Tuesday, October 06, 2009

Bencana: Allah memaksa kita Berserah.

Bencana alam selalu dikaitkan dengan azab. Apakah kita seingkar sebagaimana kaum Aad, kaum Tsamud, kaum Luth, kaum Nuh. Masih banyak orang yang masih menyebut nama Allah dan meninggikanNya. Mengapa azab itu masih turun. Tulisan ini adalah sebuah alternatif pemikiran terhadap tesis tentang turunnya azab akibat kemaksiatan.

Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (An-Nahl:61)


Kemungkinan-kemungkinan turunnya musibah ini adalah:

1. Ujian keimanan. Sangat jelas

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi?
(Al-Ankabuut:2)
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu,Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
(Al-Mulk:1-2)

"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh
itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang
ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi
hati".
(Ali Imran 154)


2. Allah mematikan orang-orang beriman agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan.Dalam dunia yang telah dipenuhi oleh banyak kegiatan kesia-siaan, kemaksiatan dan kemungkaran potensi terjerumusnya orang-orang beriman sangatlah besar. Oleh karena itu kematian bagi orang beriman lebih baik. Hikmah ini ada dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidr, dimana Nabi Khidr membunuh seorang anak kecil. Membunuh bagaimanapun terlarang, namun saat kondisi dimana Nabi Musa 'belajar' atas perintah Allah maka pembunuhan tadi 'dibenarkan'. Ada juga hadits yang berbunyi berikut. "Hendaknya kalian jangan berdoa meminta kematian namun berdoalah: Ya Allah seandainya kehidupan ini baik untukku maka hidupkanlah aku dan seandainya kematian lebih baik, matikanlah aku."

Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih
baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).

(Al-Kahfi:81)


3. Allah menurunkan tensi kerakusan dan ketamakan akan dunia. Selain itu kita juga melihat bagaimana
kecintaan kaum muslimin terhadap dunia sudah pada tahap yang menggelisahkan. Kaum muslimin memang
patuh terhadap aturan yang ditetapkan oleh Allah, namun kehidupan mereka terfokus pada dunia, Islam hanya
dilaksanakan sebatas ibadah ritual.
Bagi umat Islam, kematian hendaklah tidak dipandang sebagai akhir
kebahagiaan, karena Allah telah menjanjikan kampung akhirat yang lebih kekal. Dan semestinya inilah tujuan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan negeri akhirat.


Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?
(Al-An'am:32)


Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'laa:17)

Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat
(untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Al-Anfal:67)

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
(At-Taubah:24)


4. Allah memaksa orang beriman untuk berserah sesuai dengan nama agama ini, Islam.

Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan
kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah
kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).
"
(Al-A'raaf:126)


5. Allah mengingatkan kembali akan lemahnya akal dan ikhtiar yang dilakukan manusia.
Saat ini banyak orang Islam yang mengandalkan akal dan ikhtiar sebagai pemberian utama dari Allah dan harus dimaksimalkan. Benar! Namun mereka lupa bahwa Allah berbuat sesuai kehendakNya dengan cermat dan sesuai dengan takaran yang telah ditentukanNya.

dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan (An Najm:48)

dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan
hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi
Maha Bijaksana.
(Al Anfaal:63)

6. Allah ingin memisahkan orang-orang yang benar2 beriman dan yang kufur.
Dengan musibah yang datang beruntun di wilayah-wilayah kaum muslimin maka orang kafir akan semakin kuat kekafirannya, dan orang yang ragu akan cenderung pada kekufurannya atau yang memilih beriman adalah orang-orang yang kualitasnya memang tinggi.

Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (Al Maidah:52)

Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.(Al Ahzab:17)