Friday, May 29, 2020

Jangan Merendahkan Kalimat Laa Ilaha illallah, Muhammad Rasulullah

Terkandung maksud, semua orang yang beriman yang telah bersyahadat, tak layak dimaki, dihujat, diancam neraka. Meski sempurna kefasikannya. 


Semua Nabi As diutus untuk syahadat ini. Pun demikian kita ditugaskan untuk menyeru kepada kalimat ini. Dan apabila yang kita seru tak mengikuti sama dan sebangun dengan pemikiran kita tak layak untuk kita maki, karena kita tak pernah tahu bagaimana mereka menutup umur mereka dan bagaimana kita menutup umur kita. 

Jadi hentikan ujaran kebencian seperti: fasik, kafir, ahli bid'ah, sesat, munafiq kepada ahli syahadat.

Masih banyak obyek dakwah (kafirun) yang kita bisa seru. Alih-alih adu dalil dan terus berdebat orang-orang yang memiliki hujah atas perbuatan mereka.

Cukup Laa ilaha illallah, Muhammad Rasulullah Surga Untukmu

Para Nabi As diutus untuk menegakkan kalimat syahadat, atas pengakuan kehidupan berasal dan kembali kepada Allah, dan para Nabi adalah utusan Allah.


Hentikan hinaan dan membuang energi kepada ahli syahadah. Seru dengan cara yang baik bila melakukan salah, berhentilah saat mereka memiliki hujjah. Seru kepada ahli maksiat dengan cara yang baik, tanpa perlu memaksa mereka segera berubah. 

Kita tak pernah tahu bagaimana kita dimatikan dan bagaimana mereka dimatikan. Wallahua'lam bishowab.

Wednesday, May 27, 2020

Ahlussunnah wal Jamaah tak mengambil dalil (dari Teks) tanpa guru

"Rasulullah tak mengambil teks-teks dari langit, atau suhuf. Jibril mengantarkannya sesuai perintah Allah, dituturkan kepada Nabi Muhammad Saw, dan Rasulullah Saw mengulang apa yang dbacakan. Tak ada tulisan tak ada teks,dipertegas dengan sifat Nabi yang ummiy (tak bisa baca tulis).  Demikian pula sahabat ra menerima dari Rasulullah Saw, sahabat kepada tabi'in, hingga ulama2 yang lurus saat ini"

"Kerusakan agama terjadi saat orang-orang bodoh, membaca teks-teks Quran dan Hadits tanpa guru, tanpa penjelasan aslinya, menghilangkan para perawinya, dan menafsirkannya secara pribadi (bid'ah hakiki) dan (hebatnya) melabel orang yang tak sesuai penafsirannya sebagai ahli bid'ah. Sungguh ini perkara besar yang akan dihadapkan kehadirat Allah Azza wajala kelak"

"Sahabat ra beribadah menurut cara Nabi Saw, karena melihat perbuatan, perkataan, diamnya Nabi Saw. Sahabat ra tidak mencari2 teks Quran."

"Kekhawatiran Rasulullah Saw tentang penulisan hadits/perkataan Rasulullah Saw yang bukan bagian Quran, terjadi saat ini, saat orang-orang jahil mengambil teks-teks tanpa guru, membuat syariat baru menurut akalnya, mencaci dan sok mengkoreksi ulama-ulama terdahulu, dan mengatakan bahwa ini pendapat shahih dari yang shahih.

Kenalilah darimana ilmu itu diambil. Ahlussunnah tak mengambil ilmu dari teks-teks, kitab-kitab, naskah-naskah tanpa hadirnya guru. Buat kita sebagai umat akhir jaman akhir lebih aman untuk taqlid pada orang yang bisa kita jadikan pegangan tanpa membebani diri dengan meneliti/mencocokkan ajaran2 guru kita. Sebagaimana Rasulullah tak pernah meneliti perkataan Jibril, sahabat juga demikian. Sebagai umat jaman akhir, kita tak cukup waktu untuk menelusuri kembali dalil-dalil, alih-alih menjalankan syariat, kita akan sibuk mengkonfirmasi dalil, ini sahih atau tidak, dan labeling amalan orang lain. Oleh karena itu carilah guru yang sesuai, yaitu:

1. Dia harus ahli Quran.
2. Karena Quran diturunkan dalam Bahasa Arab, maka dia harus paham bahasa Arab dan segala macam ilmu penunjangnya.
3. Harus tahu hukum-hukum halal haram dan metode menurunkan hukum. (Fiqih, Ushul fiqih) karena ilmu inilah disebut syariat yang sistematikanya mengikuti imam madzhab. Tidak mempelajari sendiri dari Quran terjemahan dan hadits terjemahan.


Sunday, May 17, 2020

Mengapa Harus Bermadzhab?


Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ""Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata; "Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji ketika kami masih kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian) ". (HR.Bukhari 3378)

Bermadzhab, berarti mengikuti pendapat salah satu imam madzhab yang 4 dalam hal pelaksanaan syariat (tata cara beribadah).

-Kenapa mesti bermadzhab tidak mengambil langsung dari Nabi?
+ para imam madzhab bisa dibilang sebagai orang-orang dari generasi terdahulu yang membuat sistematika dan mengklasifikasi tata cara beribadah berdasarkan Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana generasi sahabat belum terlalu perlu melakukannya karena mereka langsung dalam bimbingan Nabi Muhammad Saw. Demikian pula jaman tabi'in, Sistematika dan klasifikasi yang dibuat saat meninggalnya para sahabat ra sebagai tempat rujukan ilmu agama. Sistematika yang kemudian dikenal sebagai ilmu fiqih ini sangat, sangat, sangat memudahkan pengajaran agama dan mempermudah orang menjalankan ibadah tanpa perlu lagi menganalisis Quran dan Sunnah. 


Bayangkan bila seorang mualaf diserahi Quran dan Sunnah untuk menjalankan Islam?

Semua Imam Madzhab mengambil dari Quran dan hadits dari jalur paling dekat kepada Muhammad Saw? Maka yang menyatakan mengapa tidak mengambil langsung dari Nabi? Menunjukkan kebodohan dalam memahami jalur periwayatan sekaligus menuduh para imam madzhab tidak menggunakan Quran dan sunnah Nabi Saw. Dan juga menunjukkan kedustaan, tanpa disadari mereka mengikuti madzhab saat diperkenalkannya Islam oleh orangtua mereka atau guru-guru mereka. Namun mereka jadi sombong dan lupa diri saat diberi akses ilmu Al Quran dan sunnah dan mengatakan ambilah dalil dari Al Quran dan Sunnah. Menempatkan diri layak membuat madzhab yang mandiri. 

-Mengapa tidak satu saja, mengapa harus mengambil dari yang imam yang 4?

+Dahulu madzhab itu lebih dari 4. Karena banyaknya hadits dan banyaknya penafsiran. Jadi sekali lagi perbedaan pokoknya adalah dalam penafsiran dan juga rujukan hadits yang diperoleh para imam.

Para imam tersebut diakui paling mumpuni di dalam penafsiran quran dan hadits sehingga apa yang mereka tetapkan masuh berlaku hingga saat ini, dan mereka saling menghormati dalam perbedaan. Artinya mereka saling menghormati penafsiran, tidak menyalahkan, mengecam, membid'ahkan/mengkafirkan.

-Bagaimana kalau saya tidak bermadzhab?
+Kalau tidak bermadzhab tidak mengapa,tapi sedalam apa kamu menguasai quran, hadits, bahasa arab, fqih, ushul fiqih,mantiq,balaghah, dst. Dan yang perlu diingat kamu itu umat akhir zaman, saat tidak bermadzhab, berarti kamu membuat madzhab baru, comot sana comot sini sesuai hawa nafsu kamu. Pantesnya dipakaikan nama kamu, dan silahkan cari pengikut. Yang jelas kamu menempatkan diri lebih baik dari para madzahib yang masuk generasi salafussholeh, katanya generasi salafussholeh tapi meninggalkan ajaran mereka, menuduh dalil mereka lemah, dan pendapatmu lebih baik.

- para imam madzhahib bukan Nabi, mereka bisa salah.
+ Sangat benar, mereka sangat bisa salah, apalagi kamu yang selisih hampir 40 generasi. Daripada ngikutin kamu yang 40 generasi (1300 tahun) datang belakangan, ya jelas lebih baik ngikutin generasi ke 2 dan ke 3.

-kami langsung mengikuti Quran dan Sunnah, bukan para imam.
+ Nah dusta lagi. Quran,sunnah terus langsung ke kamu. Hebat skali klaim, Quran,sunnah, langsung ke kamu. Alhamdulillah saya baru tahu pentingnya ...pentingnya! periwayatan (sanad keilmuan), untuk menolak orang2 sepertu kamu, yang mengklaim periwayatan: Nabi, Quran, Sunnah, kami.

-Kami hanya menggunakan hadits shohih. Madzhab kami adalah hadits shohih. Nah itu, perkataan yang dipakai para imam. Jadi kamu berkeyakinan para imam melakukan kesalahan sehingga layak dibenarkan oleh kamu....(sambil ngakak guling2).
+ kalo kamu menggunakan hadits shohih, saya tanya hafalan hadits kamu?

- hafalan tidak penting, karena saat ini seluruh hadits sudah dibukukan,dikomputerisasi,digitalisasi, kita tinggal memakai kata kunci
+ nah itu dia, disini perbedaan saya dan kamu, kamu paling getol anti dengan bid'ah, tapi dalam periwayatan hadits dan ilmu kamu menggunakan cara diluar generasi salafussholeh.  Kami masih berguru kepada ulama yang memiliki jalur periwayatan, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw saat menerima wahyu dari Jibril As dan para sahabat ra dari Nabi Muhammad Saw, melalui proses tatap muka. Hingga para pengumpul hadits melakukan hal yang sama, tidak melakukan penulisan hadits tanpa bertemu periwayatnya.

Dan kamu meninggalkan para guru, para imam madzhab, karena merasa menemukan dalil shohih yang kamu temukan dari kitab hadits, dan kumpulan yang didigitalisasi, kemudian mengklaim pendapat imam ini salah, imam itu salah. Yang demikian sangat menyalahi tuntunan belajar dan periwayatan, dan disinilah perbedaan kita yang tidak akan pernah bertemu. Dan anda bisa jawab siapa yang bid'ah dalam cara pengambilan ilmu. Pantas bila anda menghinakan para guru dan perawi, karena mengambil dalil secara serampangan tanpa guru, dengan penuh rasa bangga merasa dengan referensi kitab mengatakan kami mndapatkan ilmu ini langsung dari Nabi Muhammad Saw dan Quran dari Allah Swt, kemudian layak mensejajarkan pendapt anda dengan para imam madzhab. Naudzubillah mindzalik. (Bila lupa siapa anda baca lagi hadits, Bukhari no.3378 di atas)

Friday, May 15, 2020

Makna Bid'ah yang terus diperbaharui

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

Awalnya asal hadits ini adalah setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah, karena perkembangan teknologi dan peradaban dan banyaknya perkara baru dalam ibadah maka makna bid'ah dipecah menjadi: ibadah dan muamalah,  perhatikan kutipan terjemahan hadits di atas ada tambahan 'perkara agama'. Sedangkan kita semua mestinya harus sadar bahwa tidak perkara yang bukan  perkara agama selama hidup di dunia,mulai bangun tidur hingga tidur pagi semuanya adalah 'perkara agama' dan wajib bernilai ibadah. Karena kebingungan diserang lagi oleh perkara baru dalam ibadah, maka  seperti pencetakkan al quran, pembagian ilmu, nahwu shorof, fiqih, tafsir, digitalisasi kitab, kajian online dst, maka ditambah lagi definisinya ditambah lagi tidak mengapa sebagai alat (wasilah?) lol....akhirnya tawasulan juga. 
Beginilah akibat susah menerima bid'ah hasanah. Jadi dalil bid'ah mengalami beberapa koreksi, yang pertama dan umum adalah menambahi 'sesuatu yg baru dlm ibadah, yang kedua tak mengapa yg baru itu (bid'ah) itu kalo sebagai alat utk belajar,"

Jadi kita cuma mau menyampaikan, Maulid, Isra Mi'raj, dll itu adalah sarana/alat kita mengenal dan mencintai Rasulullah Saw, ...jadi sah yah? Bukan bid'ah dolalah yg masuk neraka. Kalo sampean ngotot bahwa itu ibadah, ...kami cuma bilang, yang jalanin saya kok yang ngotot situ ..hehheheh.

NLP (neuro linguistik programming) dan bacaan niat

Alhamdulillah bacaan niat dapat dijelaskan oleh NLP.

Pernah dengar NLP? Kurang lebih adalah suatu kegiatan lisan yang dilakukan secara berulang sehingga apa yang kita ucapkan akan mempengaruhi seluruh indra kita sehingga apa yang kita ucapkan akan mewujud.

Tapi heran kalo anda belajar dan penggiat NLP tapi masih belum paham makna membaca niat yang dianjurkan oleh ulama.

Selama ini bacaan niat dalam Madzhab Syafi'i disoal oleh anak-anak muda yang bersemangat dalam belajar agama secara otodidak. Tidak dilakukan Nabi, tidak dilakukan Nabi....

Hingga abad ini kita mengenal apa yg disebut NLP.

Dalam bacaan niat sholat misalnya:
Ada kata:
1. saya berniat/menyengaja/bersungguh akan melakukan sholat

2. " yang statusnya Fardhu/sunnah"

3. " di waktu ..subuh/dzuhur/ashar/magrib/isya"

4. " sebanyak 1,2,3,4, roka'at ..

5. " karena (perintah) Allah ta'ala...

Menurut NLP, maka ucapan tersebut akan mempengaruhi tindakan kita selama sholat. Terutama mencegah pikiran ngelantur, lupa jenis sholat, lupa roka'at, dan selalu meluruskan niat. Bahasa tubuh orang yang membaca niat dan tidak membaca niat akan jelas terlihat. Bisanya orang yang tidak/meremehkan niat bahasa tubuhnya terlihat tidak khusyu' dan banyak pergerakan, sedangkan orang yang membaca niat terlihat lebih minim pergerakkan.

Bagaimana orang yang membaca niat hampir mustahil lupa roka'at? Saat niat diucapkan maka ia akan didengar dan dipatuhi oleh seluruh tubuh dan tubuh akan saling menyokong dalam mengingatkan, sehingga tidak bergantung pada kesadaran akal tapi juga reflek.

Membaca melafazkan niat bukanlah tambahan sholat, semua ulama berpendapat demikian dan tidak ada pertentangan. Seandainya ditinggalkanpun tidak membatalkan sholat, tidak ada pertentangan.

Semua dianjurkan ulama pada saat umat belakangan/akhir jaman (yang kurang baik dari umat sebelumnya) mulai terkena penyakit was-was,nglantur, lupa roka'at, banyak memikirkan dunia, dibanding umat jaman Nabi Saw.

Mudah2 paham, kalo anda merasa sholat kurang khusyu, kalo takut dibilang bid'ah krn niat nempel dengan sholat. Maka coba baca saat berjalan dari tempat wudhu atau saat menuju Mesjid, cobain deh baca niat secara sungguh2, maka akan terasa bedanya wahai umat akhir zaman pecinta dunia....

Wallahua'lam