tujuan yang menyimpang. Mahasiswa Indonesia tadi bertutur, pada akhirnya si penghafal itu gila. Naudzubillahmindzalik.

Hikmah dari cerita di atas adalah ibadah yang seakan-akan dilakukan dengan penuh ketaatan menjadi semacam bumerang yang menghantam saat ia dilakukan bukan didasarkan rasa rendah, bertunduk, dan ditujukan semata-mata karena pengakuan sebagai hamba yang hina dina dimata Tuhan. Lebih karena sekedar transaksi jual beli untuk ditukar dengan pahala, yang selanjutnya membuat ia disesatkan karena akhirnya ibadah itu hanya untuk dibanggakan di depan orang lain, atau alasan-alasan duniawi lain dan yang lebih parah adalah beranggapan dengan itulah mereka selamat. Padahal ibadah merupakan refleksi, cerminan, hasil dari rasa keimanan yang terpupuk di dalam hati. Saat kecil mungkin benar bahwa ibadah ditukar dengan surga atau untuk menghindar dari neraka. Namun saat dewasa dan kita telah berpikir, bahwa ibadah sebenarnya sarana..ingat..sarana untuk menuju kepada Allah.

Salah satu cerita yang merupakan antithesis dari hal di atas adalah salah satu cerita dalam hadits tentang pembunuh yang ingin bertobat. Diriwayatkan seorang pembunuh ingin bertobat, saat ia ditunjuki untuk menemui seorang alim ia meninggal di perjalanan. Malaikat penjaga neraka dan surga berebut dan akhirnya minta keputusan Allah untuk itu, dan akhirnya malaikat surgalah yang berhak mendapatkannya. Apakah orang itu telah bertobat? apakah orang itu telah beribadah? Belum, namun kita perhatikan bahwa ia berjalan dengan kehinaan, kerendahdirian, dan baru akan menuju ampunan dalam hati, namun itu sudah membuat Allah rido.

Jadi pesan dari tulisan ini adalah:

1. Janganlah bangga akan amal atau ibadah yang pernah kita lakukan, ibadah bukan untuk dibanggakan, ia adalah wujud dari rasa keimanan kita, wujud dari rasa ketundukan kita, wujud dari rasa rindu kita, wujud dari rasa cinta kita kepada Allah, dan wujud dari kesadaran sebagai hamba/budak yang harus terus taat kepada Allah. Ciri dari bangga akan amal ibadah adalah: sibuk mencela cara beribadah seseorang, sibuk membanggakan kelompok sebagai yang paling benar.

2. Janganlah terlalu stress dengan ibadah yang terlewat (bukan berarti kita boleh seenaknya meninggalkan) karena dari sekian banyak bentuk peribadatan niscaya banyak yang meleset dari kita, ..istighfarlah jawabannya, permohonan ampun adalah bentuk ibadah yang disukai oleh Allah, sampai-sampai Nabi yang telah diampuni oleh Allah melakukannya minimal 100 kali dalam sehari.

3. Buat orang yang bergeliman dalam dosa, mestinya malah memiliki modal untuk bertobat dan memohon ampunan kepada Allah sebagai kisah pembunuh di atas. Wallahualam, semoga Allah menerangi jalan orang yang merendahkan diri dan memohon ampun kepada Allah. Amin