Tuesday, August 21, 2012

Era Sahibul Kahfi (2)

Ini peringatan kedua buat saudara-saudaraku

Ini era sahibul kahfi kawan, fitnah besar sudah melanda, pemegang Al Quran dan Sunnah belum tentu semuanya selamat? Mengapa karena mereka-mereka memegang keduanya tanpa ilmu namun hanya dengan persangkaan semata, apa buktinya? buktinya mereka tidak punya sanad keduanya, tapi banyak bercakap tentangnya. Mereka-mereka yang sanggup mencaci ulama, mencaci saudara seiman beda golongan, dengan alasan kata gurunya dari gurunya dari gurunya.....Bagaikan anak-anak TK yang menghakimi profesor-profesor, namun lagaknya luar biasa.

Ini era sahibul kahfi kawan, fitnah besar sudah melanda, tidak engkau kenali lagi siapa teman siapa lawan, yang terkadang lawan malah sering membuatmu banyak memohon kepada Allah, yang kau anggap teman malah melalaikanmu dari Allah dengan nasehat-nasehatnya. Yang engkau anggap lawan membuatmu menuntut ilmu dan memohon pertolongan Allah, yang kau anggap temanmu banyak melakukan kebajikan yang membuatmu lupa kewajiban.

Ini era sahibul kahfi kawan, fitnah besar sudah melanda, masuklah ke dalam gua-gua perlindungan, carilah orang-orang berilmu yang memegang Quran dalam benaknya (hafal), yang memiliki sanad dalam ilmunya, yang enggan menjual lisannya, yang banyak bertafakur daripada bercakap, yang membuat kita cinta ibadah, yang tidak khawatir ttg apa yang dimakan esok. Karena orang-orang ini adalah wali-wali tersembunyi yang enggan menjual diri.

Ini era sahibul kahfi kawan, fitnah besar sudah melanda, takutlah menghakimi sesamamu, karena engkau bukanlah hakim. karena engkau belum menghafal kitab itu, karena engkau masih membaca kita-kitab terjemahan liar yang kau dapatkan dipinggir-pinggir jalan, tanpa tahu siapa yang meletakkan.

Ini erah sahibul kahfi kawan, ini usahaku saat ingat, untuk mengingatkan, masuklah ke gua-gua, agar tidak termakan fitnah dajjal, membolak-balikkan fakta surga adalah neraka, neraka adalah surga. Duhai Nabi, kami merindukanmu dan butuh bimbinganmu, sebagaimana para sahabat yang mulia dahulu, agar kami tidak tersesat dalam logika berpikir kami....Allahuma shali ala sayidina Muhammad wa ala 'ali sayidina Muhammad

Friday, August 17, 2012

Hilal, apaan tuh?


Jauh-jauh hari organisasi Muhammadiyah enggan mengikuti sidang isbat yang diselenggarakan menteri agama dengan alasan menghindari perselisihan. Namun organisasi ini selalu secara sepihak mengumumkan awal Ramadhan dan Syawal jauh-jauh hari sebelumnya kepada khalayak secara terbuka yang sering memicu perselisihan karena dari pengumuman itu berimplikasi secara sosial ekonomi kepada masyarakat, dimana pengumuman ini dijadikan rujukan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan acara-acara keagamaan maupun kegiatan usaha. Sebetulnya saya pribadi kurang faham ilmu falak, tetapi menjadi tertarik mempelajarinya setelah perselisihan ini. Sebelumnya saya sering mengikuti puasa dan lebaran dari Muhammadiyah yang saya pikir sangat ilmiah , tetapi setelah mempelajari lagi dalil-dalil puasa maka saya cenderung memilih untuk menggunakan dalil ru'yah (melihat bulan baru). Dan alhamdulillah ada software stellarium yang memantapkan untuk mengambil dalil ru'yah

Dalil Puasa dan 1 Syawal


صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ, وَانْسُكُوْا لَهَا, فَإِنْ غُمَّى عَلَيْكُمْ فَأَتِمُّوا ثَلاَثِيْنَ يَوْمًا, فَإِنْ شَهِدَ شَاهِدَانِ مُسْلِمَانِ فَصُوْمُوا وَأَفْطِرُوْا.

"Berpuasalah kalian karena telah melihatnya (bulan) dan berbukalah kalian karena telah melihatnya pula, serta beribadahlah karena melihatnya. Jika bulan itu tertutup dari pandangan kalian, maka genapkanlah menjadi 30 hari. Dan jika ada dua orang muslim yang memberi kesaksian (melihat bulan), maka berpuasa dan berbukalah kalian.’” (HR.Ahmad)

Sebelumnya saya pikir pengambil dalil ru'yah adalah orang-orang kuno yang tidak faham ilmu falak, tapi setelah mengetahui bahwa ru'yah/mematuhi pemerintah sebagai hakim adalah syarat mutlak untuk penentuan 1 Syawal/Ramadhan, maka saya mengikuti yang mengikuti ru'yah.

Penetapan Bulan baru
Penetapan bulan baru untuk Ramadhan dan Syawal adalah spesifik: yaitu melihat berkas bulan baru muncul. Dalam abad ini penetapan bulan baru menurut astronomi ditetapkan berdasarkan sejajarnya posisi bumi, bulan dan matahari.

Lho posisi sejajar kan gerhana? Ini adalah pemikiran saya sejak SMP, mengapa dalam gambar phase bulan tergambar matahari, bulan, bumi dalam satu garis kok tidak gerhana? Dalam kondisi sejajar ternyata belum tentu segaris. Perhatikan gambar berikut. Sumbu bumi bergeser 5 derajat terhadap posisi tegak lurus, sehingga bentuk orbit bulan tidak sejajar dengan orbit matahari (ditunjukkan warna kuning) posisi bulan pada warna kuning menunjukkan bulan baru














Titik Kritis Penentuan 1 Ramadhan/Syawal
Titik kritis dari penentuan awal Ramadhan berdasarkan hadits adalah pada saat  posisi tepat bulan baru, (bumi bulan matahari) sejajar (titik konjungsi), maka tidak ada bayangan bulan yang nampak. Hal ini pula yang menyebabkan ahli falak pro-ru'yah menolak penentuan 1 Ramadhan/Syawal dalam tepat sejajar, sebagaimana terjadi pada awal Ramadhan 2012 ini. Dimana secara geografis di Indonesia, bulan dan matahari dalam posisi hampir sejajar sehingga penampakkan hilal tidak mungkin terlihat. Namun bisa jadi di negara yang lebih barat dari Indonesia sudah bisa melihat hilal karena bulan terus ber-revolusi ke arah timur, artinya sudah mulai ada selisih jarak dengan matahari.

Mengapa harus Maghrib (Matahari Tenggelam)?
Karena hampir tidak mungkin menyaksikan hilal pada saat matahari masih ada, penampakkan hilalpun sangat relatif bergantung dari kemampuan melihat maupun bantuan alat. Pada posisi bulan baru ini bulan terbit/tenggelam hampir beriringan dengan matahari, sehingga waktu hilal tampak (saat matahari tenggelam) dan tenggelamnya bulan relatif sempit. Sehingga penetapan selisih 2 derajat ini menunjukkan pemahaman ilmu falak dari penganut ru'yah

Gambar berikut adalah posisi menjelang magrib (17:35) dimana bulan dan matahari akan tenggelam, pada kondisi ini hilal mustahil terlihat.

















Gambar berikut adalah posisi masuk magrib (17:58), dimana cahaya bulan memungkinkan untuk terlihat sebelum pada akhirnya bulan tersebut tenggelam.




















Wallahualam

Thursday, July 05, 2012

Sederhana Memahami Takdir dan Dimana Allah? (bag2)

Tulisan tentang takdir merupakan analisa seorang bodoh yang tidak perlu terlalu ditanggapi tapi cukup dinikmati seperti menyeruput teh pahit !

Setelah memperhatikan berbagai teks yang berkaitan dengan takdir, akhirnya saya berkesimpulan dini ada kemiripan proses penciptaan alam semesta dan proses pembuatan game. Sebelumnya saya merenungkan tentang film, namun beberapa saat merenungi bahwa game lebih mendekati. Tapi analogi ini masih jauh dari keagungan Allah.

Tulisan ini hanya ingin menyanggah pernyataan bahwa Allah berada di atas dalam arti tempat. Dia memang wujud tapi Dia bukan materi, bukan partikel, bukan cahaya, atau parameter fisik lainnya menurut akal kita. Sehingga tempatNya adalah rahasiaNya, karena tempat, waktu, ruang, adalah ciptaan2Nya, bagaimana Allah berada dalam ciptaannya?
Penegasan ayat:   ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ 
Laisa kamislihi syaiun (Allah tidak serupa dengan makhluknya)

Allah SWT berfirman:

فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ  ۚ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوٰجًا وَمِنَ الْأَنْعٰمِ أَزْوٰجًا  ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ  ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ  ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 11)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

1. Dalam pembuatan game ada yang disebut game developer/creator, dimana dimensi pembuat game dan dimensi game yang dibuat berada dalam dimensi yang berbeda. Sang developer tak mungkin masuk ke dalam gamenya demikian pula sebaliknya.


2. Dalam proses pembuatan film/game dikenal dengan apa yang disebut penulisan cerita yang kemudian diadaptasikan menjadi skenario yang akan dijalankan oleh tokohnya.

3. Tokoh/karakter adalah sosok-sosok ciptaan yang telah ditentukan sifat-sifatnya, fisiknya, kemampuannya, posisinya, cara-cara bergerak, cara-cara berucap, dan semua atribut-atributnya.

4. Setiap karakter memiliki peran yang dimainkan berdasarkan imajinasi yang dibuat oleh sang developer. Setiap karakter memiliki batasan-batasan yang dimaui oleh developer tanpa bisa diprotes oleh sang karaketer.

5. Dari game terakhir yang saya mainkan, yaitu Prince of Persia, langkah saya dipermudah dengan walkthrough, semacam guideline tentang cara menuntaskan game. Saat memprintout walkthrough saya sangat 'beriman' kepada walkthrough bahwa apa yang tertulis disitu 100% benar. Dan ternyata memang demikian sehingga saya mampu menyelesaikan game tersebut. Mengikuti walkthrough ternyata tidak semudah teksnya, meskipun penulisnya menuliskan dengan benar, seringkali saya salah menginterpretasikan ataupun mempraktekkan instruksi dengan joystick seringkali menemui kesulitan. Dan kita tahu walkthrough ini adalah Al Quran.
  1. Dalam kehidupan di dunia ini kita adalah karakter yang dibangun oleh Sang Creator Allah SWT. "Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."QS 37:96
  2. Dunia adalah game.
  • Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (QS47:36)
  • Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.(QS57:20)

6. Al Quran dan hadits adalah walkthrough yang membantu kita menyelesaikan misi dengan sukses.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(QS 2:2)

7.  Kita adalah karakter yang diciptakan oleh Allah, kita yang menjadi pemainnya, jadi bila kita ingin sukses menjalani peran kita maka ikutilah guidelines yang telah ditetapkanNya.
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.(Az Zumar:41)

8. Kita diberi kebebasan untuk berbuat dan bertindak namun semua dibatasi oleh setting dan skenario.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Al An'amn:59)

9. Kita membutuhkan Allah dalam permainan, dan Allah membuka kesempatan bertanya tanpa batas selama permainan.

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Al Fathir:15

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (Al Mukmin:60)...................

10. Allah tidak terikat pada dimensi yang dibuatnya sehingga apa yang sudah dan akan terjadi sudah dalam pantauanNya sebagaimana kita telah menyaksikan sebuah film atau menyelesaikan sebuah game. Dimana jalan cerita dan endingnya kita sudah tahu. Dalam game mungkin lebih spesifik, bahwa kita tahu cara menyelesaikan permainan meski dengan langkah dan cara yang berbeda untuk menyelesaikannya.

Dimana Allah?
Uraian di atas jelas menjawab, bahwa Allah tidak bisa diukur jauh dekatnya, karena dimensi ilahiah (pencipta) berbeda dengan makhluk, sebagaimana (analogi yg masih cukup jauh dg makna sesungguhnya namun cukup membantu) hubungan antara karakter game dan game developer,seorang GD dapat mengubah, mengamati pergerakan, membentuk, menghilangkan kapanpun mereka suka. Allah selalu menegaskan bahwa beliau adalah pencipta, namun kita tak boleh membayangka secara fisik. Kedekatanpun menjadi jelas karena 'Allah memiliki kontrol dan pengawasan penuh atas manusia, hingga level sel-sel tubuh dan lebih kecil lagi dari itu. Bahkan level bisikan hati yang super lembut Dia-oun dengar karena Dialah yg menciptakan.

255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka (akan terjadi) dan di belakang mereka (telah terjadi), dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Ayat Kursi) wallahua'alam 
       

Tuesday, June 26, 2012

Berani nikah vs Berani Zina


Soal Menikah Dini
  1. Generasi muda Islam bergelimang maksiat
Saat ini generasi muda Islam dibombardir dengan tren kebudayaan yang sesungguhnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sungguh iblis dan gerombolannya tidak pernah menyerah dalam menyesatkan manusia ke dalam kesesatan. Islam sebagai penuntun hidup hanya dijadikan aksesoris hidup. Saat Islam menganjurkan nikah, maka dunia mengatakan hal tersebut sebagai sesuatu bentuk ekstrimisme dan kekerasan pada anak/perempuan, maka dibuatlah propaganda tentang jeleknya pernikahan dini dari kesehatan fisik dan mental. Pacaran adalah suatu bentuk penyesatan baru yang diperkenalkan kepada generasi muda Islam. Dalam rukun pacaran yang dikenal mulai dari eksploitasi pandangan, perkenalan, berduaan, bercumbu, maka dalam budaya barat akan diakhiri dengan hubungan badan.
Bila ditanya kepada para pendukung modernisasi ini. Apa fungsi agama? Agama adalah pengontrol dan benteng supaya tidak melalukan perzinaan. Pendapat ini malah tidak manusiawi, tida masuk akal dan bertentangan dengan Islam itu sendiri. Bagaimana seorang anak yang puber pada usia 8-15 tahun disuruh bertahan dalam gelombang pornografi/ pacaran dan agama dijadikan benteng untuk tidak terjadi perzinaan? Yang terjadi adalah seperti yang kita lihat generasi-generasi muda maksiat. Hidupnya dipenuhi dengan interaksi kemaksiatan dari mulai pornografi hingga pacaran, generasi yang menyalurkan seks dengan masturbasi disertai tontonan film seks. Inilah generasi muda harapan bangsa masa kini, yang puber dalam usia dini dan baru diijinkan menikah 15 hingga 20 tahun ke depan.

Usaha-usaha melawan fitrah ini sungguh terjadi di negeri ini. Anak-anak tidak pernah secara terbuka diajarkan tentang hubungan pria wanita, seksualitas, kehidupan perkawinan, dengan alasan belum waktunya. Dan dibalik itu mereka hanya menganggap bahwa pornografi adalah ‘kenakalan’ biasa dan kecil. Beginilah cara berpikir mayoritas rakyat negeri ini, sehingga pornografi tidak benar-benar dibrantas. Dan lebih menyedihkan lagi pelakunya sebagian besar adalah kaum muslimin yang mengaku pengikut Muhammad Saw.

Dalam agama Islam, setiap individu yang normal dan sudah memiliki hasrat seksual terhadap lawan jenis, maka masuk ke dalam kelompok yang wajib nikah. Karena dikhawatirkan mereka akan terjebak ke dalam perzinahan. Dan hari ini kita saksikan generasi muda Indonesia yang modern hidup dalam kemaksiatan zina. Sebagian orangtua sangat khawatir anaknya terlibat dalam perzinaan namun mereka tidak pernah secara sungguh-sungguh melakukan bimbingan dan pembinaan seks. Selain dianggap tabu, sesungguhnya orangtua bingung melakukannya: mulai darimana? Tentang apa? Haruskan oleh saya?

Saat ini penanganan gejolak seks generasi muda dilakukan dengan ‘Metode Pengalihan’, dimana anak-anak usia puber diwajibkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif. Dengan harapan pikiran mereka teralihkan dengan kesibukan. Namun sungguh kegiatan-kegiatan ‘positif’ yang dimaksud tidaklah menjadikan seorang remaja puber menjadi tidak terpikir masalah seks malah terkadang sebaliknya akan menjadi bumerang. Hasrat seksual menurut Islam adalah fitrah yang tidak boleh dilawan tapi harus disalurkan, yaitu pernikahan. Metode pengalihan ibarat bom waktu, saat mereka menemukan kondisi yang nyaman untuk menyalurkan hasrat seks maka terjadilah.

Kita ambil contoh, olahraga misalnya, pada tubuh yang sehat secara otomatis akan menjadikan metabolismenya sehat, sehingga terkadang malah hormon seks mereka akan semakin banyak diproduksi. Produksi hormon seks yang meningkat akan menigkatkan libido. Apalagi godaan para olahragawan juga semakin kuat. Lihatlah bagaimana para wanita memuja bintang-bintang olahraga, tidak usah yang terlalu tinggi, lihatlah bintang olahraga di sekolah, bagaimana murid wanita sangat tergila-gila bintang olahraga disekolah. Sehingga bintang olahraga ini mau tidak mau akan digoda oleh para penggemarnya. Sejauh manakah mereka sanggup bertahan? Wallahualam.

Yang menjadi kenyataan saat ini, remaja kita mencari-cari rahasia dibalik gejolak hormonal yang muncul dalam dirinya. Agama, orangtua, sekolah ternyata tidak memberikan pandangan dan solusi yang rasional. Generasi ini memiliki hobi seputar gaya, tren, modis, musik, dandanan seksi, mall. Stop! Apakah hal ini terlarang? Tentu tidak. Masalahnya datang kemudian, disaat modernisasi tadi merambah, maka pergaulan pria wanita bukan menjadi sesuatu yang perlu diatur, alias bebas. Ngga juga ah, kami masih pegang norma dan batas-batas kok. Inilah yg menjadi generasi baru yang penuh dengan stress karena memegang 2 gaya yang bertentangan. Disatu sisi gaya barat dengan kebebasannya disisi lain gaya agama dengan aturannya yang ketat. Siapa saja yang memegang 2 gaya hidup yang berseberangan ini akan stress. Dengan bergaul secara bebas terbatas, maka 2 orang insan berbeda jenis akan memasuki area abu-abu, mereka hanya berdua, tidak ada orang lain, mereka sedang dimabuk asmara, mereka bercumbu ‘yang aman’, gairah memuncak, namun...oopss...kitakan gak boleh lebih...karena agama melarang dst. Gairah yang dipadamkan akan menjadi pemicu stress, hayalan-hayalan dan keinginan melakukan hubungan seksual akan terus membayang, semakin kuat gejolak ini akan semakin mendesak untuk disalurkan, agama sama sekali tidak menghendaki posisi ini, karena jawaban agama hanya satu, yaitu pernikahan.

Dan seandainyapun perzinahan dilakukan maka mereka akan melakukan dalam ketakutan. Harus mencari-cari tempat dan suasana yang ‘aman’ dari siapapun, dan akhirnya menghasilkan hamil di luar nikah, perkosaan, foto bugil, pelecehan seksual, aborsi, kematian akibat aborsi, pembuangan anak, MBA dst...dst. 

Hari ini generasi mudah Islam yang terjeremus kepada kemaksiatan semakin banyak dan terus berkembang. Orangtua tidak merasa khawatir karena telah merasa cukup memberikan bekal sekolah mahal, les ngaji, pelajaran agama, dan seterusnya. Tetapi mari kita tengok pelajaran agama dan les ngaji, apa yang diajarkan. Semua diluar konteks hubungan pria wanita. Beriman kepada ini, beriman kepada itu, namun pikiran mereka sibuk dengan musik, fashion, gadget terbaru, update status dan seterusnya. Inilah masalah terbesar pendidika agama saat ini. Pengajaran agama di luar konteks. Islam dibundel dalam satu paket Islamologi yang dipaparkan dalam teks, dengan asumsi barang siapa menguasai Islamologi ini akan menjadi orang yang ‘baik’. Ini yang disebut tersesat dalam ilmu, dimana ilmu yang didapat tidak mengakibatkan seseorang menjadi taat, namun sebaliknya menjadi kufur. Naudzubillah mid dzalik.

Kesalahkaprahan para orangtua saat ini menurut hemat penulis adalah mengasumsikan pelajaran dan bekal agama sebagai benteng untuk tidak melakukan perzinahan. Namun mereka lupa mempelajari esensi mengapa perzinahan terjadi. Hal ini semua terjadi karena digunakannya 2 bentuk gaya hidup yang saling bertentangan. Islam sangat membatasi pergaulan pria wanita yang tidak menikah, dan barat sangat membebaskan pergaulan pria dan wanita. Dalam Islam perzinahan adalah dosa besar, dan bagi barat perzinahan adalah suatu kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia. Naudzubillah.

Karena fitrah manusia yang cenderung berpasangan maka Islam memudahkan syarat-syarat dan rukun pernikahan. Lebih mudah dari berjual beli yang membutuhkan modal dan barang. Meskipun mudah, Islam menuntut tanggung jawab yang tinggi dari orang yang terlibat dalam pernikahan. Semua harus menguasai aspek-aspek legal formal tentang pernikahan dan segala konsekuensi-konsekuensinya. Meskipun mudah namun pendidikan tentang keluarga, tanggung jawab masing-masing pasangan harus terus dilakukan secara intens. Menikah memang jalan satu-satunya untuk menyalurkan hasrat seks, tetapi jangan lantas dipermudah tanpa kawalan pengetahuan yang mumpuni. Bagaimanapun pendidikan seks dan keluarga harus diajarkan secara dini. Dan sangat salah bila pendidikan seks berarti mengajarkan bagaimana bersetubuh. Karena seks hanyalah sebagian ‘kecil’ dari keunikan hubungan antar manusia. Banyak hal lain yang bisa diajarkan sejak dini, terutama tentang model keluarga yang idela dan interaksi manusia yang ‘beradab’.

Menunda Pernikahan dan Praktek Seks Bebas
Saat ini pemerintah mengkampanyekan, gerakan menunda pernikahan. Seperti kita ketahui bahwa program ini semata-mata ditujukan kepada negara-negara berkembang yang ledakan penduduknya mengkhawatirkan. Di Amerika (http://www.coolnurse.com/marriage_laws.htm)  pernikahan pasangan dibawah 18 tahun tidak dilarang mutlak, namun melalui prosedur pengesahan dari pengadilan. Di negara-negara maju, pasangan-pasangan dianjurkan untuk menikah, bahkan disediakan insentif yang besar buat pasangan yang memiliki anak. Hal ini disebabkan karena penduduk Negara maju cenderung enggan memiliki anak.
Alasan program menunda pernikahan adalah :
  1. Keselamatan Ibu dan anak saat melahirkan.
  2. Kesehatan reproduksi.
Namun satu hal yang tidak pernah dicari solusinya adalah praktek seks bebas. Di satu sisi anak-anak di bawah 18 tahun dilarang menikah, disisi lain praktek seks bebas tidak menjadi hal yang terlarang. Larangan seks bebas hanya merupakan pesan moral, bukan ditetapkan secara hukum, sehingga semua pihak dengan tenang melanggarnya.

62,7 persen siswi SMP tak perawan  (dalam berita terbaru sudah meningkat menjad 93,7%)
JANGLI-Para orangtua diimbau untuk mengawasi dan memperhatikan kondisi perkembangan psikologis anak, terutama ketika telah mengenal jatuh cinta.
Pasalnya dalam kondisi ini anak akan mudah terjerumus dalam lembah seks bebas, jika tak mendapatkan pembinaan dan pengetahuan mengenai seksologi yang tepat.
Terlebih dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Komnas Perlindungan Anak terhadap 4.500 pelajar SMP-SMU, menunjukkan 62,7 persen pelajar SMP mengaku sudah tidak perawan, dan 21,2 persen pelajar SMU mengaku pernah aborsi. Data ini terungkap dalam seminar seksologi bertemakan ”Sex : love or lust, the Story of Amnon and Tamar”, yang diselenggarakan oleh Bina Bangsa School di gedung Jangli, Semarang, Jumat (29/1) kemarin. (wawasandigital.com)

Nekat ML di Rumah Meski Ada Orangtua
Rabu, 26 Mei 2010 - 11:46 wib
Frida Astuti - Okezone
JAKARTA - Fenomena remaja terjerumus dalam hubungan seksual di luar nikah menjadi masalah serius karena menyangkut masa depan di anak itu sendiri.

Yang mencengangkan adalah dari pengakuan pelaku mereka melakukan making love (ML) umumnya di rumah sendiri, ketika kondisi sedang sepi. Para orangtua, sepertinya harus waspada dengan modus seperti ini. Tidak mudah dan percaya begitu saja meninggalkan anak di rumah sendirian tanpa ada pengawasan.

Lihat saja pengakuan Bunga (bukan nama sebenarnya), setiap melakukan ML selalu di rumahnya. "Di rumah aku. Sepi nnggak ada orang. Takut enggak takut sih kalau di rumah," ujarnya saat berbincang dengan okezone di sebuah restoran. 

Menurut dia, ibunya sudah perhatian tapi tidak cukup waktu untuk mengawasi hubungan dengan pacarnya dan teman-teman lainnya. .....

"Mama selalu menasehati agar jangan macam-macam. Batasannya sampai pegangan tangan doang, tapi aku malah kejauhan banget sampai ML. Kalau mamah tahu digampar kali. Papah aku enggak terbuka. Tidak ada yang kurang dari keluarga aku. Tapi akunya saja yang selalu mencari kesempatan," cerita Bunga sedikit nakal.

Kalau hamil? "Takut sih, cuma aku sering ngelakuin enggak pernah di dalam kok, dan aku mikir selama enggak dikeluarin di dalam ya nggak apa-apa. Aku sudah 30-an lebih ML. Aku pernah telat haid dua pekan dan itu aku sudah nangis-nangis.
Aku sudah takut, tapi akhirnya enggak hamil dan ML berlanjut lagi," aku Bunga.

Sambung dia, "Kalau memang hamil aku akan minta pertanggungjawaban, minta duit buat aborsi. Setengah-setengahlah duitnya buat aborsi. Pertanggungjawabannya bukan nyuruh kawinin aku, itu enggak. Duit buat aborsi saja."

Menurut Bunga, aborsi menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah hamil secara cepat. "Pokoknya kalau aku hamil harus aborsi. Nggak mungkin berani dilanjutin dan bilang mamah. Itu sudah terpikirkan (aborsi) kalau memang terjadi. Teman-teman juga sama dan bahkan kita lagi mencari tempat aborsinya," ungkap Bunga. 
(ram) (ahm)

2.   Urgensi Pendidikan Seks dan Pernikahan untuk Anak !
Pendapat umum menyatakan bahwa menunda pernikahan adalah jalan terbaik untuk menggapai keharmonisan berumah tangga. Namun seperti pada data yang tersaji di bab 3 dan 4 menunjukkan bahwa kesejahteraan, usia, pacaran, sama sekali tidak menjadikan pernikahan bertahan lama, sebagaimana diasumsikan. Sungguh pendidikan dan pemahaman tentang pernikahan dan seks lebih penting !
Orangtua di Indonesia pada umumnya tidak bisa memberikan pendidikan seks kepada putra-putri mereka dan cenderung membiarkan perilaku seksual dari anak-anaknya tanpa memberikan pengarahan. Karena pendidikan seks diasumsikan pendidikan bersetubuh sehingga banyak orangtua yang enggan dan menganggap tabu masalah ini. Sebagian berpendapat bahwa masalah ini boleh dibicarakan saat usia 17 tahun ke atas. Namun ternyata anak-anak telah mengetahui lebih dini pada usia yang jauh lebih muda dari sumber yang menyesatkan, yaitu pornografi dengan segala macam bentuk dan turunannya ditambah teman-teman yang sesat dan menyesatkan. 
Orangtua sering enggan memberikan edukasi seks karena alasan-alasan : 
¨      Ketidatahuan akan pentingnya pendidikan seks dan pernikahan.
¨      Tahu pentingnya pendidikan seks dan pernikahan tetapi tidak tahu harus menyampaikan materi apa.
¨      Perasaan tidak nyaman dalam menyampaikan.

Hal inilah yang menyebabkan krisis generasi muda Indonesia. Masalah seks sering di identikan dengan persetubuhan sehingga orantua enggan melakukannya. Dalam mengajarkan seks, memang peran sekolah sangatlah menentukan. Sekolah dan pemerintah semestinya membuat program pendidikan seks dan pernikahan secara intensif dan terpadu ataupun terintegrasi dengan pelajaran agama atau PKn.
Berbicara tentang nikah dan seks bukan berarti bicara tentang teknik-teknik berhubungan seks. Bukan sama sekali demikian ! Pemikiran bahwa pendidikan seks adalah pendidikan teknik bercinta menunjukkan kepicikan orang  yang bersangkutan. Pendidikan seks dan nikah berawal dari sifat-sifat dasar manusia yaitu :
¨      Fitrah ketertarikan
¨      Interaksi yang baik, sehat, etis, dan beradab.
¨      Mengajarkan hakikat keberadaan manusia.
¨      Mengajarkan arti keluarga, persatuan keluarga dan pengaruhnya bagi negara.
¨      Mengikat hubungan dengan pernikahan.
¨      Menjalani pernikahan, tantangan, masalah dalam pernikahan dan cara-cara menyelesaikannya.
¨      Memiliki anak, merawat anak, dan membesarkannya.

Salah satu pendidian seks yang salah dianggap sudah biasa dan paling banyak dikenal adalah pacaran. Berpacaran jelas-jelas berisiko menjermuskan pelakunya dalam kemaksiatan. Islam sendiri secara tegas membatasi hubungan antara pria dan wanita yang belum menikah. Bagaimana hukum menatap lawan jenis, larangan berduaan, apalagi larangan bersentuhan, semua sudah sangat tegas dan tidak ada perbedaan pandangan di kalangan ulama.

32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al Israa’)

30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (An Nuur: 30)

32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1213] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik, (Al Ahzab:32)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Saw bersabda:
 “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir mk jangan sekali-kali dia berkhalwat dgn seorang wanita tanpa disertai mahram krn setan akan menyertai keduanya.”
Ayat-ayat di dalam Al Quran dan hadits-hadits yang lebih banyak lagi mengatur pergaulan antara pria dan wanita hampir tidak memberikan celah kepada apa yang disebut sebagai ‘pacaran’. Namun karena lemahnya  kaum muslimin Indonesia dalam memegang agamanya, mayoritas kaum muslimin Indonesia beranggapan bahwa pacaran adalah hal yang wajar selama dilakukan sesuai norma agama. Agama yang mana? Padahal sudah sangat terang benderang pembatasan ruang untuk berdua-duaan. Siapa yang sanggup mengawasi pacaran sesuai norma? Kalau terjadi perzinahan siapa yang akan menghukumnya? Sungguh pacaran ini merupakan jebakan syetan. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya tidak mudah untuk bermain-main syahwat tanpa seks dalam jangka waktu yang lama. Seandainyapun ada yang mampu melakukannya namun lebih banyak yang tidak mampu. (baca sub bab : jebakan syetan bernama pacaran). Mengingat besarnya mudharat dari pacaran, maka hendaknya para orangtua tidak mengijinkan putra-putri mereka berpacaran. Seandainya mereka memaksa, maka inilah saatnya untuk melakukan pendidikan seksual secara mendetail, larangan melakukannya sebelum menikah, efek jangka pendek dan jangka panjang, tuntutan buat orang menikah, dan berapa lama pernikahan dilakukan dan seterusnya. Apabila syahwat sudah menguasai maka berserah dirilah kepada Allah, dan mendoakan anak-anak mereka agar tidak masuk kepada perangkap syetan.

3.   Bahaya menghalangi Pernikahan

Kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak mereka, meluaskan rezeki mereka, dan menambah keluhuran mereka.
Mengamati hadits di atas amatlah menarik bahwa nikah dihubungkan dengan perbaikan akhlak dari Allah dan  perbaikan rejekiNya. Hingga saat ini banyak sekali kita mendengar orangtua yang menghalangi pernikahan anaknya karena berbagai macam sebab, antara lain: belum cukup umur, belum mapan, bukan pasangan yang dimaksud dan seterusnya. Sesungguhnya di dalam Islam sangatlah zalim apabila wali menghalangi 2 insan yang sudah memenuhi syarat pernikahan untuk menikah. Apalagi keduanya dimabuk asmara dan besar kemungkinan akan terjadi perzinahan. Oleh karena itu setiap usaha yang menghalangi seorang anak dalam kondisi dimabuk asmara dan kemungkinan besar akan berzina adalah suatu bentuk kezaliman. Oleh karena itu disinilah letak pentingnya pendidikan pernikahan sejak dini. Dalam perkembangannya, manusia modern memiliki kecenderungan meninggalkan agama. Karena agama dianggap sebagai sumber dari masalah itu sendiri. Dengan berbagai alasan orang dapat membunuh atas nama agama, menyakiti orang atas nama agama dan membatasi kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia. Ditambah budaya pernikahan dari setiap daerah memiliki ciri masing-masing yang terkadang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama.
Alasan-alasan orangtua menghalangi pernikahan dengan alasan tidak syar’i (sesuai kaidah agama):
  1. Belum cukup umur/matang.
  2. Tidak memenuhi persyaratan adat.
  3. Tidak cukup materi.
  4. Latar belakang keluarga
  5. Tidak sreg dari segi perasaan. Dst
Masalah-masalah yang sering ditemukan di dalam masyarakat menyebabkan pernikahan adalah sesuatu yang sulit, susah, menyusahkan, berat, mahal, rumit, menakutkan, anak, repot, ikatan, komitmen seumur, dll. Hal inilah yang menyebabkan manusia-manusia modern yang menghamba pada dunia mengambil jalan yang cepat, pintas, praktis, instan, aman, tidak berisiko, dan semua suka. Dengan slogan yang berkembang secara sunyi,”Lakukanlah hubungan seks selama suka sama suka, dengan aman dan gunakan kontrasepsi untuk mencegah penyakit menular.” Dengan cara membagikan alat kontrasepsi.

4.   Pernikahan Dini menghadapi Seks Bebas
Sangat sulit sebetulnya mendefinisikan tentang nikah dini, nikah muda, nikah di bawah umur dan seterusnya. Masyarakat modern mengklasifikasikan usia pernikahan berdasarkan strata pendidikan dan analisa-analisa psikologis. Di dalam Islam tidak dikenal yang disebut sebagai pernikahan dini. Karena secara definitif dijelaskan bahwa batas kedewasan seseorang adalah dari tanda-tanda fisik keluarnya sperma pada pria, dan menstruasi pada wanita. Namun seiring dengan perkembangan jaman, maka definisi ini bergeser dengan menambahkan sederet persyaratan yang menyulitkan.
Pernikahan dini adalah istilah modern yang menunjukkan pernikahan yang melibatkan individu di bawah umur 20 tahun. Pada usia di bawah 20 tahun wanita atau pria dianggap matang dan dewasa untuk menentukan jalan hidupnya, meskipun sudah akil baliq. Masyarakat dunia sesungguhnya telah menetapkan hukum secara fitrah dengan membatasi pernikahan dari rentang usia 14-21 untuk pria dan 9-19 untuk wanita (http://en.wikipedia.org/wiki/Marriageable_age) tanpa perlu ijin dari orang tua. Dengan asumsi ini maka masyarakat sesungguhnya sepakat bahwa usia 18 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita adalah usia yang layak untuk menikah . Di Amerika sendiri pernikahan di bawah usia tersebut dibolehkan dengan persetujuan oleh orangtua dari si anak kepada pengadilan.
Masyarakat Indonesia berbeda sikap dalam memandang pernikahan dini ini, namun secara umum menentang. Bagi sebagian orang yang berpegang kepada ilmu agama maka pertimbangan agamalah yang menjadi alasan kuat. Pada saat anak wanitanya mulai mengenal pergaulan pria-wanita maka ‘menyerahkan’ putrinya kepada orang yang amanah dan dianggap mampu adalah jalan yang terbaik. Namun hal ini adalah pendapat minoritas.
Menuduh pernikahan dini sebuah penyebab perceraian ada benarnya, karena bagaimanapun fakta menunjukkan demikian. Namun sebenarnya permasalahan bukan pada menikah dini atau tidak dini. Yang utama adalah pemahaman tentang makna dan tujuan pernikahan.  Pada saat mengemukakan bahwa pernikahan dini sebagai penyebab utama perceraian maka secara fair harus juga membandingkan rasio pernikahan tidak dini yang karam, juga rasio anak-anak yang berpacaran dalam usia dini dan melakukan hubungan suami istri. Karena yang terakhir ini juga menyumbang pada aborsi, bunuh diri, kematian ibu dan anak, diterlantarkan.
Berikut ini adalah headline berita-berita terkait akibat seks bebas:
¨      Bayi Laki-laki Terbungkus Kain Merah Dibuang di Selokan (detik.com)
¨      Remaja 10 Tahun di Inggris Rentan Hamil (okezone.com)
¨      2.000.000 aborsi setiap tahun di Indonesia (aborsi.org)
¨      Tiga pasang siswa SMP berpesta seks di hotel (http://karodalnet.blogspot.com)
¨      Pesta Seks di Ladang, Empat Pelajar SMP ditangkap.
¨      20 Siswi SMP jajakan diri. (www.gugling.com)
¨       

Ada beberapa jenis pernikahan dini yang tidak bisa disamakan.
  1. Pernikahan dini karena ‘kecelakaan’.
  2. Pernikahan dini yang dilakukan karena ‘jual-beli’ orangtua. 
  3. Pernikahan dini yang dilakukan dengan umur yang sebaya, kesadaran, dan pemahaman.
Pernikahan dini yang pertama adalah pernikahan dini yang dilakukan pada rentang umur sekitar 10-17 dimana anak-anak yang telah akil baliq mulai mencoba-coba hubungan seks, hal ini terjadi karena minimnya pendidikan seks pada usia dini. Pernikahan ini terjadi pada semua strata ekonomi.
Pernikahan dini yang kedua adalah pernikahan dini yang dilakukan karena alasan ekonomi. Pernikahan dini jenis kedua ini akan terjadi selama pemerintah tidak mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Pernikahan dini yang ketiga adalah pernikahan dini yang ideal, dimana pernikahan dilakukan oleh sepasang remaja akil balik yang tidak berbeda umur, memiliki wawasan dan pandangan tentang pernikahan, seksualitas, bahaya-bahaya abad modern sekaligus didukung oleh orang tua memiliki rasa saling pengertian dan saling memahami yang tinggi. Orangtua dari pasangan ini sudah mengenalkan tentang konsep pernikahan sejak akil balik. Demikian pula anak telah mengetahui posisi dan keadaan dirinya. Di satu titik dimana anak sudah merasa bahwa dirinya sudah berada di titik harus menikah. Hal-hal yang seakan prinsip namun bisa dikompromikan sungguh tidak menjadikan penghalang.
Sungguh kami berharap pembaca yang budiman mempertimbangkan kembali dengan sungguh-sungguh tentang ijin pacaran. Ingatlah bahwa yang membedakan pacaran dan nikah hanya 3 hal: sighat (ijab-kabul/serah terima), wali, 2 saksi. Apakah bedanya dengan seorang laki-laki minta ijin kepada ayah seorang perempuan untuk keluar berdua dan disaksikan oleh istri, anak-anak, tetangga? Oom saya ijin mau mengajak keluar putri oom. O ya silahkan, ati ati yah. Dengan kata-kata: saya serahkan puteri saya .....kepada....dengan mas kawin .....tunai. Saya terima nikahnya...dengan mas kawin ...tunai......
Setan telah berhasil mengelabui segenap manusia dengan kebiasaan-kebiasaan tak berdalil, adat, dan tradisi yang rumit dan memberatkan sehingga pernikahan membebani. Sehingga banyak anak muda yang berhasrat nikah harus gigit jari dan menganggap pernikahan itu adalah perkara yang mustahil. Dan setanpun berhasil menggiring generasi muda muslim untuk bergaul secara bebas. Naudzubillah mindzalik.

Friday, June 08, 2012

Perjalanan Menuju Tuhan

Manusia terlahir tidak menuruti kehendaknya
Dia tidak bisa memilih orangtua
Dia tidak bisa memilih kemakmuran
Dia tidak bisa mengatur jalan hidup

Tumbuhlah ia, besarlah ia, berpikirlah ia
Berjalan menurut kebenaran pikirannya
Merencanakan sesuai hawa nafsunya
Sekali lagi hidupnya tidak sesuai jalan pikirannya

Akalnya mati suri
saat tidak semua keinginan menjadi
nafsu merongrong namun dayanya kosong
menuju derita tak terperi

semua benda telah dimiliki
semua tempat telah dijalani
semua wanita telah dikawini
tidak juga menghilangkan jeri

cahaya ilahi menyinari
lewat hati dan para nabi
menunjuki jalan sejati
meski ringan enggan diikuti

Ilahi telah mewartakan Diri
Iman telah paksa ditanami
ke dalam setiap diri
tidak juga ditaati

diberikanNya kesenangan agar disukuri
diberikanNya kesusahan agar disadari
tidak juga sadar diri
hingga temui mati

sayang mati bukan akhir
dia adalah awal
dari bukti-bukti imani

tercengang bangkit dari mati
ada kehidupan lagi
oh ... warta itu terbukti
terlambat dan hanya sesali diri

perjuangan setiap hari
tak didasari pengabdian pada Ilahi
sia-sia semuanya

itulah uji hidup ini
sangat sulit hadapi
mana hakiki mana mimpi
hati-hati hal ini

ikuti jalan iman di hati
bukan hasrat hewani
hidup bukan unjuk gigi
semua tanggung jawab sendiri-sendiri



Tuesday, May 15, 2012

Syaikh Ali Jum'ah (Grand Mufti Azhar) tentang Thariqah:


(dikutip dari buku: Ibadah-ibadah diperselisihkan, Syaikh Ali Jum'ah, Duha Khazanah)

Apa hukumnya seorang muslim mengikuti tarekat shufi? Kenapa tarekat-tarekat ini banyak dan bermacam-macam? Jika tasawuf itu cuma zuhud, zikir, dan ‘suluk’ (perilaku) yang baik menuju kepada Allah, lalu kenapa seorang muslim tidak mencukupkan diri dengan Al Quran dan Sunnah untuk mengenal etika-etika dan perilaku jiwa itu?


Tasawuf adalah metode pendidikan spritual dan perilaku yang membentuk seorang muslim hingga mencapai tingkat ihsan, yang didefinisikan oleh Nabi Saw, “Bahwa kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Maka, jika kamu tida melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”[1] Jadi, tasawuf adalah program pendidikan yang memokuskan perhatian kepada pembersihan jiwa manusia dari seluruh penyakit-penyakitnya yang menjauhkan manusia dari Allah Swt dan meluruskan penyimpangan-penyimpangan karakter dan perilaku dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah, hubungan antarmanusia, dan dengan ego diri. Tarekat tasawuf adalah lembaga yang melaksanakan pembersihan jiwa dan pelurusan perilaku tersebut. Dan Syaikh adalah custodian atau ustadz yang bertugas melakukan hal itu besama penuntut atau murid.
Jiwa manusia pada tabiatnya merupakan tempat yang di dalamnya terhimpun sekumpulan penyakit-penyakit (ego) seperti sombong, ‘ujub (bangga diri/congkak), angkuh, egois, kikir, marah, riya’ (pamer), dorongan maksiat dan melanggar, hasrat memuaskan diri dan membalas dendam, benci, dengki, menipu, tamak, dan loba. Allah Swt berfirman dalam mengungkapkan perkataan istri al-Aziz (penguasa Mesir), “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf (12): 53). Oleh karena ini, orang-orang pertama dari para pendahulu kita bersikaf arif dan cerdas memandang pentingnya pendidikan karakter dan membersihkan pribadi dari penyakit-penyakit ego agar dapat berjalan selaras dengan masyarakat dan beruntung di dalam melangkah menuju kepada Tuhannya.
Tarekat tasawuf mesti dilengkapi dengan beberapa syarat, antara lain:
Pertama, berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah, karena tarekat tasawuf itu adalah metode Al Quran dan Sunnah. Setiap apa saja yang menyalahi Al Quran dan Sunnah, maka bukan bagian dari tarekat, bahkan tarekat sendiri menolak perkara itu dan melarangnya.
Kedua, tarekat tidak mempersiapkan ajaran-ajaran yang terpisah dari ajaran-ajaran syariat, tetapi justru intinya. Tasawuf mempunyai tiga fenomena pokok yang seluruhnya dilandaskan di atas ajaran Al Quran al-Karim, yaitu:

1. Memokuskan perhatian terhadap keadaan jiwa, mengawasinya, dan membersihkannya dari unsur tercela. 

Allah Swt berfirman,“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Al-Syams (91): 7 – 10).

2. Banyak berzikir dan mengingat Allah Swt Allah Swt berfirman,“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab (33): 41).
Nabi Saw bersabda, “Senantiasa basahkan Lidahmu dalam berzikir mengingat Allah.”[2]

3. Zuhud terhadap dunia dan tidak bergantung dengannya, dan cinta terhadap akhirat. Allah Swt berfirman, 
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka [kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am (6): 32)

Adapun tentang syaikh yang mendiktekan pelajaran zikir-zikir kepada para murid; membantu mereka di dalam membersihkan karakter-karakter mereka dari sifat tercela dan menyembuhkan hati mereka dari penyakit-penyakit, maka dia adalah seorang ‘pelayan’ atau ustadz yang dapat melihat metode mana yang lebih sesuai dengan penyakit hati pada pribadi ini, atau kondisi tertentu itu, dengan murid, atau penuntut ini.

Merupakan sunnah Rasulullah Saw memberikan nasihat kepada setiap manusia tentang apa yang mendekatkan dirinya kepada Allah sesuai dengan kondisi dan konstruksi mental jiwa yang berbeda-beda. Seseorang datang kepada Beliau dan bertanya,
 “Wahai Rasulullah, sampaikanlah kepadaku tentang perkara yang menjauhkan diriku dari kemarahan Allah.” Nabi Saw menjawab, “Jangan marah!”[3]

Seorang laki-laki yang lain lagi datang kepada Beliau Saw dan berkata,
“Sampaikanlah kepadaku tentang perkara yang aku jadikan pegangan.” Nabi Saw berkata kepadanya, “Senantiasalah basahkan lidahmu dalam berzikir kepada Allah.”[4]

Demikian juga, kehidupan para sahabat —semoga Allah meridhai mereka—. Di antara mereka ada yang memperbanyak shalat malam, ada yang memperbanyak membaca Al Quran, ada yang memperbanyak jihad, ada yang memperbanyak zikir, dan ada yang memperbanyak sedekah.
Ini semua tidak berarti meninggalkan urusan dunia sama sekali. Hanya saja ada ibadah tertentu, yang diperbanyak oleh orang yang menempuh jalan kepada Allah. Di atas fondasi dan dasar itu, kita juga menyaksikan pintu-pintu surga pun banyak dan beragam. Akan tetapi, pada akhirnya semua itu hanya tempat masuk yang banyak dan berbeda-beda, sedangkan surga itu sendiri satu. 

Nabi Saw bersabda, “Bagi setiap ahli (orang yang menekuni) suatu amal ada pintu dari pintu-pintu surga yang dinamakan dengan amal tersebut. Dan, bagi orang-orang yang berpuasa ada pintu yang mereka akan dipanggil dari sana. Pintu itu disebut al-Rayyan.”[5]

Demikian juga tarekat-tarekat menjadi banyak dan beragam pintu-pintu masuk dan metode-metode sesuai dengan syaikh dan muridnya sendiri. Di antara mereka ada yang lebih mengutamakan dan memperhatikan puasa, dan ada yang mengutamakan Al Quran lebih banyak dengan tanpa mengabaikan puasa. Dan begitulah seterusnya.
Keterangan yang telah dikemukakan di atas menjelaskan tentang tasawuf yang benar, tarekat yang shahih, dan syaikh yang konsisten dengan syariat dan Sunnah. Dan kita pun mengetahui faktor beragamnya tarekat karena beragamnya pola pendidikan dan terapi, serta berbeda-bedanya metode yang menyampaikan kepada tujuan. Namun, semuanya satu dalam tujuan, karena Allah Swt yang menjadi tujuan semuanya.
Tidak ketinggalan kami tekankan bahwa keterangan tersebut tidak sejalan dengan kebanyakan orang-orang yang mengklaim dirinya bertasawuf. Yaitu, mereka yang justru mengotori wajah tasawuf dari kelompok orang-orang yang tidak ada agama dan tidak memiliki kesalehan; orang-orang yang berjoget-joget pada acara-acara peringatan dan maulid-maulid dan mereka melakukan perbuatan orang-orang yang jadzab (hilang kesadaran) dan pelaku khurafat. Maka, ini semuanya bukan tasawuf dan sama sekali tidak termasuk tarekat-tarekat tasawuf. Sesungguhnya tasawuf yang kami ajak untuk mengikutinya tidak ada hubungannya dengan fenomena-fenomena negatif dan buruk yang dilihat oleh orang-orang. Dan, tidak boleh bagi kita untuk mengenal tasawuf dan memberikan kesimpulan terhadapnya dari sebagian orang-orang yang bodoh yang mengaku-ngaku bertasawuf. Akan tetapi, semestinya kita bertanya kepada para ulama yang memberikan pujian terhadap tasawuf, sehingga kita mengerti sebab pujian mereka terhadapnya.
Terakhir, kita memberikan jawaban kepada orang yang bertanya, “Kenapa kita tidak belajar saja etika-etika perilaku dan pembersihan jiwa itu dari Al Quran dan Sunnah secara langsung.” Ini adalah ungkapan yang lahirnya mengandung rahmat, sedangkan sisi batinnya dari orang yang melontarkannya mengandung siksa. Karena, sesungguhnya kita tidak mempelajari rukun-rukun shalat, perkara-perkara sunnatnya, dan perkara-perkara makruh di dalamnya dengan membaca Al Quran dan Sunnah. Akan tetapi, kita mempelajari semua itu dari bidang ilmu yang disebut ilmu fikih. Para ahli fikih telah mengarang buku-buku dan menyimpulkan seluruh hukum-hukum itu dari Al Quran dan Sunnah. Lalu bagaimana seandainya muncul di tengah-tengah kita orang yang mengatakan bahwa kita harus mempelajari fikih dan hukum-hukum agama dari Al Quran dan Sunnah secara langsung. Sedangkan, kamu tidak akan menjumpai seorang alim pun yang mempelajari fikih dari Al Quran dan Sunnah secara langsung.
Demikian juga, terdapat perkara-perkara yang tidak disebutkan di dalam Al Quran dan Sunnah. Perkara-perkara itu mesti dipelajari dari syaikh dan berlangsung secara verbal; tidak layak dengan mencukupkan diri padanya dengan Al Quran, seperti ilmu tajwid. Bahkan, di dalam perkara-perkara itu harus konsisten mengikuti istilah-istilah khusus dengan badannya. Misalnya mereka mengatakan, “Mad Lazim itu enam harakat.” Siapakah yang menjadikan mad itu sebagai Mad Lazim? Mereka adalah ulama-ulama bidang ini. Begitu juga, ilmu tasawuf adalah bidang ilmu yang diletakkan oleh para ulama tasawuf sejak era Junaid al-Baghdadi Ra dari abad ke-4 hingga masa kita sekarang.
 Manakala kehidupan zaman sudah rusak dan moral menjadi rusak, sebagian tarekat-tarekat tasawuf juga rusak, sehingga mereka bergantung dengan fenomena-fenomena yang bertentangan dengan agama Allah. Lalu orang-orang pun mengira bahwa inilah tasawuf. Allah Swt akan membela tasawuf dan para pengikutnya; Dia akan memelihara mereka dengan Kuasa-Nya. Allah Swt berfirman,    "Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj (22): 38)
Semoga apa yang telah kami kemukakan cukup menjadi penjelasan tentang makna tasawuf, tarekat, syaikh, dan sebab beragamnya tarekat. Demikian juga, tentang persoalan kenapa kita mempelajari perilaku dan pembersihan karakter dari bidang ilmu yang dinamakan tasawuf itu; kenapa kita mengambilnya dari para syaikh dan tidak secara langsung mengambilnya dari Al Quran dan Sunnah. Kita memohon kepada Allah Swt semoga berkenan membuka mata kita terhadap perkara-perkara agama kita. Dan Allah Swt Mahatinggi dan lebih mengetahui.



[1] HR. Ahmad, Musnad Ahmad, vol. I, hlm. 27; Bukhari, Shahih Bukhari, vol. I, hlm. 27; dan Muslim, Shahih Muslim, vol. I, hlm. 37.
[2] HR. Ahmad, Musnad Ahmad, vol. IV, hlm. 188; Turmudzi, Sunan Turmudzi, vol. V, hlm. 485; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, vol. II, hlm. 1246; Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, vol. III, hlm. 96; dan Hakim, al-Mustadrak, vol. I, hlm. 672.
[3] HR. Bukhari, Shahih Bukhari, vol. V, hlm. 2267; dan Turmudzi, Sunan Turmudzi, vol. IV, hlm. 371.
[4] HR. Ahmad, Musnad Ahmad, vol. IV, hlm. 188; Turmudzi, Sunan Turmudzi, vol. V, hlm. 485; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, vol. II, hlm. 1246; Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, vol. III, hlm. 96; dan Hakim, al-Mustadrak, vol. I, hlm. 672.
[5] HR. Ahmad, Musnad Ahmad, vol. II, hlm. 449; Bukhari, Shahih Bukhari, vol. II, hlm. 671; dan Muslim, Shahih Muslim, vol. II, hlm. 808. Teks hadis dari riwayat Imam Ahmad.

Wednesday, April 18, 2012

Belum Melaksanakan Sunnah bukan Berarti Membenci

Seorang kawan mengatakan kepada saya tentang sunnahnya memelihara janggut, dengan menambahkan ucapan Nabi tentang, orang yang tidak menyukai sunnah beliau berarti bukan umat beliau. Meskipun agak tersinggung saya mencoba tenang dan tidak terpancing kepada diskusi debat kusir. Mengapa? Karena saya pernah merasakan fase seperti kawan ini, yang melihat kebenaran hanya dilihat dari satu sudut, yaitu dirinya sendiri. Akhirnya sayapun hanya manggut-manggut dengan sedikit menahan gejolak dalam hati. Ingin sekali menanyakan apakah semalam dia tahajud, witir, baca Quran, dzikir, dan mengungkapkan semua sunnah yang saya lakukan yang belum tentu dia lakukan. Namun ujung2nya akhirnya riya'. Pintar juga setan menggoda kita agar terjerumus. Diskusi tentang agamapun dapat menjadikan kita terpancing untuk berdebat tanpa ujung dan membuat amal ibadah menjadi sia-sia. Alhamdulillah, Allah memberikan hidayah dan taufiknya tanpa harus mengikuti hawa nafsu untuk berdebat.


Jangan mengatakan orang yang belum melaksanakan sunnah seperti yang anda lakukan sebagai orang yang membenci sunnah apalagi merasa lebih baik, pada saat anda mengatakan itu kepada orang lain, maka sesungguhnya ada ribuan sunnah yang belum anda laksanakan, sebaliknya orang lain melakukan sunnah lebih banyak dari anda dan mereka tidak menunjukkan jarinya seperti yang anda lakukan, karena sesungguhnya amal ibadah itu bukan untuk ditonjol-tonjolkan atau untuk dibangga-banggakan.

Gurumu bisa mencela perbuatan seseorang karena mereka memiliki ilmu tentang itu, tapi dirimu belum memiliki ilmu yang pantas untuk mencela orang yang diulamakan oleh kelompok lain. Bagaimana mungkin seorang yang memiliki ilmu setara dengan anak Taman kanak-kanak (tidak hafal Quran dan tidak memiliki sanad hadits) bisa mencela seseorang Professor (yang hafal Quran sejak kanak-kanak, dan memiliki sanad hadits serta sanad berbagai kitab)...malunya!

Monday, April 16, 2012

Jebakan bagi Kaum Muslimin (perlunya tasawuf)


Jebakan-jebakan itu adalah:

1. Membanggakan amal, padahal amal-ibadah adalah suatu kewajaran bagi makhluk ciptaan Allah. Karena makhluk memang diciptakan untuk menjadi ahli ibadah dan ahli taat.


Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah  kepada-Ku.(QS 51:56).


Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS 6:162).

Amal ibadah terjadi karena hidayah (petunjuk) dan taufik (kekuatan) dari Allah. Ikhtiar terbesar manusia adalah bagaimana menjaga dzikrullah, karena wilayah dzikrullah ini tidak terpengaruh dimensi ruang, kebendaan, dan waktu.

“Yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [At-Takwir: 28-29]

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila Allah menghendaki. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahabijaksana.” [Al-Insaan: 30]



Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu" ( QS 37:96)

2. Panik melihat orang lain tidak taat, namun tenang-tenang (merasa puas) dan  merasa mapan dengan amal ibadah sendiri, padahal amal ibadahnya banyak riya'. Dalam tasawuf ditekankan adanya rasa khauf (rasa takut bahwa amalan yang dilakukan belum diterima oleh Allah, dan memang demikian karena kita tidak pernah tahu apakah amal ibadah kita diterima/diridhoi oleh Allah, sehingga terus menerus akan memperbaiki diri dan menjaga diri dari kemaksiatan) ..... maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa (QS 53:32). Ayat tersebut menegaskan bahwa kita tidak berhak/tidak layak menilai amal kita sendiri.

3. Kesuksesan materi, kebendaan, kedudukan adalah hasil perbuatan /Merasa berbuat, berperan, andil, turut serta dalam perbaikan dunia. Amal ibadah manusia tidak dapat merubah apa-apa yang telah Allah tetapkan. Namun manusia mampu mengubah apa apa yang ada dalam hatinya.

4. Merasa yakin masuk surga karena ketaatannya selama ini, padahal kita tidak pernah tahu apakah amalan tersebut diterima atau tidak.

5. Ibadah karena semata-mata takut masuk neraka, dan ingin surga, meskipun hal ini sah-sah saja, namun kebanyakan terjebak kepada. berjual beli terhadap Allah, padahal tujuan penciptaan manusia bukan imbal beli  kewajiban untuk taat entah itu senang/tidak senang, terpaksa/sukarela. . Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah  kepada-Ku(QS 51:56)

Allah SWT berfirman:

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلٰلُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْأَاصَالِ
"Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa, (dan sujud pula) bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang hari."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 15)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Pada saat berjual beli maka kecenderungannya akan mengukur segala sesuatu dengan materi dan keduniawian, berbuat ini pahalanya apa, berbuat ini akibatnya apa, dan akan terjebak kepada melakukan ketaatan karena adanya balasan/pahala semata. Allah menyampaikan balasan bagi orang ingkar dan imbalan bagi orang yang taat agar kita selalu berada dalam ketaatan. Jadi hakikat utama dari ibadah kepada Allah adalah tujuan dasar diciptakannya manusia, sedangkan kenikmatan surga dan kedasyatan neraka adalah bonus agar manusia lebih giat lagi.Tapi marilah kita tingkatkan keimanan itu kepada asal muasal kita diciptakan yaitu untuk taat dan ibadah, baik mendapat imbalan atau tidak, bukan sok-sokan gak kepingin, namun karena kembali kepada fitrah untuk menjadi hamba yang selalu mengabdi.

6. Musibah adalah hukuman karena dosa, dan kenikmatan adalah keridhoan Allah. Benar! tetapi tidak selalu demikian. Keridhoan Allah hanya bisa dilihat di akhirat nanti, tidak didunia. Musibah dan kenikmatan yang didapatkan oleh seseorang telah tertulis di lauful mahfuz.
"Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi."
Hanya kondisi keimanan yang membedakan saat memperolehnya. Orang yang mengaku beriman akan selalu dalam kondisi iman dalam semua keadaan. Sebaliknya banyak yang tersesat juga dalam kondisi mendapat musibah dan kenikmatan. Kalau benar musibah adalah hukuman, maka mengapa orang-orang atheist di seluruh dunia enak-enak saja? dan sebaliknya kaum muslimin terhinakan? Apakah hal demikian membuat kita meninggalkan keimanan kita?

131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.(QS 20:131)

7. Sibuk dengan hal-hal yang tidak wajib dan prioritas, dan meninggalkan kewajiban dan prioritas. Belajar hal-hal yang tidak utama dan hanya tentang dunia. Semestinya prioritas utama kaum muslimin adalah belajar tentang ilmu hal, yaitu semua yang berkaitan dengan ibadah dan kewajiban hingga tuntas, kemudian mengkhatamkan penghafalan Quran, baru hendaknya ia belajar ilmu-ilmu lain. Para ulama abad pertengahan melakukan ini, dan mereka menjadi ilmuwan-ilmuwan yang alim dalam ilmu agama dan sekaligus kaliber dunia.

8. Kebanyakan teori, malas beramal. Orang dituntut berilmu untuk melakukan amal ibadah, namun saat ilmu sudah didapat maka hendaknya ilmu tersebut harus diamalkan. Orang seperti ini disebut tulul amal. Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah berkata, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari anda ada dua hal. Yaitu, panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu.”

9. Sibuk mengkritisi, mencela amalan orang lain. Padahal cela dalam diri seringgi langit. Tidak ada satupun makhluk yang hidup di muka bumi ini tahu, dalam kondisi apa dia akan dimatikan. Padahal kondisi kematian merupakan tanda-tanda yang diberikan Allah atas berkenan atau tidaknya Allah terhadap seseorang. Memang, pada saat hidup amal ibadah kita banyak dan tinggi, orang yang kita cela lebih rendah namun kita tidak pernah tahu bagaimana kita dimatikan. Mengikuti ajaran ulama itu baik, tapi pada saat mencela hendaklah kita diam tidak ikut mencela, mengapa? Karena hanya ulama yang pantas menyanggah ulama, guru kita mungkin mulia tapi dia tidak sempurna, ikuti segala yang baik tapi hendaknya berhenti saat masuk kepada celaan/pengkafiran terhadap saudara seakidah apalagi diulamakan oleh kelompok lain.Tapi jangan lupa, iblis adalah sosok ahli ibadah berumur ribuan yang hilang sekejap karena kebanggaannya terhadap Adam As. Sebuah kisah menarik yang saya dapatkan dari seorang ulama. Ada seorang yang diulamakan oleh sekelompok umat, mencela Imam Ghazali ditemukan mati dengan keadaan minum khamr, naudzubillahmindzalik.

Bila iman sudah didada maka sibukanllah dirimu dengan beramal
Beramallah kamu tanpa sibuk mendiskusikan apa balasannya dari Allah
Apakah kamu akan berhenti beramal bila Allah tidak memberi balasan?
Ingat:
...sudah menjadi fitrahmu untuk beribadah
....sudah fitrah alamatmu di surga
...sudah menjadi fitrahmu untuk taat
...tidak ada hebatmu bila kau ahli ibadah
....tidak ada hebatmu bila kau ahli taat
tidak sama sekali !

Hati-hati mengkafirkan saudaramu
Apakah engkau mengenalnya dengan baik?
Apakah engkau meyakini itu kata-katanya?
Kalau tidak maka berhentilah mencela
Karena kau tidak hidup dengannya
Karena kau tidak pernah berbicara dengannya
Jangan hancurkan kebaikanmu dengan celaan
janganlah rusak amalmu dengan kebanggaan
sampaikan kebenaran tapi jangan menghinakan

khawatirlah tentang amalan dan imanmu
apakah kamu dapat bertahan hingga ajal
bagaimana bila yang kau cela diberi hidayah
dan sang pencela yang mendapat murka

ikuti gurumu saat menyuruhmu beribadah
berhentilah mengikutinya saat ia mencela
mereka mempunyai ilmu untuk itu sedang dirimu tidak


Friday, March 09, 2012

Fatwa Dewan Fatwa Al Azhar tentang Syiah/Shiah/Shi'ah/Shiite


Fatwa ini dapat dichek di website : http://www.dar-alifta.org/FatwaAnswer.aspx ketik angka 704135.
Hal ini sesungguhnya juga sudah difatwakan semenjak tahun 1959 seperti terdapat pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Al-Azhar_Shia_Fatwa

Fatwa No:704135

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Akhir-akhir ini kaum muslimin di Indonesia dipanas-panasi oleh suatu isu lama yang dihangatkan kembali yaitu masalah Syiah dan Iran. Saya ingin tahu fatwa resml Azhar tentang Syiah untuk sosialisasi dan bersikap proporsional dalam menghadapinya


Jawaban : Fatwa Dewan Fatwa Al Azhar

Syiah Zaidiyah dan Syiah Imamiyah adalah kaum muslimin, mereka bukanlah orang-orang kafir. Perbedaan dengan mereka bukanlah perbedaan yang mengharuskan terjadinya perpecahan di saat kaum muslimin dalam kondisi yang sangat berat seperti sekarang ini. Apalagi banyak ulama syiah yang tidak mengambil hal-hal yang terdapat di dalam kitab-kitab mereka yang tidak sesuai dengan pendapat Ahlus Sunnah. Bahkan banyak dari mereka lepas diri dari banyak pendapat Syiah. Oleh karena itu kita tidak boleh memvonis seseorang berdasarkan pendapat-pendapat yang ada di sejumlah kitab mazhab orang tersebut selama dia tidak mengadopsi pendapat-pendapat tersebut. Dan tidak ada masalah bagi orang Syiah untuk beribadah berdasarkan mazhabnya. Namun sangat disayangkan, terdapat sejumlah orang yang suka menggali kitab-kitab klasik Syiah, lalu hanya mengeluarkan hal-hal yang menjadi perbedaan antara kaum Syiah dan Ahlus Sunnah. Tentu ini merupakan kesalahan besar. Ini juga merupakan kezaliman terhadap orang Syiah yang tidak mengambil pendapat tersebut. Sedangkan upaya merusak hubungan antara Ahlus Sunnah dengan Syiah hanya menguntungkan pihak-pihak lain yang tujuannya menghancurkan kesatuan umat Islam dan melemahkan mereka.

Adapun ibadah orang Syiah berdasarkan fikih mereka yang tidak bertentangan dengan hal-hal yang menjadi ijmak umat Islam adalah dibolehkan. Syekh al-Azhar terdahulu, Mahmud Syaltut, menfatwakan bahwa Syiah adalah salah satu kelompok dalam tubuh umat Islam yang memiliki fikih tersendiri yang diakui. Mazhab Syiah juga menjadi salah satu mazhab yang diakui di al-Azhar asy-Syarif. Karena, umat Islam adalah satu tubuh, tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syiah selama keduanya melakukan shalat yang sama dan menghadap kiblat yang sama juga. Ditambah lagi, mereka dari dahulu merupakan bagian yang tidak terpisah dari umat Islam, walaupun jumlah mereka hanya sedikit, tidak mencapai 10% dari seluruh kaum muslimin.

Para tokoh ulama Syiah dalam sejumlah seminar dan konferensi menegaskan bahwa melaknat shahabat dan Khulafaur Rasyidin, khususnya Abu Bakar, Umar dan Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah, bukanlah bagian dari mazhab Syiah, akan tetapi ia merupakan ajaran luar yang sudah lama yang masuk ke dalam ajaran Syiah. Menurut mereka hal tersebut tidak ada di dalam kitab-kitab Syiah yang diakui. Di samping itu, pernyataan adanya distorsi atau penyimpangan di dalam Al-Qufan merupakan pernyataan batil yang diingkari oleh para imam Syiah. Kemudian prinsip 'ishmah (terjaga dari dosa) untuk para imam mereka tidaklah sama dengan konsep 'ishmah (terjaga dari dosa) yang dimiliki para nabi, namun yang mereka maksud adalah penjagaan Allah terhadap para wali-Nya. Kemudian konsep bidaa yang terdapat dalam ajaran Yahudi tidaklah sama dengan konsep bidaa dalam Syiah, akan tetapi yang mereka maksud adalah qadha yang tergantung (al-qadar al-mu'allaq) sebagaimana dalam ajaran Ahlus Sunnah atau nasakh (penghapusan hukum).

Pemaparan ini bukan bermaksud untuk membenarkan hal-hal yang ada di dalam kitab-kitab Syiah yang tidak sejalan dengan keyakinan Ahlus Sunnah. Ini juga bukan seruan kepada orang-orang Ahlus Sunnah untuk beribadah dengan Mazhab Syiah. Namun yang kami lakukan adalah mengajak kaum muslimin untuk menyatukan barisan dengan mendekatkan antar mazhab serta mengakui ibadah mazhab lain sesuai dengan ijtihad mereka, bukan mengajak orang-orang untuk mengikuti Syiah. Tentu terdapat perbedaan yang jelas antara kedua hal ini.