Thursday, August 22, 2019

Dalil Perayaan Maulid dan Mengapa Sahabat dan Tabiin tidak merayakannya?

Dalil Perayaan Maulid dan Mengapa Sahabat dan Tabiin tidak merayakannya?

1. QS. Ibrahim (Nabi Ibrahim) – surah 14 ayat 5 [QS. 14:5]
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا مُوۡسٰی بِاٰیٰتِنَاۤ اَنۡ اَخۡرِجۡ قَوۡمَکَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ ۬ۙ وَ ذَکِّرۡہُمۡ بِاَیّٰىمِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ صَبَّارٍ شَکُوۡرٍ
 Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. ―QS. 14:5

Tafsir Ibnu Katsir
Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
Allah menyebutkan dalam firman-Nya, “Sebagaimana Kami mengutus­mu, hai Muhammad, dan Kami turunkan kepadamu Alquran agar kamu mengeluarkan semua manusia dari gelap gulita menuju terang benderang melalui semanmu kepada mereka. Begitu pula Kami telah mengutus Musa kepada Bani Israil dengan membawa ayat-ayat Kami.” Mujahid mengatakan bahwa semua ayat itu berjumlah sembilan buah. …Keluarkanlah kaummu. Artinya, Kami perintahkan kepada Musa melalui firman Kami kepadanya: Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. Yakni serulah mereka kepada kebaikan agar mereka dapat keluar dari kebodohan dan kesesatan yang selama itu mengungkung mereka dalam kegelapannya, menuju kepada cahaya petunjuk dan keimanan. …dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Maksudnya, ingatkanlah mereka kepada pertolongan-pertolongan Allah dan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada mereka, yaitu Allah telah membebaskan mereka dari cengkeraman Fir’aun, perbudakan, kezaliman, dan angkara murkanya, dan Allah telah menyelamatkan mereka dari musuh mereka, telah membelah laut buat mereka, memberikan naungan awan kepada mereka, menurunkan Manna dan Salwa kepada mereka, serta nikmat-nikmat lainnya.

Demikianlah menurut cerita Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Hal yang sama telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu’ yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad ayahnya. Di dalam kitab Musnad itu disebutkan bahwa: telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abdullah maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aban Al-Ju’fi, dari Abu Ishaq, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibnu Ka’b, dari Nabi  sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala : …dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Bahwa yang dimaksud dengan hari-hari Allah ialah nikmat-nikmat Allah.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Aban dengan sanad yang sama. Hadis ini diriwayatkan pula oleh anaknya (yaitu Abdullah ibnu Ubay ibnu Ka’b) secara mauquf, dan riwayat inilah yang lebih mendekati kepada kebenaran. Firman Allah subhanahu wa ta’ala : Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. Yakni sesungguhnya dalam apa yang telah Kami perbuat kepada kekasih-kekasih Kami —kaum Bani Israil— ketika Kami selamatkan mereka dari cengkeraman Fir’aun dan dari siksaan yang menghinakan yang menindas mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi setiap orang yang penyabar dalam menghadapi kesengsaraan, lagi bersyukur dalam keadaan-keadaan makmur. Qatadah mengatakan, “Sebaik-baik hamba ialah orang yang apabila mendapat cobaan, bersabar, dan apabila diberi nikmat, bersyukur.”

Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah  pernah bersabda: Sesungguhnya perkara orang mukmin mengagumkan seluruhnya, tidak sekali-kali Allah memutuskan ketetapan baginya, melainkan hal itu baik baginya. Jika tertimpa musibah, ia bersabar, dan sabar itu adalah baik baginya. Apabila mendapat kegembiraan, ia bersyukur, dan bersyukur itu adalah baik baginya.

Peringatan adalah bentuk menjalankan perintah," Ingatlah hari-hari Allah (nikmat Allah yang menurunkan Nabi Muhammad, menuntun kita dari kegelapan menuju terang  ...

Allah SWT berfirman:

الٓر  ۚ كِتٰبٌ أَنْزَلْنٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلٰى صِرٰطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
"Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 1)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Nikmat apalagi yg lebih besar daripada iman dan Islam? Jadi memperingati hari dimana Allah memberikan nikmat dengan diutusnya Nabi Muhammad memenuhi syarat sebagai hari Allah sangatlah nyata dan terang benderang.

Kegiatan apa saja dalam maulid Nabi Saw?
1. Dzikrullah.(dalil jelas)
2. Membaca tarikh tentang kelahiran Nabi Saw.(dalil jelas)
3. Mengirimkan sholawat kepada Nabi Saw.(dalil jelas)
4. Mendengarkan tausyah kemuliaan Nabi Saw.(dalil jelas)
5. Doa-doa. (dalil jelas)
6.. Makan bersama. {dalil jelas)
7. Silaturahmi.(dalil jelas)
8. Waktunya bebas. Perlu dicatat, peringatan maulid tidak hanya pada tanggal 12 Rabiul awal saja, bahkan setiap haripun boleh.

Sebagaimana hal-hal baru seperti nahwu, shorof, mantiq, balagoh, ma'ani, fiqih, ushul fiqih,  dst. Maka Maulid adalah sesuatu hal baru yang merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan RasulNya, yang disusun atas perintah Allah dan berdasarkan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.

Apakah Rasulullah tidak merayakan kelahirannya?
Rasulullah Saw jelas memperingati hari kelahirannya.

Dari Abu Qatâdah Radhiyallahu anhu , sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Senin, maka beliau menjawab: “Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus, atau hari mulai diturunkannya wahyu”. [HR Muslim].


dari sini perlu diperjelas terlebih dahulu bahwa  memperingati hari kelahiran Nabi adalah sunnah secara hukum dan Rasulullah menyertakannya dengan kata diutus dan menerima wahyu. 

Adapun caranya juga mengikuti sunnah-sunnah Nabi Saw.


Mengapa Rasulullah tidak memperingati sebagaimana sebagian umat Islam hari ini?


1.Yang jelas adalah ketawadhuan beliau melebihi semua manusia yang tawadhu. Dimana Rasulullah Saw tidak ingin terlalu disanjung secara personal, namun bukan terlarang secara mutlak, karena Allah sendiri yang menyanjung beliau.Al Ahzab:56.

2. Rasulullah sedang menuliskan sejarahnya bersama sahabat.

3. Rasulullah bersama sahabat berdzikir,berperang, makan, minum, sholat, bersama Rasulullah Saw, artinya mereka merayakan maulid setiap saat karena Nabi Saw hidup bersama mereka dan mereka menikmati  kebersamaan bersama Nabi Saw.

4. Demikian jaman tabiin, sahabat selalu menceritakan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.dengan redaksi masing-masing, dan membayangkan seakan-akan Rasulullah Saw ada di tengah2 mereka. Majlis-majlis ini dilakukan hampir setiap hari, di masjid-masjid, sehingga mengenang Rasulullah Saw ini masih mampu membawa nostalgia nan syahdu bersama Rasulullah Saw. Kegiatan ini tidak dilabel sbg maulid, sebagai pembacaan tarikh.

5. Nabi tidak melakukan sesuatu yang dikhawatirkan akan menjadi kewajiban, sebagaimana riwayat sholat tarawih.

komen:
Para ahli tafsir sudah menyampaikan bahwa merayakan hari hari Allah adalah perintah untuk mengingat nikmat-nikmat Allah, bagi kaum muslimin nikmat manalagi yang melebihi dari kelahiran Nabi Muhammad Saw? Bila kita diperintahkan Allah mengambil pelajaran dari kaum2 yang diazab, dan juga diselamatkannya bani israel dari firaun. Mengapa memperingati Hari lahirnya Nabi Saw yang menjadikan kita Islam dan beriman kepada Allah menjadi sesuatu yang menyebakan kita masuk neraka? Subhanallah

Maulid diperlukan saat ini karena jauhnya umat dengan ajaran Rasulullah Saw, sunnah-sunah dibaca, dipelajari, dan diajarkan tanpa menghadirkan Rasulullah Saw dalam jiwa, tanpa kelembutan dan kasih sayang, sehingg hilanglah cahaya sunnah-sunnah Rasulullah Saw.

Bermunculan dai dai pencaci, yang jauh dari akhlak Rasulullah Saw yang melaknat saudaranya dengan menyebut mereka sebagai ahlul bid'ah penghuni neraka," Takutlah kalian wahai pencaci bahwa laknat itu akan kembali kepada kalian. Toh seandainya perbuatan maulid ini dimurkai Allah semestinya anda serahkan saja kepada Allah tanpa mengambil resiko laknat akan kembali kepada kalian. Kaum terdahulu diazab karena menolak ketauhidan, dan janganlah menjadi manusia yang sibuk memasukkan saudara muslimnya ke neraka setelah beriman kepada Allah dan RasulNya. Wallahua'lam bishowab.
⚡ Selengkapnya: https://risalahmuslim.id/quran/ibrahim/14-5/