Monday, August 23, 2010

Bersyukur itu Perintah

Bersyukur adalah perintah dari Allah sebagaimana diterangkan dalam banyak ayat dalam Al Quran.

12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". QS Luqman 31:12


Namun sangat sedikit yang paham tentang bagaimana bersyukur yang dikehendaki oleh Allah. Bersyukur itu harus dilakukan dengan lisan dan perbuatan. Mengucapkan alhamdulillah adalah bentuk lisan, dan bentuk perbuatan adalah menggunakan karunia yang diberikan untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Misalnya mata, bersyukur atas karunia mata dengan banyak mengucapkan terimakasih kepada Allah atas karunia tersebut, menjaganya secara fisik, menjaga dari memandang yang buruk, juga harus digunakan untuk kebaikan-kebaikan.

Diriwayatkan bahwa ada seorang ahli ibadah yang berumur 500 tahun dan hidup di sebuah pulau. Diabdikan dirinya hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Saat ia dihisab, Allah berkata kepada malaikat, Dengan rahmatku, masukkan orang ini ke dalam surga. Maka sang ahli ibadah itupun protes,"Aku ingin masuk surga karena amalku bukan karena rahmatMu. Baiklah, malaikat timbanglah seluruh amal kebajikannya dan timbang dengan nikmat pendengaran. Namun ternyata seluruh amal kebajikannya belum mampu mengimbangi nilai nikmat pendengaran. Maka Allah berkata,"Malaikat masukkan dia ke dalam neraka. Maka ahli ibadah itupun bersujud memohon ampun, ampunilah kesombongan hambaMu ini ya Allah, masukkanlah aku ke dalam surga dengan rahmatMu.

Rahmat Allah bisa diterjemahkan sebagai rasa belas kasihan Allah atas usaha yang dilakukan oleh hambaNya. Jadi memang pahala manusia tercatat, namun semuanya masih kurang dibanding dosa dan nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah kepada manusia. Ini adalah suatu keniscayaan. Mentalitas berpikir demikian harus dijaga agar kita tidak menjadi makhluk-makhluk yang sombong. Marilah kita menjadi hamba-hamba yang paling banyak merenung tentang karunia yang telah diberikan kepada kita, daripada sibuk memikirkan karunia  yang diberikan kepada orang lain.

Friday, August 13, 2010

Mengapa ber-Thoriqoh / Tarekat

Thoriqoh/tarekat adalah istilah yang dinisbatkan kepada sekelompok kaum muslimin yang mengambil jalan pendekatan kepada Allah dengan mendawamkan/melanggengkan amalan-amalan yang dipandang ringan dilakukan namun berat dalam timbangan. Thoriqoh sendiri berarti jalan.Orang biasanya menyebut firqoh untuk aliran dan mazhab dalam fiqih. Thoriqoh sendiri dinisbatkan pada aliran dalam tasawuf. Thoriqoh sendiri saling mendukung satu sama lain, diantara mereka saling memuji. Karena di dalam sanad thoriqoh, bertemu para ulama atau wali Allah tertentu, bila tidak, maka sanad akan bertemu pada Nabi Muhammad Saw guru dari semua guru sufi. Thoriqoh yang bersanad hingga Nabi Muhammad Saw, Jibril As disebut thoriqoh mu'tabarrah. Ada juga thoriqoh yang tidak bersanad dan mengaku mendapat wahyu langsung dari Allah, atau Jibril As, atau melalui Khidir As, yang terakhir ini tidak diketahui tentang kelurusannya.

Thoriqoh adalah suatu jalan yang ditempuh oleh para ulama dengan mempertimbangkan hadits-hadits Nabi Saw. Benar Al Quran dan sunnah sudah cukup, tapi apakah semuanya dapat kita lakukan? Ini adalah pertanyaan yang hampir tidak bisa dijawab, mengapa? Bila kita mengatakan dapat, berarti kita akan dihinggapi ujub seolah-olah amalan kita menyamai Nabi Saw, dan apabila mengatakan tidak, berarti menuduh Allah membebani pada kita melebihi kemampuan? Namun hakekatnya tidak demikian, karena Allah menyuruh kita untuk melakukan ketaatan semampunya sesuai hadis-hadis berikut:

Dari Abu Hurairah, ‘Abdurrahman bin Shakhr radhiallahu ‘anh, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : “Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)” (HR. Bukhari)

Ibadah-ibadah yang sunnah merosot kualitas dan kuantitasnya karena ketidaksiplinan dalam menjalankannya karena tidak adanya ikatan dalam pelaksanaannya. Ah..sunnah ini, ditinggalkan juga gak apa-apa. Masalahnya adalah amalan sunnah tersebut menjadi utama dengan syarat harus dilakukan secara rutin. Dan tercela saat ditinggalkan. Maka jalan tarekat diambil untuk meneguhkannya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi. (HR. Bukhari)

Apabila kita mencermati hadits di atas, maka jelas bahwa meninggalkan kebaikan dikatakan 'janganlah' oleh Nabi, yang tentu maksudnya adalah perbuatan meninggalkan sunnah adalah perkara tercela? wallahua'lam.

Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,Amalan yang rutin (kontinu/istiqamah), walaupun sedikit.” (HR. Muslim)

Apa yang diamalkan dalam Thoriqoh (contoh: tarekat Qadiriyah dilakukan setelah selesai sholat)
  1. Membaca istighfar 3 x setelah sholat fardhu. Jumlah ayat dan hadits tentang tobat telah sangat jelas.
  2. Membaca shalawat 3x setelah sholat fardhu. Keutamaan membaca shalawat sangat jelas.
  3. Membaca tahlil 165 kali setelah sholat fardhu. Keutamaan tahlil sangat jelas. Seorang bertanya apakah ada dalil tentang angka 165, maka seorang pengikut tarekat, syahadat adalah hal yang diperintahkan, dan tidak ada yang melarang membaca dalam jumlah dan waktu tertentu. Hal ini malah didukung hadits dari 'Aisyah ra, di atas tentang keistiqomahan. Dan Isya Allah dari sanadnya sendiri sudah merupakan penguatan dalilnya.
  4. Mengirim alfatihah kepada para guru: terutama kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Syekh Abu al-Qosim Junaid al Bagdadi. Di dalam kitab “al Mughni” oleh Ibnu Qudamah disebutkan: Ahmad bin Hanbal mengatakan,”Segala kebajikan akan sampai kepada si mayit berdasarkan nash-nash yang ada tentang itu, karena kaum muslimin biasa berkumpul di setiap negeri kemudian membaca Al Qur’an dan menghadiahkannya bagi orang yang mati ditengah-tengah mereka dan tidak ada yang menentangnya, hingga menjadi kesepekatan.” (Fiqhus Sunnah juz I hal 569)
Kita perhatikan betapa 'sedikitnya' amalan yang dilakukan selesai sholat oleh  seorang pengikut tarekat Qodiriyah. Kebanyakan ulama-ulama yang menggabungkan banyak tarekat menurut kesanggupan masing-masing.

Jadi kita melihat bahwa tidak ada hal yang baru dalam amalan tarekat. Semua ada landasan, dan perjanjiannyapun dilakukan karena adalah landasannya tentang keistiqamahan dalam beramal. Maka barangsiapa mencela tarekat, maka sesungguhnya mencela perkataan Nabi Saw tentang keistiqamahan, dan mencela amalan-amalan yang berdalil.

 Berthoriqoh adalah:

1. Janji kedisiplian seorang muslim kepada Allah, syahadat adalah janji seorang muslim, tetapi thoriqoh adalah janji kedisplinan. Tidak ada sangsi dari para guru thoriqoh, dan tidak istilah murtad dari agama. Namun hanya sangsi telah berbohong kepada Allah, yang tentu juga merupakan dosa besar.

2. Setiap orang pada prinsipnya berthoriqoh. Namun lebih dikenal sebagai firqoh. Karena thoriqoh bercirikan bai’at dan kesetiaan. Pecinta dunia berbaiat kepada dunia untuk mengejarnya. Kelompok, organisasi, pengajian, jama’ah berbaiat/berjanji bagi organisasi dan kelompoknya dengan membaca sumpah setia, janji setia, dst. Mereka sebenarnya berthoriqoh, hanya enggan dikatakan berthoriqoh karena thoriqoh bersifat eksklusif untuk pengikuti jalan salik. Pada saat menandatangani suatu kontrak kerja, maka seorang berjanji dengan seluruh usaha dan tenaga untuk menjalankannya. Aneh bila seorang pencela tarekat menandatangani kontrak kerja. Mereka berani berbaiat dan taat kepada manusia dan segala aturannya yang bersifat keduniawian, di sisi lain mencela orang berjanji dan meneken kontrak dengan penciptaNya dan mengatakannya mengada-ada. Aneh bukan?

3. Suatu bentuk kerendahatian akan kekurangan diri dalam melaksanakan semua perintah Allah. Kesadaran akan kedoifan diri yang lebih cinta pada dunia. Kerendahatian diwujudkan dengan mengikuti langkah orang sholeh. Mengapa harus mengikuti orang sholeh ? bukankah cukup Allah menurunkan Al Quran dan Nabi? Penganut thoriqoh sangat sadar bahwa dirinya berada jauh dari pengajaran Nabi dan Al Quran dan sempurna, ribuan perintah/anjuran dan ratusan larangan dalam al Quran dan sunnah hampir mustahil dilakukan dengan kedhoifan dan kondisi qalbu yang penuh dunia. Oleh karenanya mereka belajar dari orang-orang yang mereka percaya. Semua orang yang hari ini memiliki keimanan, tidak secara langsung dihunjamkan ke dalam dadanya  ilmu-ilmu agama, pasti mereka bertemu buku atau seseorang yang mengajari. Hanya mereka enggan menggunakan metode baiat sebagaimana pengikut thoriqoh. Apa akibatnya? Tidak ada kedisiplinan, keterikatan, sangsi diri, dan metode yang pasti. Jadi kecenderungannya bersifat bebas, lepas, dan lebih banyak kajian dengan akal logika pribadi yang menyesatkan dan diskusi debat kusir, daripada menyibukkan diri mengingat Allah.

4. Bentuk penghormatan. Thoriqoh adalah suatu bentuk penghormatan kepada orang-orang yang menjadi musabab turunnya ilmu kepada seorang murid. Baiat bukanlah suatu penghambaan sebagaimana makhluk dengan Rabbnya. Namun salah satu bentuk rasa hormat takzim antara murid dan mursyid. Tidak ada sangsi dari mursyid bila murid mengingkari janji, namun sangsinya dari Allah, karena mengingkari janji. Orang yang tidak berthoriqoh mengabaikan fakta bahwa ada yang menjadi musabab datangnya ilmu kepada kita, sebagaimana mengingkari orang tua kita  yang menjadi musabab lahirnya kita, dimana kita diwajibkan untuk mendoakan mereka setiap waktu. Mengapa kita tidak lakukan kepada orang-orang yang menjadi sebab turunnya ilmu agama kepada kita?

5. Bentuk kehati-hatian. Thoriqoh bersanad, artinya, sanad tersebut sangat sulit dikatakan mengada-ada. Mengapa demikian? Setiap orang yang dianggap guru tentu dipercaya oleh sang murid. Apakah guru bisa berbohong? Bisa saja bila sang guru tidak menunjukkan ilmu agama yang mapan, akhlak yang karim, maka bisa saja dia berbohong. Namun bila seorang sudah menemukan keyakinan bahwa orang yang dihadapannya telah memenuhi dasar-dasar sebagai seorang guru, maka tentu dia sangat percaya dengan apa-apa yang dikatakan oleh gurunya. Sangat kecil kemungkinan mereka berbohong. Jadi hubungan satu tingkat ke atas pun sudah dapat dijadikan landasan tentang lurus atau tidaknya kualitas sanad yang diberikan. Apalagi kalau kita sudah melakukan investigasi latar belakang mereka, maka akan menambah keyakinan bahwa orang yang dianggap guru/mursyid adalah orang yang amanah dan mustahil berbohong. Dari merekalah akan turun sanad. Dan sanad ini adalah dasar otentisitas yang diterapkan pada Al Quran dan Hadis. Bila anda sekarang belajar kepada seorang guru, maka tidak ada salahnya bila menanyakan sanad keilmuan, karena guru wajib menyampaikannya kepada murid. Para Mursyid akan memberikan hijayah/sertifikat telah mengikuti thoriqoh yang di dalamnya termuat nama murid hingga Rasulullah Saw. Meneliti kelurusan Mursyid, dapat dilakukan dengan meneliti riwayat orang 1 hingga 2 tingkat di atas. Apabila lurus, maka mursyid itu akan dikenal oleh orang-orang sekitarnya sebagai orang yang dipercaya, tanpa perlu mengetes ilmu yang bersangkutan.

Waspada Kepada Ajaran-ajaran tak Bersanad
Hari ini banyak sekali orang yang membentuk kelompok-kelompok yang mengklaim dirinya sebagai yang paling lurus dan paling benar. Banyak orang yang mengaku-ngaku berilmu tapi tidak memiliki sanad. Mereka adalah orang-orang yang cerdas pelahap ilmu dan buku. Guru mereka adalah majelis-majelis taklim dan buku-buku. Apakah ini salah? Tidak. Tetapi berbahaya. Mengapa demikian?Berguru pada buku adalah sangat lemah, karena si pembaca tidak dapat bertanya tentang apa-apa yang tertulis, sehingga seringkali tersesat dalam penafsiran, apalagi apabila referensi yang dibaca benar-benar sesat. Anggaplah anda sekarang membaca Al-Quran, anda begitu yakin bahwa kitab di depan anda adalah Al Quran, tapi sesungguhnya beberapa ayat dan lembarannya diganti dengan ayat-ayat dari injil berbahasa arab. Apakah anda bisa membedakannya? Ini adalah ilustrasi tentang perlunya guru. Jadi seorang yang mengaku alim dan menyebarkan suatu ajaran, maka tanyalah dengan pertanyaan standar minimum: apakah beliau hafal Quran? karena hafal Quran adalah standar minimal keilmuan seorang Mursyid. Apakah ada urutan sanad? Seorang yang menolak menyebutkan sanad dalam penuruna ilmu menunjukkan orang tersebut tidak memiliki sanad keilmuan, sehingga layak ditinggalkan meskipun dia memiliki ilmu setinggi langit.

6. Bentuk ketaatan seorang hamba yang butuh. Thoriqoh adalah suatu bentuk janji dengan amalan sederhana kepada Allah. Karena berjanji kepada Allah maka statusnya menjadi wajib ditunaikan. Seorang yang telah berjanji/baiat untuk melaksanakan suatu tarekat akan terus dituntut untuk melakukannya, dan menjadi berdosa besar saat meninggalkan. Dan 'untunglah' tidak ada amalan tarekat yang membutuhkan modal apapun selain kesadaraan panca indra.

Apa keburukan Tidak ber-Thoriqoh?

1. Sombong. Ini adalah penyakit utama orang yang tidak berthoriqoh.

a. Hanya cukup Al Quran dan Sunnah yang diamalkan tanpa perantara. Jadi hanya dirinya dan Allah semata. Tapi siapa yang menyebabkan Al Quran dan sunnah-sunnah Rasulullah dan isinya turun kepadanya? Mengapa penghafal Al Quran harus memiliki sanad? Seorang yang menjalankan amalan-amalan tanpa sanad (guru) dan berbaiat kepada sang guru adalah seorang yang termasuk kurang ajar. Karena tidak menghormati jalur turunnya suatu amal kebaikan kepada dirinya. Darimana anda belajar syahadat, sholat, puasa? Apakah yakin yang anda amalkan sudah benar? Bila sudah mengapa anda tidak menghormati orang yang memberikan anda amalan tersebut?

b. merasa amalan yang dilakukannya cukup membawa dirinya ke surga.

c. tidak membutuhkan orang lain, cukup antara dirinya dan Allah saja.


2. Tidak menghormati sebab turunnya ilmu/hidayah..

3. Menganggap enteng amalan sunnah.

4. Fitnah terhadap jalur thoriqoh. karena beranggapan amalan dan sanadnya mengada-ada.



Bagaimana mendeteksi guru yang lurus dan tidak?

1. Akhlak.
2. Ibadah.
3. Hafalan Quran.
4. Hafalan Hadis.
5. Jenis buku dan bacaan.
6. Sikap dan sifat keseharian.
7. Pendapatnya tentang agama berdasarkan Al Quran dan hadis.
8. Guru-gurunya.
9. Pendapat tentang guru-gurunya.

Demikianlah pentingnya thoriqoh buat seorang salik, karena suatu pemikiran kerendah hatian bahwa ilmu diturunkan melalui perantara dan tidak dihunjamkan secara langsung. Apabila ada yang mengaku bahwa kita bisa langsung berkomunikasi dengan Allah, maka ujilah dengan cara yang sangat sederhana. Uji hafalan Qurannya, dan haditsnya, dan segala yang berkaitan dengannya. Karena seorang yang dekat dengan Allah tentu akan mendapatkan akses dengan mudah kepada kalamullah. Apabila hanya mampu menafsirkan namun tidak dapat menghafalkannya, maka tinggalkan orang tersebut, karena ia tidak lain hanyalah orang yang dikasih sedikit icip-icip oleh Allah namun mengaku bisa berkomunikasi dengan Allah. Dan juga tinggalkan ulama-ulama yang mencela guru mereka, dan mengaku melakukan pembaharuan dari apa yang diberikan oleh para gurunya. wallahua'lam

Ayo menghafal Quran

Menghafal Al Quran adalah fardhu kifayah, artinya diwajibkan untuk sebagian umat Islam. Namun dengan demikian janganlah berpikir bahwa itu sudah dilakukan atau untuk orang lain bukan untuk saya. Ini adalah pikiran yang salah. Semestinya setiap diri kaum muslimin berpikir, apakah sudah ada penghafal Al Quran di sekitar saya, jangan-jangan tidak ada. Maka mulai hari ini saya harus menghafal Al Quran. Menghafal Al Quran bukanlah suatu kemustahilan, menghafal Al Quran adalah suatu keniscayaan. Masalahnya adalah saat seseorang mengkaitkannya dengan kebutuhan dirinya akan Al Quran di dunia ini maka ia melihat bahwa menghafal Al Quran tidak menarik dan tidak menjual (malah ada larangan menjual suara/ayat). Yah demikianlah kenyataannya, seseorang selalu melakukan sesuatu (motif) berdasarkan untung rugi. Bila demikian Allahpun telah menerangkan keuntungan-keuntungan bagi penghafal Al Quran (berdasarkan tabiat manusia), yaitu antara lain:

  1. Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya pada hari kiamat nanti ia (Al Quran) akan menjadi penolong bagi pembacanya. (HR.Muslim). 
  2. Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka ia memperoleh satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan sama dngan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan (alif-lam-mim) itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf (H.R Tirmidzi)
  3. Perumpamaan orang yang membaca Al Quran, dan dia hafal, maka ia akan bersama para malaikat yang suci dan mulia. Sedang perumpamaan orang yang membaca Al Quran dan ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya, maka ia akan mendapat dua pahala. (HR.Bukhari)
  4. Dikatakan kepada shohibul Quran: Bacalah Al-Qur'an, naiklah (Allah menaikkan derajat orang itu) dan bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membaca dulu di dunia. Karena kedudukannya disurga terletak pada akhir ayat yang kamu baca. (HR. Muslim)
  5. .....
Masih banyak lagi hadis yang menceritakan keutamaan orang yang menghafal Al quran.

Sufi menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani

Ahli sufi yang hakki dapat dikenali dengan 2 cara:

Pertama, zahir mereka, yaitu mereka akan mengamalkan syariat secara ketat.

Kedua, batin mereka, yaitu mewariskan keruhanian Nabi Muhammad Saw.

Sebenarnya contoh manusia yang  paling baik ialah Nabi Besar Muhammad Saw. Dialah sebenar-benarnya sufi yang hakiki. Syari'at dan hakikat hendaklah berjalan bersamaan untuk kesinambungan agama dalam kehidupan mukimn sejati. Seorang wali Allah yang mewarisi kerohanian Nabi Saw akan memberi berkah kepada seorang salik dengan kehadiaran fisiknya. Sesungguhnya Iblis tidak dapat menyerupai Nabi Saw.


Hati-hatilah wahai para salik, orang buta tidak boleh menunjukkan jalan pada si buta yang lain. Pandangan kita hendaklah tajam supaya dapat membedakan kebaikan dan kejahatan, walau sebesar dzarrah. Perjalanan sufi bukanlah medan permainan. Bila suka boleh ikut, bila malas boleh ditinggalkan. Ia adalah jalan menuju ke Hadirat Ketuhanan, yang kepadanya tidak semudah diucapkan lisan. Namun demikian tetap menjadi tujuan bagi yang ingin mencari ketenangan diri dan makrifat hakikat penciptaan Tuhan. Bukankah kita diperintahkan untuk menyembahnya? Bagaimana bisa kita menyembahnya bila kita belum mengenalNya? (Kitab: Sirr al Asrar)

Thursday, August 05, 2010

Kenali Perjalanan Spiritualmu Sobat !

Suka atau tidak suka, menolak atau menerima, seseorang akan mengalami suatu perjalanan spiritual yang akan berpengaruh dalam hidupnya. Spiritualitas sering dikaitkan dengan agama, karena memang agama paling dominan berbicara spiritualitas.Spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti jiwa, hal yang berkaitan dengan spiritualitas ini adalah hal-hal yang bersifat abstrak. Dan kelompok rasionalis demikian mengesampingkan masalah spiritualitas ini terutama yang berkaitan dengan realitas ketuhanan. Karena bagi mereka hidup adalah apa yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, didengar, diukur, selain itu tidak ada.

Sebetulnya tidak terlalu sulit menentukan kebenaranan spiritualitas, karena setiap berbicara spiritualitas akan ada orang yang menjadi nara sumbernya. Dimana para nara sumber ini memiliki keunikan dalam kehidupannya, nara sumber adalah orang-orang yang sesuai antara perkataan dan perbuatannya. Apabila ada perbedaan, sesungguhnya mereka adalah orang-orang pembual, atau orang-orang yang masih dalam kategori pelajar spiritual, bukan pelaku spiritual.

Seseorang yang mengaku mengikuti aliran spiritual tertentu (agama/kepercayaan), haruslah yakin akan apa yang dianut dan diyakininya adalah benar, bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Hal-hal apakah yang menjadi ukuran bahwa aliran spiritual yang diikutinya benar? Bagaimana cara mengetahui benar atau tidaknya jalan spiritual yang kita anut.

Mengevaluasi perjalanan spiritual:

1. Ketenangan, apakah hari ini kita bertambah tenang dalam menjalani kehidupan, atau masih takut menghadapi kematian, kemiskinan, musibah. Masihkan marah-marah, sensitif, mudah tersinggung, tidak dapat menahan diri.

2. Hanya memikirkan Allah dan akhirat, dimanakah diri ini nantinya berada? Karena itulah tempat kembali. Masihkan tergiur dengan pernak-pernik dunia? Kalau masih kuat dan masih ada berarti bisa dikatakan perjalanan spiritual berada dalam jalur yang salah atau sama sekali tidak berjalan. Betul bahwa kita hidup di dunia dan kita harus bertahan hidup. Namun yang terjadi adalah kita menjadi budak, hamba, dan kacung dunia. Bukan mengambil sekedarnya. Hanya orang materialis/atheis yang rela menjadi kacung dunia. Maka sungguh bodoh apabila mengaku beriman namun selalu disibukkan urusan dunia. Perhatikanlah hal ini sobat ! Perhatikan ikatanmu pada dunia, sedihkan engkau karena tidak menjadi kaya? tidak populer? sedih memikirkan kebutuhan pokok keluarga yang selalu pas-pasan? Namun tidak pernah sedih dengan ibadah yang ditinggalkan, aturan yang dilanggar. Maka merugilah orang yang mengaku beriman itu.

3. Merasakan kehadiran Allah dalam kesehariannya. Perjalanan spiritual yang benar akan membuat pelakunya merasakan kehadiran Allah dalam hatinya.

4. Baik perkataannya, perbuatannya. Tidak ada bantahan tentang hal ini. Seorang yang lurus perjalanan spiritualnya akan makin lama makin bagus perkataannya, perbuatannya, menjadi penyabar, penyayang, lemah lembut, berani, menjauhkan dari yang dilarang.

5. Perjalanan spiritual membutuhkan guru. Siapakah dan bagaimana sosok guru yang sebenarnya? Pertama-tama kita lihat, keimanan apa yang kita anut? siapa yang membawanya? bagaimana sikap hidup dan perilakunya? Apakah mungkin orang yang mengaku mengikutinya kemudian bersikap kebalikannya? Maka apabila jalan spiritual anda adalah Islam, maka anda perlu mendapatkan guru yang mengetahui tentang Islam. Saat yang sama, maka guru anda pasti juga memiliki guru, dan guru dari guru anda juga berguru dan seterusnya. Maka ini yang perlu dicamkan bahwa berguru itu harus memiliki sanad atau garis ilmu. Apa fungsinya? Fungsinya adalah mengenal dengan baik apakah orang yang anda ikuti amanah atau tidak. Apabila seseorang dengan gegabah mengatakan bahwa cukuplah Al Quran dan Sunnah sebagai pegangan kami. Maka Al Quran mana yang akan dia gunakan? apakah dia tahu kalau ada salah cetak dari percetakan? Apakah dia tahu aspek-aspek bahasa, gramatika, dan seterusnya? Apabila mengatakan cukuplah bagi kami tafsir. Maka apakah anda tidak ingin berdialog dengan orang yang menuliskan tafsir, atau minimal muridnya, atau murid dari muridnya? Apalagi berbicara masalah Sunnah, dimana sunnah tidak dijamin oleh Allah kebenarannya, maka diperlukan orang yang berilmu dalam menguraikan aspek-aspek yang terkandung dalam hadis. Karena orang awam tidak mengenal mana hadis untuk suatu kasus, apabila ada 2 hadis bertentangan maka mana yang terlebih dahulu digunakan? Apabila seseorang mengatakan bahwa bisa ditanyakan kepada ustadz A, B, C dan seterusnya, maka hal tersebut juga akan rawan penyimpangan. Mengapa? Karena kita hanya mengenal si ustadz A,B,C sebagai ustadz tanpa tahu darimana dia belajar, siapa gurunya dan seterusnya, dari sinilah orang banyak disesatkan.

6. Hidup harmonis dengan lingkungan. Seseorang harus menjadi rahmat bagi lingkungannya. Saat seorang yang benar dalam perjalanan spiritualnya akan ditunjukkan jalan untuk berinteraksi dengan lingkungan, karena ia akan selalu berusaha menemukan harmonisasi dengan alam sekitarnya.

7. Memahami arti dari setiap kejadian, seandainya tidak mengerti akan langsung berdoa dan minta diberi petunjuk tentang suatu kejadian.

Guru spiritual Islam memiliki beberapa kriteria:

1. Menghormati Al Quran, dengan membaca, mengamalkan, dan menghafalkannya. Apabila bertemu seseorang yang nampak alim, terhormat, mengaku A, B, C dan seterusnya maka tanyakanlah apakah  beliau hafal Al Quran? Apabila seorang yang alim dan wara ditanya tidak akan berbohong tentang hal itu. Tetapi apabila marah, maka atau berusaha mencari pembelaan diri yang mengatakan tidak perlunya menghafalkan Al Quran maka tinggalkan jauh-jauh orang tersebut. Karena dia lebih berbahaya daripada orang awam. Namun hormatilah beliau disaat beliau juga dalam proses belajar dalam rangka menghafal Al Quran, dan minimal pasti tidak kurang dari 10 Juz, apabila dia dikenal dan sudah berumur. Banyak guru-guru spiritual palsu yang berjubah, berjenggot, bersorban, berbicara agama yang diambil dari internet, dari kitab-kitab terjemahan. karena seorang ulama dalam Islam akan selalu belajar dari sumbernya.

2. Selalu menganjurkan untuk mendekat kepada Allah, berbuat karena Allah.

3. Zuhud kepada dunia. Guru yang zuhud pada dunia, tidak akan menerima semua tawaran ceramah, kajian di televisi, dan semua yang berbau uang, dan popularitas, karena ia tahu salah satu diantara hal tersebut adalah perangkap syetan.

4. Kehidupannya dekat dengan kehidupan sang teladan Rasulullah Saw. Semua yang dilakukan adalah cermin dari Al Quran dan sunnah.

5. Enak dipandang dan diajak berbicara. menenangkan, meneduhkan, menyemangati kita untuk taat dan beribadah kepada Allah. Kalau bertemu maka kita akan bersemangat untuk taat kepada Allah, bersegera mengamalkan apa yang diperintahkan.

6. Banyak tobat, sholat dan zikirnya. Seorang guru spiritual tidak suka terlalu banyak bicara, melainkan banyak berbuat.

7. Tidak bergantung pada orang lain. Seorang guru spiritual rejekinya tidak digantungkan kepada orang. Tidak bersedia diatur jadwal hidupnya bagaimana harus mencari nafkah. Biasanya bekerja lepas, berdagang, bertani, mengajar lepas, atau pekerja freelance. Karena pekerja tetap bergantung pada janji untuk amanah pada kerjaan. SEdangkan Allah menuntut kecintaan yang lebih dari hambaNya....

Tuesday, July 27, 2010

10 Keburukan berdebat dalam agama

10 Keburukan berdebat dalam agama:

1. Memperburuk agama Allah. Meskipun mengaku menggunakan Al Quran dan sunnah, namun keahlian menafsirkan, logika yang berbeda menyebabkan kebenaran bersifat relatif/nisbi. Saya pribadi pernah berargumen dengan seorang yang memfitnah ulama, kemudian saya menggunakan dalil larangan menjelekkan orang lain sesama muslim, maka jawabannya adalah: “Anda tidak berhak menafsirkan ayat karena tidak memiliki kapasitas.”
Saya sih maklum saja, tapi masalahnya yang bicara adalah orang yang tidak jauh lebih baik dari saya dari bacaan Quran, tidak berbahasa arab, tidak hafal hadis, cuma berdasarkan kata gurunya, dan gurunya dari gurunya, dan dari gurunya dan seterusnya, entah guru yang mana yang memiliki kapasitas mencela ulama lain, wallahua’lam. Namun saya melihat disitulah letak kesombongannya, dimana dalil al Quran yang tidak perlu ditafsirkan/terjemah dibilang sebagai bentuk tafsiran. Apakah ayat ini masih butuh ditafsirkan?

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah persangkaan (kecurigaan), karena sebagian dari persangkaan itu dosa. Dan jangan mencari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat 11-12).

2. Kesombongan. Ini adalah hal yang paling berbahaya dari semua bahaya berdebat. Perdebatan yang mengarah kepada benarnya pendapat diri dan salahnya pendapat orang lain merupakan bentuk dosa dan maksiat yang paling besar. Kita tahu bahwa tugas dari kaum muslimin hanya menyampaikan kebenaran dan menjawab pertanyaan orang-orang yang mencari kebenaran. Maka kita wajib meninggalkan orang-orang yang berniat mencari keburukan orang lain.


3. Sia-sia. berdebat yang tidak diniatkan mencari kebenaran tapi mencari pembenaran akan sia-sia. Saat berdebat tentang apa yang dialami/disaksikan/dirasakan dalam hati maka tidaklah akan ditemukan titik temu kecuali orang-orang yang hatinya menyaksikan hal yang sama. Pencela akan berkumpul dengan pencela, penyaksi akan berkumpul dengan penyaksi.

4. Berdebat mengeraskan hati. Hati yang keras akan sulit menerima kebenaran. Dalam perdebatan agama, orang yang berdebat memiliki cara pandang bahwa kebenaran ada dalam tangannya, orang lain yang salah dan harus salah, meskipun orang tersebut benar. Hal ini termasuk efek yang mengerikan dari berdebat. Jadi orang yang suka berdebat akan sangat susah menerima kebenaran. Seperti firaun yang belum juga tobat setelah melihat mukjijat Musa, bahkan sampa laut terbelah membentuk dinding tinggi, hawa nafsu menutupi pandangannya, hingga dinding air tersebut menghempas dan nyawa sudah sampai ke tenggorokan pengakuan itu baru muncul. naudzubillah.

5. Berdebat mengeruhkan hati. Hati orang yang berdebat cenderung keruh, atau kotor, hati yang kotor akan terpancar keluar dari lisan dan tindak-tanduknya. Sifatnya keras, mukanya keras, kaku. Hati yang kotor cepat mudah marah, cepat tersinggung, penuh prasangka, paranoid, sok tahu dan sejenisnya.

6. Berdebat membuat hati menjadi lalai mengingat Allah. Ini adalah hal yang buruk dari yang buruk. Tujuan orang beriman adalah mengabdi kepada Allah. Orang yang mengabdi tentu akan selalu ingat kepada Tuannya. Karena hamba yang buruk adalah hamba yang sibuk dengan dirinya sendiri. Allah senang diingat oleh hambaNya

7. Membiasakan mencela. Orang yang suka berdebat pasti suka mencela. Berawal dari mencari cela untuk membenarkan argumen berubah menjadi mencela. Karena terlalu bersemangat maka digunakan strategi menjatuhkan kredibilitas sesorang di mata orang lain, yang menyebabkan orang tersebut dipermalukan, atau terlihat hina di mata orang lain. Sehingga kebenaran apapun yang keluar dari mulutnya akan hina juga. Sedangkan nyata-nyata bahwa mencela itu perbuatan keji, namun mereka selalu bersembunyi dibalik dalih bahwa ia sedang menyampaikan kebenaran.

8. Menjauhkan diri dari tobat. Bagaimana bertobat dalam kondisi merasa selalu/harus selalu benar. Ujung-ujungnya sombong lagi-sombong lagi.

9. Menjauhkan diri dari ilmu dan kebenaran. Orang yang merasa dirinya benar akan menutup diri pendapat orang lain dan keinginan menambah ilmu. Dan cenderung akan menerima dari sumber yang memperkokoh pendapatnya dan jalur dari orang yang dia anggap sejalan pemikirannya. Sehingga dunianya akan sempit, sesempit cara berpikirnya.

10. Dijauhi manusia. Orang suka berdebat tidak akan disukai oleh orang. bagaimana disukai, bila pekerjaannya hanya memaksakan pendapat dan tidak pernah mau mendengarkan pendapat?


Larangan berbantah-bantahan (berdebat)

Dalam Al Quran, masalah perselisihan tentang kebenaran memang sering ditujukan kepada Yahudi dan Nasrani, namun hendaknya hal tersebut juga menjadi pelajaran buat kaum muslimin, agar tidak terjebak dalam hal yang sama.

213. Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Al Baqarah:213)

105. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (Ali Imran:105)

..haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (Al Baqarah:197)

46. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Anfaal:46)

13. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (Ar Ra’d:13)

69. Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya. (Al Hajj:69)


Monday, July 26, 2010

Pejalan Spiritual tidak berdebat

Berdebat adalah hal yang pantang dilakukan oleh seorang pejalan spiritual. Seorang salik/sufi akan berbicara hanya ketika ditanya, dan berhenti saat orang yang bertanya tidak berniat mencari kebenaran, namun lebih kepada menguji atau mencari celah untuk mencela sang salik. Apakah seorang salik takut dan pengecut? Ya, benar, seorang salik sangat takut kepada lidahnya akan menggelincirkannya, seorang salik takut pembicaraannya mengotori hatinya, seorang salik takut hatinya berpaling kepada selain Allah.

Seorang salik yang berhenti dan menoleh kepada orang yang mencela karena tersinggung dengan perkataannya adalah salik yang belum memasuki maqam apapun. Dia masih sakit hati, memiliki kemarahan dalam jiwanya. Hatinya tidak sabar, gundah, kecewa dengan omongan yang ditujukan kepada dirinya. Seorang salik sejati hanya terfokus pada zikir-zikirnya, dan menjaga hubungan dengan Allah. Seorang salik hanya berbicara tentang Allah, mengajak orang mencintai Allah, dan memberikan nasehat kepada orang yang membutuhkan. Seorang salik sangat mengenali orang-orang yang di dalam dirinya ada penyakit, dan cenderung menjauhinya. Karena seorang salik tahu bahwa penyakit itu dapat menular kepadanya. Penyakit yang paling berbahaya adalah merasa yang paling benar. Hal ini seperti kisah iblis laknatullah bahwa ia mendebat Allah karena merasa ada yang salah dengan perintah Allah. Bisa jadi alasan iblis adalah benar, tetapi karena yang didebat adalah Allah maka tetap saja ia salah. Inilah analog yang sama, dimana seorang salik tidak boleh menengok/merespon orang yang mencelanya, karena sesungguhnya, orang yang mencela seorang hamba yang melakukan ketaatan kepada Allah tidak lain tidak bukan adalah syetan yang mengganggu perjalanan spiritual seorang hamba. Apapun pangkat, baju, posisi, kekuasaan, kemuliaan yang dimilikinya, selama seseorang menyerang orang lain yang melakukan ketaatan adalah kaki tangan syetan. Dan mereka tidak perlu dilayani. Cukup tinggalkan mereka dan lanjutkan perjalanan dalam menuju Zat yang Maha Indah.wallahua'lam

Murnikan ketaatan, jaga kesucian: Kunci Keselamatan itu..

Banyak orang yang mencari-cari jalan untuk menemukan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya jalan itu sudah terlihat, namun banyak yang enggan melewatinya. Dengan berbagai alasan, berat, terjal, berliku, tidak yakin, tidak indah, tidak asyik, dan tidak gaul dst..dst..
Karena alasan-alasan tersebut banyak yang merasa enggan untuk menapaki jalan spiritual.
Kunci keselamatan sesungguhnya sangat mudah, yaitu:
Memurnikan ketaatan dan menjaga kesucian !!!
1. Ketaatan yang dimaksud tentu adalah ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Tidak ada yang tersesat selama mengikuti jalan ini.
2. Menjaga kesucian berarti menjauhkan diri dari kemaksiatan, makanan haram, perbuatan tercela, memandang yang bukan haknya, membersihkan dari penyakit hati, syak, prasangka, ghibah, mencela, mengkritik, merasa benar.

Apabila seseorang sudah memegang 2 hal tersebut maka Insya Allah selamat. Pertanyaan berikutnya, ah sudah sering denger, klise, terlalu umum....Bila muncul perkataan tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut tidak memiliki tujuan dan program yang jelas dalam menjalani kehidupan, orang-orang ini tidak memiliki pembimbing rohani yang lurus dan mapan. Atau bisa dikatakan sebagai pencari spiritual lepas, yang mencari ilmu dari taklim satu ke taklim lain, mengikuti berbagai macam kajian, membaca semua situs agama, membaca semua buku agama. Namun tidak memiliki metode, kedisiplinan dan sangsi bagi diri sendiri. Bagaimanapun menempuh perjalanan spiritual membutuhkan kendaraan dan pengemudi.

Perlu diketahui bahwa jalan ketaatan itu mudah selama kita berguru kepada orang yang tepat. Mengapa demikian? Guru yang tepat selalu memberikan ilmu sesuai dengan kadar yang disesuaikan dengan kondisi kejiwaan si murid. Sehingga si murid akan terus tertarik untuk terus belajar, dapat merasakan karunia Allah, dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Jadi memang dibutuhkan seorang guru yang membimbing agar selamat dalam perjalanan.

Bagaimana ciri yang guru yang baik, dan cocok untuk menjadi guru kita? Jalan pertama adalah kembali kepada doktrin di atas: Murnikan ketaatan dan jaga kesucian. Lakukan dengan khusyu', hanya berharap ridho Allah, dan berdoa ditunjukkan guru yang lurus dan diridhoi. Jangan terlalu banyak berpikir dan berlogika, gunakan hati dalam menimbang kebenaran. Maka nanti kita akan didekatkan dengan orang yang ikhlas dalam mengajarkan ilmu, rendah hati, tinggi ilmunya. Pada saat ketemu dengan orang tersebut maka hati kita akan berkata, itu guru yang selama ini engkau cari ...datangilah dan berbaiatlah kepadanya sebagai murid. Setelah guru kita dapatkan maka yang pertama kita rasakan adalah ketenangan, semangat menggapai akhirat, semangat menghirup ilmu-ilmu untuk mengenal Allah. Sebaliknya guru yang buruk biasanya hanya pandai berbicara dan berorasi, namun dalam kesehariannya tidak menampakkan sesuatu hal yang bisa dijadikan teladan, atau ada kewajiban yang ditinggalkan atau melakukan kemaksiatan.
Bila hal ini tidak dirasakan maka kembalilah lagi kepada: Murnikan ketaatan dan jaga kesucian, mungkin saja diri kita yang masih berprasangka, atau memang orang yg kita tuju bukan guru yang dimaksud, maka Allah akan memberikan petunjuknya. Insya Allah..Ingat kawan: Jalan keselamatan, Cinta Allah, Surga, Kebahagiaan ada pada Kemurnian dalam taat dan kesucian jiwa.....

Memurnikan ketaatan:
1. Menjaga jumlah sholat dan kualitas sholat/ mendisiplinkan diri berjamaah dan sholat malam.
2. Memperbanyak dan menjaga kualitas dzikir/mendisiplinkan jumlah bacaan dzikir.
3. Memperbanyak membaca, menghatamkan dan membaca Al Quran.
4. Menjaga quantitas dan kualitas puasa.
5. Menyerahkan masalah kepada Allah.
6. Menjaga yang wajib, menambah yang sunnah.

Menjaga kesucian:
1. Menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuh.
2. Menjaga suara yang keluar dari mulut.
3. Menjaga anggota tubuh dari berbuat maksiat.
4. Berkumpul dengan orang sholeh.
5. Menjauhkan diri dari orang yang berperangai buruk.
6. Sering memalingkan diri dari kelezatan dan hiruk pikuk dunia.

Thursday, July 15, 2010

Tanda-tanda lurus/sesatnya seorang sufi

Lurusnya seorang sufi ditandai dari hal-hal berikut:
1. Baik akhlaknya.
2. Menjaga yang wajib.
3. Sedikit bicaranya.
4. Ramah sikapnya.
5. Rela berkorban.
6. Murah senyum.
7. Sedikit makannya karena banyak puasa.
8. Meninggalkan yang mubah dan sia-sia.
9. Menambah yang sunnah.
10. Suka menolong.
11. Pekerja keras karena tidak bergantung oleh orang lain.
12. Jauh dari kemaksiatan dan dosa.
13. Menjaga hak saudaranya.
14. Menjaga aib saudaranya.
15. Hafal/menghafal Al Quran dan Hadis.
16. Menjauhi debat dan penghakiman.
17. Menghindari konflik yang sia-sia.
18. Orang senang melihat dan dekat dengannya.
19. Menolong orang yang kesusahan.
20. Mewaspadai penyakit-penyakit hati yang samar.
21. Tidak takut miskin/kehabisan rejeki.
22. Banyak doanya.
23. Mulutnya, pikirannya, hatinya tidak pernah berhenti berzikir.
24. Yakin dengan pengaturan Allah.
25. Sedikit tidur karena banyak ibadah.
26.

Tanda-tanda sesatnya seorang sufi.
1. Kaku dan tidak menyenangkan.
2. Mudah menghakimi dan menuduh.
3. Suka mendebat, mencela dan merasa paling benar.
4. Perangainya bagus di depan khalayak dan buruk bila sendiri.
5. Ibadahnya dangkal dan tidak mempedulikan kehadiran Allah dalam hati.
6. Membeda-bedakan kaum muslimin.
7. Mukanya muram, berkerut, dan enggan mengucapkan salam bahkan kepada sesama muslim.
8. Egosentris dan tidak berempati dengan lingkungan.
9. Hanya senang berbicara ibadah tetapi tidak melakukannya.
10. Tidak suka menghafal dan membicarakan Al Quran.
11. Kering pembicaraannya dan tidak menenangkan jiwa.
12. Menggantungkan rejekinya kepada kemurahan orang lain.
13. Masih mengkhawatirkan miskin.
14. Masih bergantung pada akal dalam mensikapi takdir.
15. Hatinya penuh syak dan prasangka terhadap orang dan kejadian.
16. Banyak makannya.
17. Besar syahwatnya terhadap wanita.
18. Kikir bin bakhil.
19. Dihinggapi penyakit-penyakit hati seperti: ujub, riya', sum'ah.
20. Tidak tahan lapar, sakit.
21. Banyak tidurnya.
22. Mata duitan dan komersil bila merasa dibutuhkan (berharap imbalan saat menolong, membacakan doa, ceramah/mengajar).

Friday, June 04, 2010

1/2 bathil + 1/2 haq = bathil

Mungkin kita pernah mendengar jargon STMJ = Sholat terus Maksiat jalan. Sesungguhnya yang haq dan yang batil itu tidak bisa bercampur, meskipun tidak mutlak, namun tetap saja orang yang menganut jargon ini belum berada pada jalan yang lurus. Lho, bukannya setiap orang pasti berdosa dan berbuat dosa. Betul! Namun hakikatnya berbeda.

Yang pertama:
Orang yang berdosa/berbuat dosa kemudian menganggap dosa adalah hal yang wajar karena masih diimbangi dengan kebaikan.

Yang kedua:
Orang yang berdosa/berbuat dosa kemudian sadar bahwa itu adalah perbuatan dosa, dan segera memohonkan ampun dan meminta Allah agar melepaskan dirinya dari perbuatan dosa tersebut.

Hal kedualah yang harus ada dalam diri kaum muslimin.
18. Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). (Al Anbiyaa’)
Hawa nafsu adalah tempat yang subur bagi syetan untuk menebarkan benih-benih kesesatan. Kemaksiatan dan kesesatan yang ditanamkan ini hanya bisa dikalahkan dengan mengurangi kebutuhannya, yaitu melampiaskan syahwat. Saat syahwat tidak diakomodasi maka hawa nafsu akan mengering dan lemah. Saat kondisi ini cahaya illahi dapat menembus kalbu. Syahwat yang dituruti menyebabkan berkembangnya segala jenis kemaksiatan, ibarat hutan rimba yang tidak dapat tertembus sinar matahari.
Syetan beraksi dengan penipuan model terbaru yang samar. Tidak lagi menggunakan cara-cara lama yang kasar. Syetan mencampuradukkan yang haq dan yang batil sehingga produknya tetap satu yaitu kebatilan.
71. Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? (Ali Imran)
Dalam hal ini jelas bahwa ahli kitab mengetahui yang haq namun menyampurkannya dengan yang bathil sehingga hasilnya adalah kebathilan. Jadi apabila kita mendengar slogan, sholat jalan, maksiat jalan, dengan harapan akan seimbang hitungan pahala dan dosanya, maka sesungguhnya jalan ini adalah jalan yang bathil, maksiat, dan sesat. Meskipun benar bahwa ada pahala dalam setiap kebaikan yang dijalankan. Namun pemahaman ini berhenti hanya pada tataran jual-beli (baca tulisan sebelum ini).
Di dalam Islam, pengabdian itu ditujukan kepada Allah, dengan cara Allah, dan dalam proses yang terus-menerus. Setiap kebaikan akan berimplikasi kepada kebaikan yang lebih luas, sebagaimana domino efek. Menjalankan ketaataan dengan berharap hanya dihitung ‘satu pahala’ adalah pikiran yang sangat naif. Dalam proses keimanan memang ada naik turun, namun demikian dibalik kebaikan dan ketaatan ada yang disebutkan sebagai Ridho Ilahi, dimana saat Allah ridho pada perbuatan hamba maka tidak hanya pahala yang didapat bahkan dilipatkan, namun yang lebih utama merasakan kedekatan dengan Allah yang menenggelamkan kita dalam laut makrifat (mengenal Allah)

Sifat dan akhlak Rasulullah

Beliau adalah orang yang lembut, murh hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan saat memegang kekuasaan dan sabar saat ditekan. Aisyah berkata,"Jika Rasulullah Saw harus memilih di antara dua perkara, tentu beliau memilih yang paling mudah di antara keduanya, selagi itu bukan suatu dosa. Jika suatu dosa, maka beliau adalah orang yagn paling menjauh darinya. Beliau tidak membalas untuk dirinya kecuali jika ada pelanggaran terhadap kehormatan Allah, lalu dia membalas karena Allah. Beliau adalah orang yang paling tidak mudah marah dan paling cepat ridha. Beliau murah hati dan dermawan, dan selalu memberikan apapun dan tidak takut menjadi miskin.

Ibnu Abbas berkata,"Nabi Saw adalah orang yang paling murah hati. Kemurahan hati beliau yang paling nampak yaitu pada bulan Ramadhan saat didatangi Jibril. Jibril menghampiri beliau setiap malam apada bulan Ramadhan, untuk mengajarkan Al Quran kepada beliau. Beliau benar-benar orang yang sangat murah hati dalam memberikan hal-hal yang baik atau beramal daripada angin yang berhembus."

Nabi Saw adalah orang yang pemalu dan suka menundukkan mata. Abu Sa'id Al-Khudry berkata," Beliau Saw adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat pengitannya. Jika tidak menyukai sessuatu, maka bisa diketahui dari raut mukanya." Belaiau tidak pernah lama memandang ke wajah seseorang, menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada memandnag ke arah langit, pandangannya jeli, tidak mempermalukan seseorang.

Nabi Saw adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya dan paling besar amanatnya. Beliau tidak menginginkan orang yang sedang duduk untuk berdiri menyambutnya, seperti yang dilakukan para raja, beliau terbiasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang-orang miskin, memenuhi undangan hamba sahaya, duduk di tengah para sahabat, sama seperti keadaan mereka. Aisyah ra berkata," Beliau biasa menambal sepatunya, menjahit bajunya, melakukan pekerjaan dengan tanan sendiri, seperti dilakukan salah seorang di antara kalian di dalam rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya, dan membereskan urusannya sendiri.

Beliau adalah orang yang paling berusaha untuk memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, paling menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain, paling bagus pergaulannya, paling lurus akhlaknya, jauh dari keburukan, tidak pernah berbuat keji atau menganjurkan kekejian, tidak suka mengumpat, tidak membalas keburukan dengan tindakan serupa tetapi membiarkannya dengan ikhlas. (Shirah Nabawiyah)

Thursday, June 03, 2010

Semua Ketaataan Harus Menuju Allah

Masih banyak diantara kita yang kebingungan dalam ketaatannya. Bagaimana menempatkan ketaatan? bagaimana menempatkan ibadah?

1. Ada yang ketaataannya berhenti sebatas jual-beli kepada Allah.

Berdasarkan firman Allah:

111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (At Taubah)

Tidak ada yang salah dengan jual beli dalam ketaatan yang didasarkan keimanan kepada Allah, namun harus diketahui oleh kaum muslimin ada usaha yang lebih tinggi daripada itu semua yaitu MENDEKAT KEPADA ALLAH. Pada saat ketaatan kita berhenti hanya pada melakukan kebaikan, ibadah dan ketaatan semata-mata hanya untuk selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga, maka sangat merugilah posisi ini, meskipun telah berjalan di jalan yang lurus, maka ada posisi yang lebih tinggi dari itu yaitudekat/mendekati Allah....

35. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah)

99. Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At Taubah)


11. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. (Al Waqi'ah)

88. adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
(Al Waqi'ah)


28. (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
(Al Muthaffifin)


Sesungguhnya banyak ayat lagi, yang menyuruh kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena ada nilai spiritual yang tidak terbayangkan saat seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah. Tidakkah kita ingin mencapai derajat berikut ini:

Dalam sebuah hadits qudsi riwayat 'Aisyah dan Anas ibn Malik ra, Allah Swt berfirman:

"Siapa saja yang menyakiti wali-waliKu, berarti dia telah menyatakan perang kepadaKu. Setiap kali hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan hanya melaksanakan amalan wajib ditambah dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Ketika Aku sudah mencintainya, maka Aku akan menjadi matanya yagn dia gunakan untuk melihat, telinganya yang dia gunakan untuk mendengar, tangannya yang dia gunakan untuk menggenggam, akakinya yang dia gunakan untuk berjalan, hatinya yang dia gunakan untuk berpikir, lidahnya yang dia gunakan untuk berbicara. Jika dia bedoa kepadaKu, Aku mengabulkannya. Jika dia meminta kepadaKu, Aku memberikannya, Aku tidak pernah bingung terhadap sesuatu, karena Aku sendiri yang menciptakan kebingungan itu melalui kematiannya. Oleh karen itu, diaakan dipaksa oleh kematian dan Aku tidak menyukai kematiannya yang buruk
(H.R Bukhari)

Orang yang dekat/mendekati Allah adalah orang-orang yang menjadikan sarana ketaatan dan ibadah untuk mendekat. Sebaliknya lalai dan meninggalkan ibadah berarti menjauh. Konsep seperti ini menyebabkan orang-orang yang mendekatkan diri cenderung akan terus mendekatkan diri karena ada 'RASA' luar biasa yang tidak dia dapatkan selain dari ibadah. 'Rasa' inilah yang terus dikejar sehingga tampak luarnya membuat dia menjadi seorang yang taat. Orang-orang yang mengejar 'rasa' kedekatan kepada Allah ini sungguh tidak terlalu disibukkan dengan urusan surga neraka. Takaburkah? Bukan sama sekali, 'rasa' dekat dan nikmat ibadahlah yang membuat mereka lupa memikirkan surga neraka apalagi urusan dunia. Seakan dunia dan perhiasannya menjadi hilang, karena cahaya Allah melingkupi. Orang-orang ini bukan berarti tidak takut neraka atau tidak berharap surga, tidak sama sekali. Mereka masih termasuk orang yang takut kepada hal tersebut, namun karena terlalu nikmatnya mendekat kepada Allah membuat mereka menjadi orang yang lupa akan urusan2 dunia, bahkan surga dan neraka. Apakah orang-orang yang mengejar 'rasa' ini menganjurkan meninggalkan ibadah? Sebaliknya, 'rasa kedekatan' dengan Allah hanya bisa diraih melalui ibadah yang ketat. Karena tidak ada cara lain untuk mendekat selain menunaikan kewajiban, meninggalkan larangan, amar ma'ruf, nahi mungkar secara totalitas...

2. Ada yang ketaataannya diabdikan hanya pada Islam itu sendiri, tapi lupa memperbaiki diri. Penyakit ini banyak dialami oleh kaum muslimin yang terjun ke dunia politik dan dakwah. Politik dan dakwah dipandang sebagai suatu kewajiban yang merupakan rintangan yang harus dilewati oleh kaum muslimin. Mereka hanya sibuk dengan strategi dan analisis dakwah, namun mereka lupa memperbaiki diri. Karena sesungguhnya para ulama yang lurus lebih banyak usaha memperbaiki diri terlebih dahulu, hingga datang waktu dimana Allah 'memaksa' mereka untuk berdakwah.

Friday, May 21, 2010

Pengajaran-pengajaran Ibn Athaillah dalam Al Hikam (2)

"Pokok dari tiap-tiap maksiat adalah lupa kepada Allah, dan rela mengikuti syahwat yang berasal dari hawa nafsu. Pokok dari setiap ketaatan, kesadaran dan menjaga diri dari syahwat adalah tidak relanya dirimu mengikuti hawa nafsu."

Orang-orang yang makrifat sepakat bahwa pokok timbulnya perbuatan maksiat adalah berpalingnya hati dan pikiran dari selain Allah. Karena selalu menuruti nafsu menyebabkan seseorang tidak lagi mampu melihat keburukan dari perbuatan tersebut. Orang yang terbiasa mabuk akan menganggap hal tersebut adalah 'kewajaran' belaka, tidak ada rasa penyesalan, kesedihan, malu, takut azab, karena memang hatinya sudah tertutup dengan kotoran maksiat. Orang yang hatinya sudah tertutup kotoran maksiat ini, menganggap benar apa yang dilakukannya dan menuduh orang lain yang salah. Pada kondisi ini tidak mungkin cahaya Allah masuk ke dalam dirinya. Sebagian pelaku maksiat ini kadang berpikir bahwa apa yang diperbuatnya tidak seberapa dibanding amal ibadah lain yang dilakukannya. Inilah bisikan syetan yang slalu bergema ditelinga pelaku maksiat. Secara perlahan namun pasti orang-orang ini disesatkan dan terus disesatkan oleh syetan hingga meninggalkan seluruh ibadah. Perbuatan ini tidak dapat disembuhkan dengan ibadah apapun sebelum dilakukan tobatan nasuha. Orang yang ingin kembali harus mutlak bertobat dan meninggalkan semua bentuk kemaksiatan.

Bila kita melihat banyak pihak pada hari ini menghubungkan antara ketaatan dalam beribadah dengan kesuksesan dan kekayaan, maka bagi orang makrifat hal itu adalah tipuan terbesar dari syetan. Orang makrifat sangat mengenali tipuan lama yang dibungkus dengan bentuk baru ini. Orang yang menukar ketaatan dalam beribadah dengan mengharapkan imbalan kesuksesan dan kekayaan adalah orang-orang bodoh. Karena pandangan, tujuan, dan dasar semua ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata. Meskipun konsep yang disebutkan di atas tidak salah 100%. Mengapa demikian? Allah telah memberikan ketetapannya bahwa orang yang taat akan balas dengan kenikmatan di dunia dan di akhirat. Namun sesungguhnya hal ini merupakan motivasi dasar, dimana ketaatan kepada Allah, akan mendapatkan langsung dari Allah. Semestinya itu bukan tujuan tapi bonus atau buah dari usaha untuk taat kepada Allah. Dan tujuan utamanya adalah menjumpai Allah Sang Terkasih.

Karena sesungguhnya sukses dalam arti kekuasaan, pangkat, jabatan dan popularitas adalah fitnah dunia yang harus ditinggalkan. Orang yang hatinya terikat pada dunia tidak akan pernah menapaki jalan spiritual. Karena secara otomatis ketaatannya selalu dikaitkan dengan keuntungan instant yang disaksikan dan didapatkan di dunia ini.

Mengetahui seluk beluk nafsu itu wajib, sehingga kita akan terus waspada akan pergerakannya. Di antra sifat-sifat nafsu itu adalah nafsu ammarah, yaitu nafsu yang selalu condong kepada watak badaniyah. Yang selalu memperturutkan kelezatan dan syahwat: makan, tidur, menonton hiburan, pesta, yang dilakukan dan disalurkan secara tidak syah maupun berlebihan.
7 Macam nafsu amarah.
1. Syahwat.
2. Marah.
3. Sombong.
4. Dengki.
5. Merasa paling utama.
6. Tamak.
7. Riya'

Sifat-sifat buruk ini bisa dilawan dengan ketaatan dalam beribadah dalam semua keadaan, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, kesabaran menghadapi ujian, sungguh-sungguh dalam melakukan segala hal. Sombong dan tamak dilawan dengan Qana'ah, sifat ini tidak bisa dipelajari dengan teori tapi harus berasal dari perenungan tentang kejadian sehari. Orang yang qana'ah mampu melihat bahwa setiap kejadian dapat terjadi karena ijin dari Allah. Sekeras apapun usaha manusia mendapatkan sesuatu bila Allah tidak mengijinkan maka tidaklah akan tercapai. Sebaliknya tanpa mengusahakan sesuatu bila, Allah berkehendak, maka terjadilah sesuatu. Orang qana'ah sangat mengetahui aspek ini sehingga dia tidak melakukan atau menghindari sesuatu karena takut rejekinya kurang.

Nafsu yang diberi rahmat oleh Allah adalah nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang menyebabkan hati terang dalam melihat jalan ketaatan. Adapun sumber ketaatan adalah kemampuan untuk mengikuti ajakan nafsu dan syahwat. Keengganan ini menghasilkan semua ketaatan dan akhirnya ia akan menjadi orang yang makrifat.

Keberhasilan di dalam mencapai ketaatan ada 3 sebab, yaitu:
1. Takut kepada Allah, baik dalam keramaian maupun kesunyian.
2. Rela akan ketetapan Allah.
3. Dibebankan pada semua makhluk dalam semua keaadan.

Monday, May 17, 2010

Pengajaran-pengajaran Ibn Athaillah dalam Al Hikam (1)

"Allah yang Haq itu tidak tehalangi (tertutup). Sesungguhnya yang terhalang adalah kamu dari melihat kepadaNya. Sebab seandainya ada sesuatu yang menghalangiNya, pastilah Allah tertutup. Setiap yang menutup harus lebih besar. Sedangkan Allah adalah Zat yang Menguasai semuanya." (Ibn Athaillah)

Sesungguhnya Allah tidak tertutup. Seandainya manusia tidak bisa melihat kepadaNya karena adat tutup yang menutupi manusia, bukan Allah. Jika seseorang ingin sampai kepada Allah, serta masuk kehadiratNya, pertama-tama dia harus mencari cela dirinya. Kemudian mengobati cela itu. Dengan banyak bertobat, menjalankan ketaatan, dan menyingkirkan keburukan dari dalam hati dan perbuatannya. Dengan mengobati cela maka tabir penghalang lambat laun akan terbuka.

Tiada yang mampu menghalangi Allah karena Dia Maha Besar. Kalau sesuatu menutupiNya mka sesuatu itu harus lebih besar, sedangkan tidak ada yang lebih besar dari Allah. Maha Suci Allah dari kekurangan.

Apabila Allah menghendaki menghilangkan tabir yagn menutupi manusia kepada siapa saja yang dikehendakiNya, niscaya orang itu akan bisa melihat Zat yang tidak ada sesuatupun yang dapat menyamaiNya. Dialah Allah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Setiap muslim harus beritikad kuat untuk melihatNya.


"Keluarkanlah dari sifat-sifat kemanusiaanMu yang buruk dari setiap sifat yang dapat merusak sifat penghambaanMu agar kamu dapat menyambut panggilan Allah yang Haq, dan hadiratNya lebih dekat."

Tidak akan pernah sampai kepada Allah orang yang memiliki sifat tercela, seperti: ujub, riyaa', takabbur, dengki dan sejenisnya. Orang-orang yang merasa menempuh jalan spiritual tapi belum bisa meninggalkan sifat-sifat buruk akan tersaring menuju tingkatan berikutnya, dan kembali ke tingkatan awal, yaitu tobat. Jadi orang-orang yang memiliki maqam spiritual yang tinggi akan jauh dari sifat-sifat buruk dan tercela.

Cara membuang sifat-sifat buruk tersebut adalah dengan riyadah (latihan yang keras dan sungguh-sungguh), istiqamah, dan menukarnya dengan segala macam bentuk ketaataan yang terhampar bak hidangan.

Lawan dari sifat-sifat buruk sda adalah tawadhu' (rendah hati), khusyu', bersikap santun, dan ikhlas dalam semua ibadah. Maka ketika ada undangan secara samar dari Allah, niscaya dia dapat menerima, memahami dan menyambut undangan tersebut dengan baik.

Friday, May 14, 2010

Kedisiplinan Pejalan Spiritual Pemula

Pejalan spiritual memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui sesuai dengan kondisi yang diberikan kepada Allah saat ini. Setiap pejalan memiliki jalur yang berbeda dalam pendekatan. Dalam perjalanan spiritual, pelaku (salik) tidak usah memaksakan dirinya untuk melakukan hal-hal yang tidak diberi kepadanya kelapangan. Karena pada tingkatan awal ini, sangat buruk apabila melakukan pemaksaan. Pemaksaan terhadap suatu bentuk ketaatan bisa jadi tidak berbuah baik, malah akan menimbulkan jera. Oleh karena itu, setiap mursyid mengajarkan hal-hal yang sederhana. Ibnu Athaillah, menyukai jalan dzikir sebagai jalan yang terdekat, termurah, terhemat, termasukakal untuk dilakukan oleh semua salik. Hingga yang terberat adalah beruzlah meninggalkan semua kenikmatan, karena berharap kenikmatan tentang perjumpaan dengan Allah. Uzlah ini adalah titik balik seorang salik menuju perjalanan yang lebih tinggi lagi.

Hal-hal yang bisa dilakukan oleh para salik di Indonesia tercinta ini adalah sederhana hingga terberat:
1. Meninggalkan larangan secara mutlak.
2. Mulai menjaga amalan wajib.
3. Dzikir yang tiada pernah putus.
4. Mengupayakan amalan sunnah: sholat, puasa,
5. Menjaga lisan dari berkata sia2, bohong, basa basi
6. Banyak meminta kepada Allah hingga urusan2 kecil.
7. Melihat segala sesuatu dari sisi baiknya meskipun yang terlihat itu buruk.
8. Menghindari merendahkan orang, bahkan penjahat/orang gila sekalipun.
9. Memperbanyak mengucapkan salam dan bertegur sapa.
10. Tidak mengawali pembicaraan kejelekan orang lain dengan alasan apapun.
11. Mengusahakan makan-makanan yang baik saja, secukupnya, dan menahan dari makan berlebihan, ngemil atau jajan, merokok semampunya. Orang yang banyak makan selain mudah ngantuk, akan mendatangkan penyakit, dan mulut yang mengunyah biasanya susah berzikir.
12. Menahan pandangan yang tidak berguna, yang mengotori hati, pikiran, dan telinga. Menonton hiburan, main game yang menyebabkan lalai mengingat Allah, melihat berita yang membuat kesal dan marah, mendengar pergunjingan dan seterusnya.
13. Mengganti waktu tidur dengan memperbanyak ibadah, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan dzikrullah dan yang paling utama adalah bertobat.
14. Cepat memaafkan dan tidak mendendam kepada apapun dan siapapun.
15. Hormat, santun, dan baik terhadap orang lain.
16. Menghargai kehidupan lain disekitarnya: flora dan fauna.

Apabila hal-hal di atas sudah bisa dilakukan maka seseorang sudah siap memasuki jalan spiritual. Apabila masih jauh, maka seseorang belum bisa dikatakan telah memasuki jalan spiritual. Atau apabila menemukan seorang yang merasa/mengaku/berpenampilan alim tetapi masih pelanggaran atau belum mengamalkan poin-poin sederhana di atas, maka masih jauh dari perjalanan spiritual.

Apa maunya Allah terhadap kita?

Allah ingin kalian.....

25. Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (Al Anbiyaa')


56. Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja. (Al Ankabuut)

92. Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Al Anbiyaa')


1. Hal pertama yang dimaui oleh Allah dari hambanya adalah PENGAKUAN.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. (Al Ikhlas:1)
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaahaa':14)

2. Hal kedua, adalah PENGABDIAN. Pengabdian ini meliputi mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Simbol pengabdian yang dicintai Allah adalah sujud (sholat) maka perbanyaklah sujud. Dan sujud ininyg nantinya akan menjadi saksi kehambaan kita kepada Allah.

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-Dzariyat:56)

"pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan)."
(QS. Al-Qalam: 43)



3. Hal ketiga, adalah KETERGANTUNGAN.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (Al Fatihah)

"Katakanlah, Dialah Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata." (Al-Mulk:29)

4. Hal keempat, adalah PENDEKATAN (taqarrub ilallah)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah:35)

Pengakuan pada hal yang tidak terlihat secara fisik adalah hal yang sangat rumit, dan inilah adalah ujian manusia yang pertama. Setelah harus mengakui yang tidak terlihat harus mengakui pula hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti mengakui para utusan, mengakui kitab, malaikat, dan qadha dan qadar. Hal ini menyebabkan banyak manusia tersaring perjalanan spiritualnya. Sesungguhnya hanya dibutuhkan sedikit usaha, dan kesabaran dalam melalui perjalanan spiritual ini.

Dalam iman islam, pengakuan ini sudah sanggup menyelamatkan manusia dari hukuman. semakin meningkat maka tingkatan keimanan seorangpun makin menanjak. Dan sampai pada pendekatan maka batas-batas kedekatan ini tidak ada yang mampu mendefinisikan kecuali diri seorang hamba dan Allah. Seorang pejalan spiritual akan selalu haus dengan petunjuk, dan Allah akan menambah petunjuk demi petunjuk itu.

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. (Maryam:76)

Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya. (Muhammad:17)

wallahualam

Tuesday, May 11, 2010

Penghamba Syetan Terjungkal Alkohol

Ratusan nyawa umat Islam sudah terjungkal sia-sia dalam keharaman alkohol. Namun demikian kuat syetan menghunjamkan pengaruhnya kepada para pengikutnya ini. Hebatnya lagi dengan sadar mereka meramu minuman dengan bahan beracun, seperti kerbau dicocok hidung melakukan hal-hal bodoh tak masuk akal. Sehingga makin nampaklah bagaimana janji syetan untuk menyesatkan manusia


..............119. dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya,(AnNisaa)...


219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Al Baqarah)

90. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah)

91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al Maidah)


118. yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), (An Nisaa)

119. dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya." Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.(An Nisaa)

120. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.(An Nisaa)

121. Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya.(An Nisaa)

Tuesday, May 04, 2010

Dakwah menurut para sufi

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ali Imran : 104

Dakwah kepada orang lain selain keluarga adalah fardhu kifayah, bukan fardhu 'ain. Berbeda dengan kepada keluarga yang sifatnya fardhu 'ain.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. At-Tahrim:66

"Bila seorang mencoba mengatakan sesuatu tentang agama kepada orang lain dengan niat agar dirinya mendapat tempat terhormat di mata manusia, menunjukkan bahwa sesungguhnya orang tersebut belum berhak untuk menyampaikan hikmah. Sesungguhnya maqam orang tersebut adalah pada maqam di bawah yaitu tobat dan memperbaiki dirinya. Allah memberikan kesempatan kepada orang tersebut untuk lebih banyak menghitung dosa, bertobat, memperbaiki diri, meluruskan niat dan amalan daripada berpikir untuk merubah orang lain. Barangsiapa tetap memaksa, maka setan telah menipunya dengan mengatakan bahwa dakwah adalah wajib. Karena bila Allah menghendaki maka seseorang yang harus menyampaikan hikmah, maka dikuatkan tekadnya, dilapangkan jalannya, dicukupkan ilmunya, dan oranglah mendatanginya untuk meminta nasehat bukan dirinya yang menawarkan diri untuk memberi nasehat. Dan itulah dakwah bagi seorang pejalan spiritual. Di dalam Al Quran, kata-kata menyeru kebanyakan ditujukan kepada para Nabi, Rasul dan Malaikat, bukan kepada manusia secara umum.

Meniatkan diri untuk menjadi Da'i bukan ajaran para sufi. Ilmu yang berkaitan dengan materi dakwah adalah buah dari ketaatan, bukan modal untuk diniatkan berbicara kepada orang lain. Dasar perjalanan kaum sufi yang pertama adalah mengenal Allah, yang kedua adalah mendekatiNya, dan yang ketiga menatapNya, dan yang ke empat adalah bermesraan denganNya. Tatapan pejalan spiritual ini sama sekali tidak boleh berpaling sedikitpun oleh godaan dunia. Prinsip-prinsip ini yang sama sekali tidak boleh dilanggar oleh pejalan spiritual, karena apabila dilanggar, maka sesungguhnya dia telah tertipu oleh setan, dan maqamnya turun ke posisi semula yaitu, maqam tobat. Bagi kaum sufi, ibadah adalah bentuk kedisiplinan spiritual yang menyebabkan ke empat hal tadi dapat dicapai. Kesibukan diri ini cukup menyita waktu, dan tidak dianjurkan berdakwah apabila tidak dalam rangka mencegah kemungkaran, dimintai pendapat, atau diminta berbicara.

Karena apabila orang mengetahui ujian yang dihadapi oleh seorang da'i, maka mereka akan cenderung menghindarinya. Rasulullah tidak pernah meniatkan diri menjadi da'i, tapi Rasulullah diperintahkan dan dipaksa oleh Allah. Sedangkan kita bukan Rasul dan tidak menerima wahyu, Insya Allah tugas utama kita adalah memperbaiki diri. Sebagaimana Allah mengatakan bahwa seorang menanggung dosa masing-masing. Hal ini menunjukkan tidak ada beban buat seseorang untuk merubah orang lain, melainkan dalam batas-batas yang ditetapkan oleh Allah. Dari sinilah keikhlasan seorang da'i bisa dilihat dari bagaimana asal muasal dia berbicara kepada khalayak.

Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." Al-An'am:164 

Pada saat da'i berbicara tentang kebaikan dan dia belum melaksanakannya maka da'i ini bisa dikatakan sebagai pembohong, dan pembohong adalah salah satu ciri orang munafik. Demikian pula kelurusan niat, saat seorang da'i melihat enaknya dan mewahnya hidup sebagai da'i, maka da'i ini sudah melenceng dari rahmat ilahi, dan terjerumus kepada kesyirikan, berbuat sesuatu bukan karena Allah, tetap menjual ayat-ayat Allah. walahu a'lam bisawab. Naudzubillah min dzalik

Da'i yang terus memaksakan dirinya untuk berbicara, dan selalu berusaha memperbagus ilmunya semata-mata karena ingin mendapat pengikut yang banyak sudah terjerumus kepada riya'. Setan terus membisikkan kepadanya bahwa dakwah adalah jihad, maka dia harus berjuang untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya. Dari sinilah jelas bentuk kesesatan, bahwa tujuan dakwah bukanlah mencari pengikuti tetapi mengenalkan Allah dan kebesaranNya. Masalah hidayah adalah urusan Allah. Namun akhirnya sang da'i terjebak kepada hawa nafsu. Tidak sedikit yang terjebak kepada popularitas, mencari harta. Naudzubillah. Ciri-ciri da'i yang sesungguhnya kita saksikan Nabi Saw sendiri, yang meninggalkan seluruh kekayaannya demi menyampaikan ayat-ayat Allah. Tidak ada pamrih apapun untuk menyampaikan wahyu-wahyu dari Allah, selain tekad yang kuat untuk kemaslahatan dan keselamatan umat manusia? Lalu apakah tidak boleh menerima hadiah dari jama'ah? tentu boleh. Tapi kemudian jangan dijadikan rutinitas dan ditentukan tarifnya, dengan berbagai alasan transport, konsumsi, dll..dll...Karena disinilah sesungguhnya ujian seorang da'i. Seandainya dia diundang dalam suatu acara, maka semestinya dia membayangkan umat yang haus akan bimbingan dan pengetahuan agama, bukannya apa yang dia dapat dari dakwah di tempat tersebut. Wallahualam.

Thursday, April 08, 2010

Tipuan Setan

Setan telah diberi tangguh hukumannya hingga hari kiamat kelak, ia dapat melihat kita, masuk ke dalam darah kita, membisikkan hati dan pikiran kita. Kita bahkan tidak memiliki kemampuan melihatnya. Ini adalah kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepada setan. Selain itu mereka berumur panjang.

Benar tipu daya setan adalah lemah, namun ada syarat melemahnya tipu daya setan, yaitu:

1. Dzikrullah.
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(Ar-Ra'd)

41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Al Ahzab)

2. Keikhlasan dalam berdzikir.

3. Keikhlasan dalam menerima ketetapan dari Allah.

4. Berbaik sangka kepada Allah.


5. Yakin atas dekat, kuat dan cepatnya pertolongan Allah.



Tipu daya setan menguat saat:

1. Lemahnya amal/ibadah/dzikrullah.

2. Tidak memahami akan ketauhidan sesungguhnya.

255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al Baqarah)


3. Melenceng dalam niat.

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya (Al Maa'uun)

4. Berkeluh kesah (manja).
20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (Al-Ma'arij)

5. Berputus asa dari rahmat Allah
87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Yusuf)

6. Sombong.
23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (Al Hadiid)

7. Melakukan kemaksiatan.
74. (yang kamu sembah) selain Allah?" Mereka menjawab: "Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu." Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir.
75. Yang demikian itu disebabkan karena kamu bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kamu selalu bersuka ria (dalam kemaksiatan). (Al Mu'min)

Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal di atas secara tidak langsung menjatuhkan dirinya pada jebakan setan.


Kesimpulan:

1. Setan sangat kuat saat kita lalai dalam mengingat Allah.

2. Setan melemah saat kita ignat kepada Allah dan banyak berzikir.

3. Perasaan terbebas dari gangguan setan adalah tipuan setan itu sendiri.

4. tipuan terbesar setan adalah merasa diri suci, paling benar, setan tidak mendekat, merasa cukup dengan amal bidah. Orang yang merasa suci adalah orang-orang yang secara spontan jatuh ke dalam kehinaan.

5. Waspadai perasah marah, dendam, rakus, dengki, sok benar, memandang rendah orang lain.

6. Selalu merasa berdosa sehingga akan banyak bertobat.

7. Selalu merasa fakir sehingga akan selalu memohon pertolongan Allah.

8. Menghadirkan Allah dalam hati, lisan dan pikiran. Dzikir sebaiknya dizahirkan, sebagaimana syahadat yang harus disertai ketundukan pikiran, kerelaan hati dan persaksian lisan.

9. Tidak mengambil keputusan dengan kemarahan dan keangkuhan.

10. Minta apapun kepada Allah, meskipun itu hal yang kecil dan remeh. Pernah diriwayatkan bhawa Nabi Musa As meminta garam kepada Allah.

Semoga kita menjadi hamba yang selalu mengingat Allah, dan mewaspadai godaan setan yang terkutuk dan tidak pernah rela manusia selamat di akhirat. wallahualam

Wednesday, April 07, 2010

Hati-hati mencela Ulama

69. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.

70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,

71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Al Ahzab)

Wahai saudaraku kaum muslimin, yang tidak mengenal ulama-ulama yang dimaksud, yang memiliki ilmu yang tidak bisa kita tandingi, namun dengan entengnya menghujat dan mengkafirkannya. naudzubillah. Takutlah dengan apa yang sudah difirmankan oleh Allah. Banyak sekali hari ini orang-orang yang dengan enteng mengkafirkan ulama-ulama karena tidak segolongan, karena guru mereka mengkafirkan ulama-ulama tersebut. Padahal ilmu kita tidak ada seujung kuku dari ulama-ulama tersebut. Bersiaplah dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini di hari pengadilan kelak.

Wahai fulan bin fulan engkau telah mengkafirkan saudaramu fulin bin fulin, apakah engkau mengenalnya dengan baik?


Kami mengkafirkannya karena perkataan guruku yang mulia duhai Allah.

Darimana gurumu mengenal saudaramu fulin bin fulin?
35. Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)? (An Najm)

Dari gurunya lagi duhai Allah

Jadi engkau tidak mengenal fulin bin fulin secara langsung bahkan engkau tidak mengenal guru dari gurumu itu benar demikian?

Saya mengenalnya dari yang mulia guru saya, dan guru saya memuliakannya, dan fulin bin fulin termasuk yang dikafirkan, itu cukup menjadikan dalil buat saya dan teman-teman untuk mengkafirkan fulin bin fulin.

Bagaimana engkau bisa mengatakan bahwa bahwa fulin bin fulin adalah kafir, dan menganggap dirimu suci (
maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. An Najm:32)
sedangkan engkau tidak pernah mendengar ucapannya dan membaca tulisannya bahkan sebagian orang mendapatkan hidayah dari ilmu-ilmu dan buku-buku yang dituliskan? Jawabanmu sudah pernah aku firmankah,

38. Allah berfirman: "Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka." Allah berfirman: "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui." (Al A'raaf)

Dan saudaraku, takutlah kelak apabila ternyata Allah menggolongkan ulama-ulama tersebut ke dalam golongan orang-orang yang didekatkan, dan menjadikan ulama-ulama yang mengkafirkan termasuk yang sesat.

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan persangkaan, karena sebagian dari persangkaan itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat)

Seruan untuk para pencela Ibn Araby, Hasan Al Bana, Sayid Qutb, Abdul A'la Maududi, Aidh Al Qarni, Muhammad Ilyas al-Kandhlawi

Setan-setan Pendamping orang beriman

15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus(Al A'raaf),

Setan terus berusaha keras menjerumuskan anak cucu Adam As ke lembah kenistaan. Tipuan-tipuan lama dan tipuan baru terus dimodifikasi sehingga para ahli ibadahpun bisa tertipu karenanya. Setan menurut para ulama sendiri lebih kepada sifat jahat yang dinisbahkan kepada kelompok jin. Namun sesungguhnya manusiapun dapat menjadi setan bagi manusia lainnya.

Setan tidak akan pernah jauh dari diri manusia yang beriman. Orang yang beriman memiliki setan pendamping yang berjumlah sangat banyak. Jauh melebihi orang-orang kafir dan fasik. Hal ini wajar mengingat orang beriman sudah berada dalam track "keselamatan" dan iblis dan pasukannya tidak akan pernah rela orang-orang beriman ini selamat dengan mudah. Oleh karena itu tentu saja diperlukan jumlah penggoda yang tidak terhitung banyaknya, mengapa? Mereka akan terus mencari celah untuk masuk ke dalam kehidupan orang beriman sehingga mereka tertipu dan terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan.

Paling mengerikan adalah mereka hadir dalam topeng agama. Penyesatan dengan kedok agama semakin marak, karena minimnya pengetahuan dan pemahaman agama para pemeluknya. Dengan sekedar mengharamkan, membid'ahkan, dan mengkafirkan orang lain, dengan mudah mencari pengikut.

Sungguh tipuan setan tidak akan pernah berhenti, hingga seorang anak cucu Adam tersesat sesesat-sesatnya. Ada beberapa hal yang perlu diwaspadai kapan mereka hadir di tengah-tengah anak cucu Adam. Tipuan setan sesungguhnya lemah, dan kita selalu terbimbing, namun karena yang ditunggangi hawa nafsu yang bersembunyi di balik 'mood' dan 'maunya' kita maka kita akan dengan serta merta mudah dicocok hidungnya untuk mengikuti langkah-langkah setan.

Sesungguhnya ada benang merah antara zikir dan godaan setan, keduanya tidak akan pernah menyatu, saat zikir lisan, pikiran dan hati menyatu ke dalam diri seorang hamba maka sessungguhnya tipu daya dan godaan setan menjauh. Setan terus menunggui seorang hamba yang berzikir dan terus berusaha membelokkan konsentrasi dan pikiran dan memberikannya masalah-masalah, dengan menggerakkan orang-orang di sekitar hamba yagn berzikir. Entah anak yang merengek, istri yang ngomel-ngomel, bos yang menyuruh ini itu, tukang tagih yang menelpon-telpon, orangtua yang minta perhatian dst..dst...
Masalah-masalah tersebut biasanya datang bersamaan disaat kita mulai berzikir maupun tidak. Intinya, dikerahkan segala macam cara untuk membuat konsentrasi dan perhatian orang yang ingin berzikir teralihkan. Pada saat teralihkan ini maka setan akan terus mengendalikan dengan asumsi-asumsi yang menyesatkan.

Tanda-tanda setan berada di dekat kita adalah:
1. Nafsu makan tinggi.
2. Fisik yang melemah.
3. Kemalasan yang tinggi.
4. Syahwat terhadap wanita yang tinggi.
5. Semangat bergunjing.
6. Semangat becanda dan bicara sia-sia.
7. Mudah pusing, sakit mata, sariawan, demam, masuk angin, gangguan pendengaran, kedutan dan sejenisnya, pada tingkat yang lebih parah memberikan penyakit-penyakit berat yang mengakibatkan malah berzikir, susah sholat, dan enggan ke mesjid.
8. Mencaci, mengkafirkan saudara seakidah.
9. Hati gelisah, sensitif, mudah tersinggung, mudah marah.
10. Mendendam, suka menyakiti, iri, hasad, dengki yang melampaui kewajaran, apalagi terhadap saudara sesama muslim.
11. Merasa yang paling benar. Ini adalah perasaan yang bahkan Nabi pun sangat takut. Karena sungguh beliau hanya menyampaikan wahyu dan membenarkan, sedang kebenaran bukan datang dari beliau namun dari Allah. Sampai-sampai Nabi mendapat teguran saat mensholati jasad seorang munafik, karena takutnya beliau dalam menghakimi keislaman seseorang, hingga turun wahyu yang melarangnya.
12. Hilangnya nikmat zikir. Godaan paling berat buat seorang mukmin adalah bisikan-bisikan yang menyebabkan hilangnya konsentrasi dan nikmat berzikir. Ditelinga kita dibisiki, lihat engkau sudah banyak berzikir dan berdoa namun tidak menyebabkan beban hidupmu berkurang. Lihatlah masalahmu yang menggunung, bila Dia memang mengabulkan doamu maka tentu engkau tidak mendapat masalah sebesar hari ini. Bisikan-bisikan ini seakan-akan benar pada saat kita diuji, untuk melewati masa-masa sulit ini, kesabaran super tinggi mutlak diperlukan. Pada titik ini banyak orang yang terjatuh dalam prasangka buruk kepada Allah. Dan merekapun meninggalkan zikir dan doa.

Jadi gampang sekali melihat orang yang dikuasai setan. Meskipun dalam pengajian, dan dalam rangka tausyah, sama sekali tidak teraba ketenangan, yang ada hanya rasa marah, membenci sesama kaum muslimin, merasa kelompok yang paling benar.

Sesungguhnya godaan setan datang atas ijin Allah. Tidak ada godaan yang datang tanpa ijin dari Allah. Hal ini sudah menjadi ketetapan dari Allah. Sejak iblis laknatullah meminta tangguh, maka sesungguhnya Allah mengijinkan mereka untuk menggoda manusia hingga akhir kiamat kelak. Sungguh mereka tidak dapat dibunuh, meskipun mereka bisa tersakiti oleh amalan baik seorang manusia. Oleh karena itu mereka selalu datang dalam bentuk segerombolan bala tentara yang datang kepada kaum beriman, karena mereka tidak boleh menyerah dalam menggoda manusia. Istilahnya gugur satu datang seribu. Inilah yang dianut oleh setan daribangsa jin.

Namun demikian, pertolongan Allah sangatlah dekat. Seperti ditegaskan dalam Al-Quran, tipu daya mereka lemah, pertolongan Allah lebih dekat dan lebih kuat dan lebih cepat datangnya. Hanya kita manusia tidak sabar dalam menanti pertolongan Allah tersebut. Oleh karena itu zikir itu bertingkat-tingkat. Ada yang ditujukan untuk menghalau serangan setan, ada juga yang semata-mata ditujukan kepada Allah. Yang kedua inilah yang terbaik karena, tingkatnya lebih tinggi, dan sekaligus menyelesaikan masalah yang pertama. Pada dasarnya kita tidak pernah bisa menghilangkan gangguan setan, namun kita bisa membuat mereka lelah, sakit, dan bosan menghadapi sikap kita. Jadi sesungguhnya ibadah tersebut bermakna ganda, selain untuk mengharapkan cinta kasih dan belas kasihan dari Allah Swt, bermakna pula 'mengerjai' para musuh kita yang nampak maupun tidak tampak.

Para Nabi dan orang soleh sering kali mendapat gangguan ini dan mereka tetap istiqomah, bagi mereka cobaan terbesar adalah mengendalikan diri sendiri, bukan dari setan itu sendiri. Kebersihan hati dalam menghadap Allah adalah hal yang diutamakan, karena mereka tahu bahwa awal musibah berasal dari rasa lalai dalam mengingat Allah.

76. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (An Nisaa )

Jadi dari sini nampak hubungan antara perintah berzikir, ketenangan hati dan pembebasan dari gangguan setan.

41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.
42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.(Al Ahzab)

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra'd)

36. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Fushilat)

Kesimpulan:
Setan akan selalu mendampingi kita hingga ajal menjemput, usaha terakhir setan untuk menyesatkan seorang hamba adalah membuatnya frustasi dan kufur di akhir hayatnya. Jangan pernah merasa terbebas dari godaan setan. Perasaan terbebas dari godaan setan adalah datang dari setan itu sendiri. Tidak usah sibuk dengan memperhatikan keberadaan mereka, berapa jumlahnya, apa strateginya. Melawan setan yang paling ideal adalah dengan banyak berzikir dan melakukan hal yang ma'ruf dan menjauhi kemaksiatan dan kesia-siaan.