Wednesday, June 24, 2009

Orang-orang yang Di Dekatkan

Beruntunglah orang-orang yang didekatkan kepada Tuhannya.

(yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah. (Al-Muthaffifin,83:28)

Apakah modalnya?

108. Katakanlah: "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa. maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)." (Al-Anbiyaa',21:108)

Kepasrahan yang disertai keyakinan

Kepasrahan
Suatu bentuk kesadaran yang tertinggi, yang menempatkan Allah sebagai penyebab, pengatur, penentu. Sekali lagi kepasrahan ini harus dilandasi keyakinan terhadap Allah dan pengaturanNya. Kepasrahan akan mendatangkan petunjuk, karena hawa nafsu tidak bermain. Kepasrahan itu tidak mengatur masa depan. Apa yang dilakukan adalah apa yang diinspirasikan ke dalam pikiran. Kepasrahan bukan secara menyengaja tidak berbuat atau meninggalkan dunia. Kepasrahan berarti menyerahkan sepenuhnya pengaturah hidupnya kepada Allah. Misalnya, Sulaiman menjadi Raja bukan karena usahanya, namun karena kepasrahannya, dan oleh Allah diamanahkan kerajaan yang tidak pernah dimiliki oleh orang sebelum dan sesudahnya. Kepasrahan itu berarti mengistirahatkan hawa nafsu dalam melihat masa depan. Hawa nafsu digunakan hanya pada saat amanah itu sudah diturunkan. Misalnya seorang yang diamanahkan untuk makan, tentu akan dapat menikmati makanan tersebut dengan adanya nafsu akan makanan, demikian pula orang yang diberi amanah menikah, pernikahannya akan bermakna saat dia bisa menyalurkan syahwatnya. Nabi Muhammad menjadi Nabi bukan karena banyak membaca atau berdiskusi tentang agama sebelumnya, namun beliau banyak memasrahkan diri dengan berkhalwat di gua Hira. Dan selama menjadi Nabi beliau memasrahkan dirinya dalam kehidupan sehari-harinya dan dalam sholatnya.


8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (Asy-Syams,91:8)

Keyakinan
Keyakinan bahwa Allah Esa, Allah mengatur, Allah menentukan, Allah sudah menetapkan dan menuliskan, yang tercermin dari perilaku dan sikap hidup.

20. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. (Al-Haqqah,69:20)

59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Al-An'am,6:59)

27. Allah meneguhkan (meyakinkan) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.(Ibrahim,14:27)

Jangan beranggapan kepasrahan dan keyakinan saja tanpa amal. Bukan!
Kepasrahan dan keyakinan yang jujur akan menyebabkan seorang manusia akan banyak beramal dan bersujud. Kepasrahaan dan keyakinan yang tidak diikuti amal ibadah yang banyak adalah suatu bentuk kesesatan. Dan sebaliknya amal-ibadah yang tidak didasari oleh kepasrahan dan keyakinan rawan dengan penyelewengan niat (riya'), kebanggaan akan amal, dan merendahkan orang lain,meskipun tidak selalu. Wallahualam

Dalam ilmu filsafat hal ini sekilas mirip dengan teori fatalism. Namun yang membedakan adalah peran Tuhan. Allah sebagai Pencipta tidak terikat ruang dan waktu, hanya makhluknya yang terikat oleh ruang dan waktu. Apakah Allah tahu masa depan dunia? tentu, karena Dia tidak terikat dimensi waktu. Dia dapat melihat awal dan akhir dari ciptaaNya. Kita sebagai makhluk sedang menjalaninya. Apakah kita akan masuk neraka? atau surga? tentu kita tidak tahu, dan mestinya kita orang beriman menjadi khawatir, dan rasa khawatir ini semestinya dilarikan dalam bentuk kepasrahan, dan kepasrahan akan melahirkan kecerahan dalam melangkah, berpikir, dan bertindak, yang tentunya akan menghasilkan amanah yang berbeda. Karena demikianlah Allah menciptakan kita, dengan misi yang berbeda. Sekali lagi kepasrahan akan menghasilkan pencerahan kepada apa yang mesti dan akan dilakukan. Dalam bentuk ide, mood, gagasan, keinginan, atau kebalikannya ketidakmoodan, blankness. Saat ide, mood, gagasan itu muncul itu adalah saatnya kita bergerak dan menjalankannya. Saat tidak mood, blank, buntu, bosen, itu adalah saat berpasrah yang lebih baik diarahkan menjadi bentuk sholat dan zikir. Wallahualam

Tuesday, June 23, 2009

Tersesat Dalam Ketinggian Ilmu


Keistimewaan pencari ilmu


11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujaadillah:11)


Pencari Ilmu yang tersesat

39.dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). (Al-Ankabuut:39)

Haman seorang insinyur, tangan kanan Firaun, yang diberi ilmu yang tinggi namun tersesat.

80. Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota Al Hijr telah mendustakan rasul-rasul,
81. dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya,
82. dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.
83. Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi
(Al-Hijr:80-83)

Kisah kaum Tsamud ini menunjukkan kehebatan mereka dalam membuat bangunan, dengan memahat gunung, namun kaum ini ingkar terhadap Allah, dan kaum ini dibinasakan oleh Allah dengan suara keras.



Ciri-ciri orang yang tersesat dalam ilmu:

1. Merasa selamat dengan ketinggian ilmunya, banyak umat terdahulu yang merasa selamat dengan kitab yang berada di tangan mereka, namun sesungguhnya tersesat.

23. Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). (Ali Imran:23)

2. Sibuk mencari mencela kesalahan orang lain dengan ilmunya, bukan untuk mencari keridhoan Allah, tetapi karena merasa diri paling benar dan paling mulia, dan menganggap orang lain yang tersesat. Semestinya apabila melihat kesalahan atau kesesatan, tugas kita hanya memberitahu.

3. Hanya membenarkan perkataan orang tertentu yang dianggap maksum dan berilmu. Dan menolak pendapat orang-orang diluarnya; meskipun menggunakan dalil Quran dan sunnah. aneh apabila seseorang menganggap mengkultuskan orang adalah syirik, namun dalam merujuk pendapat hanya membenarkan orang-orang tertentu saja. Perlu diingat, bahwa kita sudah terlalu jauh dipisahkan oleh waktu dengan Nabi kita SAW. Tidak ada yang berhak mengklaim yang paling benar dari penafsiran, apalagi melemahkan pendapat ulama terdahulu yang lebih dekat jaraknya dari Nabi SAW.


Sikap yang benar sebagai pencari ilmu:

1. Tawadhu, rendah hati, tunduk, tunduk, tunduk, semakin tinggi pengetahuannya maka semakin nampak kebesaran Tuhannya.

2. Tidak banyak bicara dan tidak merasa benar. Rasulullah yang diberi Risallah oleh Allah sebagai contohnya. Menyeru dengan hikmah, dan tidak mencela dengan mengumbar kata kafir kepada kaum kafir, tetap memanggil dengan nama mereka. Bahkan kepada kaum munafik yang jelas-jelas beliau tahupun, tidak bersikap kasar dan keras, baik dengan kata-kata apalagi menghukum mereka. Ketinggian ilmu Rasulullah dalam banyak hal membuat beliau banyak menangis, sedikit tertawa, sedikit makan, banyak memohon ampun.
..maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (An Najm:32)


3. Menyampaikan sesuatu dengan hikmah, proposional dan terfokus kepada inti permasalahan. Dan hasil diserahkan kembali kepada Allah semata, karena yang mengetahui kafir, sesat, takwanya seseorang hanyalah Allah. Kafir, bid'ah, sesat, yang berhak menilainya adalah Allah. Jadi hati-hati menyampaikan kebenaran, meski itu kepada orang kafir, atau kaum yang nyata sesat, apalagi yang kita seru adalah saudara sesama Islam dan memiliki dalil yang shahih.


40. Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka. (ArRa'd:40)


Ingatlah wahai saudara, bahwa Rasulullah masih menyolati Abdullah bin Ubay, hingga turun larangan untuk menyolatinya. Hari ini kita tidak bisa semena-mena dalam menilai hati orang, tidak bisa mengklaim paling benar apalagi terhadap saudara lain kelompok yang memiliki perbedaan penafsiran tentang suatu masalah. Apalagi saudara kita tadi juga memiliki dalil Quran dan Sunnah.

4. Mencari ilmu yang membuat ia semakin tunduk dan dekat kepada Allah saja. Ilmu-ilmu yang membuatnya lalai, ingin dipuji, mencari nafkah saja, tentu tidak menjadi prioritas untuk dikejar. Sebaliknya ilmu agama yang digunakan hanya untuk mencari posisi atau menambah penghasilan bukannya sarana mendekatkan diri kepada Allah malah membuat ilmu tersebut menghancurkan dirinya kepada riya'. naudzubillah.Wallahualam