Tuesday, December 30, 2008

Ketetapan dan Kehendak Allah

Banyak yang mencampuradukkan pengertian antara ketetapan Allah yang biasa disebut dengan sunatullah dan kehendak Allah yang biasa disebut hidayah, rahmat, karunia, mukjizat.

Ketetapan Allah adalah semua hukum-hukum Allah yang sudah menjadi aturan logis sejak diciptakannya alam semesta. Air membeku pada suhu 0 derajat, air sangat padat pada suhu 4 derajat, bumi mengitari matahari dst..dst...

Kehendak Allah adalah hasil dari suatu kejadian yang telah dilalui seorang manusia yang sesungguhnya hasil dari ketetapan-ketetapanNya yang telah terjadi. Ketetapan Allah, misalnya: api sifatnya membakar, orang dibakar/terbakar akan hangus, kehendak Allah bisa berkata lain, ada orang yang hangus adapula yang tidak (Ibrahim), ketetapan Allah adalah laut tidak mampu dibelah dengan tongkat, namun Allah menghendaki bahwa tongkat Musa mampu membelah laut. Dalam keseharian kita. Sunatullahnya orang bekerja akan mendapat hasil yang sebanding dengan kerja kerasnya, namun banyak orang bekerja sangat keras mendapat hasil sedikit, dan orang malas dan kufur mendapat hasil banyak, ini juga merupakan kehendak Allah.

Allah selalu mengawasi ciptaanNya, apabila sesuatu itu terjadi berarti atas seijinNya dan sesuatu itu tidak terjadi atas seijinNya pula.

"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (al-An'aam: 59)

"Allah Yang Mahaagung dan Mahamulia telah menetapkan bagi setiap hamba di antara ciptaan-Nya empat hal: kematiannya, tindakannya, tempat tinggal dan tempat ia berpindah, serta makanannya." (HR Tirmidzi)

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (al-Hadiid: 22).

Ketauhidan ini tidak mampu dijangkau oleh agama lain, di dalam Islam sangat ditekankan bahwa Allah menciptakan semua yang nampak maupun tidak nampak dengan ketelitian yang sempurna dan diawasi dari awal hingga akhirnya. Tidak ada peristiwa yang berjalan dengan sendirinya meski itu reaksi berantai, semuanya terawasi dan terkontrol. Cicak makan nyamuk, semut bertelur, wabah menular, semua diawasi dan dikontrol. Pengawasan dan kontrol yang menyebabkan dunia tetap eksis. Hitler, firaun, julius caesar berniat menguasai dunia, tapi karena kontrol bukan dari mereka, tidak akan pernah bisa mereka menguasai tanpa ijin Allah, nafsu dan kekuasaan mereka dibatasi oleh Allah. Logikanya virus flu burung, demam berdarah, malaria, dan berjuta jenis penyakit dapat menghabiskan masyarakat Indonesia dalam hitungan hari namun penyebaran nampak sangat terkontrol, pemerintah mengontrol?? (yang bener aja).

Membaca ketetapan Allah berarti kita sedang melihat kebesaran ciptaan Allah. Akallah (semestinya) alat untuk memahami ketetapan Allah di alam semesta ini sekaligus menetapkan pada diri seorang hamba bahwa ada keterlibatan yang Maha Sempurna di alam semesta ini.

Kehendak Allah agak lebih sulit dipahami dengan akal, kehendak Allah hanya dapat dipahami dengan hati yang telah tunduk (Islam). Hambatan akal sering menjadi penghalang seorang Islam untuk memahami kehendak Allah. Padahal semakin kita mendekatkan diri kepada Allah maka kita tidak melihat musibah sebagai suatu ujian yang memberatkan tetapi suatu pertolongan yang menyelamatkan.

Karena cinta kasih Allah kepada kaum beriman, maka kehendak Allah terhadap para kekasihnya ini berupa hal-hal yang menyakitkan dan terkadang tidak mengenakkan. Di titik ini pula orang sering menemukan apa yang disebut stress. Mengganggap Allah musibah melulu sebagai suatu hukuman dan mengintrospeksi kesalahan bla..bla..bla..yah..yah boleh saja, ...tapi pahamilah bahwa musibah adalah sebagai bentuk kalibrasi ulang sensor kenikmatan dari Allah. Kita diberi sakit supaya paham rasanya sehat, kita diberi kekurangan harta benda supaya bisa merasakan nikmatnya mendapat rejeki dsb..dsb..
Stress disebabkan akal yang sudah mencapai ujung kemampuan namun masih terus dipaksa untuk berpikir. Padahal kalau kita sadar dengan ketetapan dan kehendak Allah, kita tidak perlu berpikir saat pikiran sudah buntu, cukup duduk, sebut namaNya, agungkan, salawat kepada Nabi dan serahkan masalah tersebut kepada Allah....semudah itu...semudah itu teman...Habis itu lupakan dan biarkan kita berjalan dan berbuat seperti yang diilhamkan setelah melakukan ritual tersebut.

Kita sering mendengar ..keajaiban...mukjijat...namun sayangnya hanya kita temukan saat kondisi dipaksa pasrah, seperti menghadapi kematian akibat penyakit, atau lainnya. Padahal setiap hari kita penuh keajaiban dan penyelematan, saking biasanya sampai2 kita tidak pernah menganggap itu keajaiban.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (al-Baqarah: 216) 
 
"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yunus: 107)

Allah pasti Mengabulkan doa hambaNya?

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. .” (Surah al-Baqarah : ayat 186)


Sebagai orang yang beriman kepada Al-Quran maka pernyataan Allah tersebut adalah

1. Dari sudut pandang tasawuf, doa selalu dikabulkan saat telah dibacakan hanya Permasalahnya adalah jawaban doa itu dalam bentuk yang tidak kongruen dengan permintaan kita dan kadang berserakan dalam keseharian kita. Ibarat kita minta makan kepada seseorang namun orang itu memberi kita cangkul. Bagi orang yang cerdas secara spiritual pertanda itu akan mudah dia baca. Inilah ranah wilayah orang yang bertasawuf, selalu waspada terhadap doa yang ia baca, dan bentuk balasan yang ia terima.

2. Bagi kelompok umat Islam yang merasa bahwa doanya tidak/belum di ijabah karena mereka berpikir bahwa Allah harus memberikan dalam bentuk yang sama dengan yang diminta, maka sesungguhnya mereka belum faham ayat-ayat Allah tentang penciptaan dan keterkaitannya satu sama lain. Seandainya minta makan harus memberi makan, minta uang harus memberi uang, minta kematian si X harus mati, minta keadilan bagi si C harus dihukum saat itu, maka Insya Allah dunia ini hancur dalam sekejap/atau surga karena apa yang diminta langsung dikabulkan. Tidak ada orang bekerja, berusaha, aktifitas, semua tinggal bersenang-senang.
http://wahjoe.blogspot.com/2008/09/doa-diujung-asa.html

Mari kita lihat contoh kondisi kita sekarang yang mungkin dalam kondisi miskin papa tidak berharta. Kita mohonkan kepada Allah harta yang banyak dan sampai hari ini kita tidak diberi harta yang banyak itu. Kasih Sayang Allah melampaui pendeknya akal manusia, Allah tidak ingin menjadikan kita Qorun dan Tsa'labah jilid 2,3,4,5 dst, diberikannya kita bentuk yang lain berupa, keislaman, keimanan, rasa syukur, anak yang lucu, keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, kesehatan yang tidak dimiliki orang lain, dst...dst yang tak terhingga kalau dihitung. Orang yang berpikir materialistik akan cenderung kufur dan terus akan menggunakan akalnya untuk mencari tahu mengapa doanya tidak pernah/belum dikabulkan. Disinilah para penempuh jalan spiritual/sufi waspada, mereka akan menghitung apa yang Allah berikan pada hari ini, dan kemudian terus dan terus mereka tiada putus bersyukur sebanyak denyut jantung yang bahkan ia tidak dapat mengaturnya, sebanyak nafas yang ia hembuskan, sebanyak sehatnya bagian dari tubuhnya, sebanyak sel-sel yang bekerja sesuai fungsinya dst..dst.
Sufi dengan maqam tertentu bahkan hanya memuji kepada Allah dan permintaannya hanya,
"Engkau lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kami daripada diri kami sendiri dan kepadaMulah semua urusan dikembalikan".

Berdoa adalah suatu bentuk zikir dan penghambaan. Berdoa menunjukkan lemahnya diri kita dan perkasanya Allah SWT. Allah sangat menyukai kesadaran seperti ini. Dan tidak suka kebalikannya. Jadi jangan pernah putus asa dalam berdoa, namun hati-hatilah dalam berdoa, karena doa yang kita ucapkan akan selalu dikabulkan dalam berbagai macam bentuk dan manifestasinya dalam kehidupan. Mintalah doa-doa yang tidak akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Contoh doa Nabi favorit saya adalah :
http://wahjoe.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

Doa-doa yang memang diharapkan umumnya kaum muslimin, dan terserah Allah yang secara detail memberikan skenarionya. Wallahualam

Saturday, December 27, 2008

Mengenal Dunia Tasawuf dan Sufistik (versi pribadi).....(1)

Banyak orang boleh memberi label, penamaan, mengapresiasi tentang tasawuf dan sufistik. Lucunya banyak yang tidak pernah masuk ke dalam ajaran tasawuf, tapi ngomong bagaikan pakar.  Demikian pula saya. Sebagai orang yang minimal merasa menempuh jalan sufi/tasawuf berhak memberikan apresiasi, penilaian, komentar dan opini tentang tasawuf dan sufistik. Hal ini saya lakukan karena di dunia maya ini banyak sekali orang Islam yang mencaci dan sudah mengarah pada pengkafiran saudara sesama muslim dan pensucian diri sendiri selanjutnya saya sebut KAST (kaum alergi sufi/tasawuf). Demi alasan yang tidak jelas, mereka mengabaikan larangan Allah dan Rasulullah seperti dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini:

11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. 49:11)
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 49:12)
32. ......Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu SUCI. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (QS. 53:32)
“Janganlah kalian saling dengki mendengki, dan janganlah kalian saling bersaing dalam penawaran, dan janganlah kalian membenci, dan janganlah kalian saling belakang-membelakangi, dan janganlah sebagian kalian menjual atas penjualan sebagian yang lain. Dan jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh mendzaliminya, tidak boleh menelantarkannya (tidak memberi pertolongan kepadanya) dan tidak boleh merendahkannya, takwa itu disini (sambil menunjuk ke dadanya, beliau ucapkan kata-kata itu tiga kali). Cukuplah sebagai kejahatan seseorang, kalau ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap orang muslim haram darahnya, hartanya dan kehormatannya atas orang muslim yang lain.” (shahih Muslim 16/120)

58. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. 33:58)

Guru-guru tasawuf dan sufistik tidak pernah menamakan dirinya sebagai sufi, orang lain yang memberi label demikian. Penempuh jalan spiritual ini juga sering salik dan jalan yang ditempuh adalah suluk. Guru-guru tasawuf seperti Ibn Araby, Ibn Athaillah selalu menegaskan pelaksanaan syariat secara ketat. Semuanya menyatakan tidak ada perjalanan spiritual tanpa pelaksanaan syariat secara disiplin dan ketat. Semua guru-guru tasawuf adalah penghafal-penghafal Quran dan hadits, dan melaksanakan amalan sunnah dengan intensitas tinggi, meski musuh-musuhnya sering menghilangkan fakta ini.

Pengalaman spiritual letaknya bukan di akal tapi dalam hati. Paling sederhana adalah bagaimana perasaan tetap senang meski tidak punya uang. Bagaimana tetap merasa senang meski jasad sedang dalam keadaan sakit. Sholat jadi lebih berkualitas (min utk pribadi), zikir terasa lebih bermakna, menyesal apabila beberapa detik lalai dalam mengingat Allah. Menemui Allah dalam zikir dalam segala suasana, tempat, kondisi. Sesimpel ini sesungguhnya dunia sufistik dan tasawuf. Sufistik dan tasawuf tidak harus dimulai dengan amalan tertentu, tarekat tertentu, guru tertentu. Tasawuf dan sufistik bisa ditemukan sendiri, karena memang dimulai dari dalam diri. Amalan, tarekat, guru, hanyalah membantu seseorang untuk mengenal ke dalam diri sendiri, yang tentunya akan berujung kepada hidayah dari Allah sendiri. Dan pasti mereka akan menemukan guru dan jalannya bila mereka bisa mempertahankan diri. Tasawuf dan sufi sendiri adalah suatu bentuk kedisiplinan dalam menempuh suatu amalan-amalan yang lebih banyak bersumber dari hati, seperti: niat, keikhlasan, gerak syahwat, dan seterusnya yang jelas dan nyata bersumber dari Quran dan hadits, dengan tidak meninggalkan kaidah-kaidah fikih yang berlaku. Kelompok KAST adalah kelompok yang hanya peduli pada ritual fisik semata, karena memang 'alamnya' gak suka diskusi masalah kebersihan hati, gerak hati, keikhlasan dan seterusnya, jadi sesungguhnya KAST ini materialistik juga (hehehehhe), maka getol banget menyerang pendapat-pendapat kelompok tasawuf.

Ibn Athaillah, Imam Al-Ghazali adalah guru-guru sufi yang mengambil jalan "aman" dengan tidak menyebutkan pengalaman-pengalaman spiritual mereka yang "tidak dapat dicerna nalar" (tasawuf sunni/amali)Menganjurkan kedisiplinan dalam ibadah dan pembersihan jiwa dan kalbu. Sedang Ibn Araby, Mansur al Hallaj, Abu Yazid Bustami adalah guru sufi yang terkenal liar dan berani mengungkapkan pengalaman spiritual yang fantastis (tasawuf falsafi) sehingga orang non Islampun terkagum-kagum pada pengungkapan "fantasi spiritual" beliau. Di dunia barat Ibn Araby memiliki pengagum yang banyak dan membentuk suatu komunitas sendiri www.ibnarabisociety.org
Bagi yang tidak faham maka Ibn Araby dicap telah keluar dari agama. Bagi yang faham pemahaman Ibn Araby sebagai tolok ukur pencapaian spiritual seorang penempuh jalan sufi. Meskipun dengan catatan keberaniannya menceritakan pengalaman spiritual akan berbanding lurus dengan cercaan dari sebagian kaum muslimin yang tidak faham akan kata-katanya. Namun Ibn Araby nampaknya tidak terlalu peduli dan lebih peduli kepada para pencari jalan spiritual dan mengenyangkan mereka dengan pengalaman spiritual beliau.

Rasulullah sendiri sangat sedikit menceritakan pengalaman spiritual semacam Isra' Mi'raj kecuali diperintahkan oleh Allah sendiri. Karena memang hal tersebut hanya dapat dicerna oleh keimanan dan kalbu yang bersih. Dan wilayah ini memang rawan untuk didebat dan pelecehan. Terutama bagi orang-orang penggemar materi dan duniawi, yang tolok ukurnya panca indra. Sebuah hadits menyebutkan kata-kata," Seandainya kalian tahu apa yang aku tahu maka niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Hal ini menunjukkan banyak hal yang Rasulullah sendiri yang tahu dan tidak semuanya diungkapkan kepada kita. Pengalaman spiritual dan batin Rasulullah ini pulalah yang tidak pernah tercatat dan tertulis kecuali yang diungkapkan sediri oleh beliau. Rasulullah hanya menunjukkan jalan untuk menempuh jalan spiritual dengan: sedikit makan, sedikit tertawa, sedikit tidur, menghidupkan malam, banyak berzikir, sholat malam, sholat dhuha, dll. Bagi penempuh jalan sufi amalan yang disebutkan Nabi SAW adalah disiplin yang harus dilalui oleh seorang penempuh jalan sufi menuju kepada Rabbnya.

Pengamalan ajaran tasawuf didasarkan pada pen-sari-an dari Al Quran dan Hadits. Mengapa Al Quran dan al Hadits perlu disarikan, bukanlah ia sudah sempurna? Benar, namun perlu dipahami bahwa sebagai manusia tanpa pembimbing seorang Nabi yang hidup ditengah2nya, maka tidak semua pengamalan ajaran itu sampai kepadanya secara utuh, hanya sebagian, meskipun Al Qurannya satu namun bagaimana kita saksikan sesama saudara saling caci dan saling bunuh. Bila diibaratkan maka Al Quran dan Sunnah adalah sebuah istana raksasa yang memiliki banyak pintu dan jendela. Ada pintu yang bisa dilewati apabila melewati pintu utama, bila tidak melewati pintu utama akan tertolak. Pintu utama itu sudah sering dilihat namun kebanyakan baru tahap berhayal telah melewatinya. Pintu utama itu adalah syahadat: suatu persaksian bahwa"Tuhan itu Hanya Allah (selain Allah bukan Tuhan)" dan pengakuan bahwa kita sampai digerbang ini karena bimbingan dari sang penghulu Nabi Muhammad Saw. Maka kita diijinkan masuk ke dalam istana tersebut.
Ternyata di dalamnya kita melihat suatu istana yang luar biasa megah dan memiliki banyak pintu, apa yang kita cari dibalik pintu-pintu ini, dan menuju kemana semuanya, maka Sang penghulu menunjukkan bahwa semua pintu tersebut menuju kepada Allah, dan kita dipersilahkan melewati pintu mana saja untuk menuju kepada Allah.

Pada perjalanannya, manusia-manusia yang lahir dan dipertemukan semasa beliau Saw masih terbimbing memasuki pintu-pintu ini, namun saat sang penghulu Saw meninggalkan dunia ini, banyak manusia bingung menggunakan peta petunjuk yang beliau tinggalkan. Maka lahirlah penghulu-penghulu baru. Penghulu-penghulu inipun ternyata tidak semuanya berkualifikasi baik, sebagian dari mereka belum mampu menunjukkan jalan yang dimaksud pada peta. Diambilnya jalan yang sama persis yang dilakukan oleh dirinya dan orang-orang sebelumnya, sehingga banyak yang merasa kepayahan melalui pintu yang ia lalui. Apabila penghulu baru ini faham kondisi seseorang maka tidaklah ia akan menyuruh si murid memasuki pintu tersebut. Karena Rasulullah sering memerintahkan seseorang untuk beramal berdasarkan potensi diri masing-masing. Di sini Allah menentukan kemana seorang melangkah, dan siapa-siapa yang ia temui, yang bersungguh-sungguh maka akan dibantu dengan apa  yang kita sebut hidayah.

Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi saw. pernah bersabda: Apabila salah seorang dari kalian menjadi imam, hendaknya mempercepat shalatnya, karena di belakangnya ada anak kecil, orang tua, orang lemah dan orang sakit. Bila shalat sendirian, ia boleh shalat sekehendak hatinya

Maka beberapa penghulupun mengambil suatu langkah yang paling sederhana yaitu: memulai langkah dari tobat, meninggalkan dosa, dan memperbaiki akhlak. Ternyata langkah tersebut membuat langkah mereka dimudahkan. Merekapun tidak takut tersesat karena semua bersesuaian seperti apa yang tercantum dalam peta petunjuk. Inilah ilustrasi tasawuf. Tidak ada hal baru yang diadakan dan ditiadakan, semua original, sesuai dengan petunjuk. Yang dituduhkan membuat baru adalah istilah yang diciptakan oleh orang lain. Dari istilah ini muncul tuduhan sebagai membuat hal baru. Naudzubillah mindzalik.

Sikap, sifat dan akhlak yang ditiru oleh mereka dari Nabi Muhammad Saw terdiri dari 3 tahapan:

1. Tazkiyatun nafs, atau yang dikenal dengan pensucian jiwa. Meninggalkan dosa dan bertobat. Tanpa melewati gerbang pertama ini seorang akan kacau dalam perjalanan hidupnya. Karena di dalam ajaran Islam, meninggalkan larangan, dosa, dan maksiat yang kecil maupun yang besar, mengenali dan menjauhi penyakit-penyakit hati seperti riya', sum'ah, ujub, hasad, dan sejenisnya, karena meninggalkan larangan adalah lebih utama daripada menjalankan ibadah. Berdasarkan hadits,"
“Apa-apa yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa-apa yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, adalah banyak bertanya dan penyelisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tazkiyatun nafs, dibangun dari 4 sendi:
a. Ibadah.
b. Mujahadah.
c. Riyadlat (riyadoh)
d. lillahita'ala.

2. Taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Pendekatan ini adalah tingkatan pengembangan dari tazkiyatun nafs. Dimana intensitas ibadah ditambah. Proses penambahan ini baru bisa dilaksanakan bila tazkiyatun nafs sudah bisa dilaksanakan secara istiqamah, bila belum mampu maka tidak dianjurkan menambahkan ibadah. namun lebih dianjurkan untuk bertobat. Orang yang sudah memasuki fase ini akan banyak zikirnya, banyak sholatnya, banyak doanya, dan tidak peduli dengan kesenangan jasmani.

3. Hudhur al qalb ma'a Allah. Memfokuskan diri kepada usaha untu merasakan kehadiran Allah. Pada saat Allah hadir dalam qalbu seorang hamba, maka hatinya akan diliputi oleh cahaya Allah, saat hati diliputi cahaya Allah, mereka merasa terpukau dan tidak mempedulikan keadaan sekelilingnya. Orang yang sudah melewati pintu terakhir ini adalah orang-orang yang perilakunya dikehendaki oleh Allah, dimudahkan dalam melaksanakan kewajiban, dimudahkan rezekinya sehingga hatinya tidak lagi berpaling, amalan, akhlaknya akan mendekati akhlak sang penghulu Nabi Muhammad Saw.

Suru-guru sufi dan penganut jalan spiritual tidak terlalu terpengaruh dan sebagian tidak merespon atau membalas dengan hujatan atau dengan emosional, karena hidup mereka tidak untuk mencari kemuliaan di mata manusia, hidup mereka hanya mereka serahkan dan tertuju kepada Allah semata. Kalau ada pengikuti tasawuf atau sufi yang senang berdebat berarti adalah seseorang yang mengaku-ngaku sufi. Karena orang tersebut belum melewati pintu pertama dan masih merasa dirinya benar. Dalam berdebat dikhawatirkan ada perasaan merasa benar, berharap kewibawaan di mata manusia yang jelas-jelas merupakan riya', dan riya' termasuk syirik kecil dan syrik apapun bentuknya adalah dosa besar tak berampun. Dan janganlan anda terpengaruh dengan turut menghujat ulama-ulama yang dikenal dalam tasawuf, khawatirnya nih di akhirat kelak amalan anda menjadi musnah, karena habis untuk mencaci ulama-ulama dalam tasawuf. Wahai fulan apa engkau kenal dengan Ibnu Araby? saya hanya mengenal hanya namanya dan prestasi buruknya....! Kemudian Ibnu Araby ditampakkan diwajah si fulan dengan seluruh amalan-amalannya yang bertolak belakang atas fitnah yang ditujukan kepadanya kemudian si pencela-pencela yang selama ini hanya mendengar dari fulan..fulan...fulan .....kemdian mengatakan ....Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).......seperti dikutip dalam surat Al Ahzab: yang terjadi hanya penyesalan....Akhirulkalam, jangan ikut-ikutan nyela orang yang diulamakan oleh kelompok lain karena mendengar dari anu si anu, tulisan si anu sama si anu kalau anda tidak bertemu langsung dengan orang-orang yang dicela tersebut, karena khawatirnya mereka dalam posisi yang benar. Jangan sampai (naudzubillah mindzalik) anda termasuk kelompok pencela yang akhirnya masuk dalam kelompok ini (ikut-ikutan menghujat tanpa pernah ketemu dengan ybs). Dalam isi sebuah hadits dari web tetangga:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kata fasiq, dan menuduhnya dengan kata kafir, kecuali tuduhan itu akan kembali kepada si penuduh jika orang yang tertuduh tidak seperti yang dituduhkan. [HR Bukhari]
“Tahanlah dari kalian (jangan menyerang) orang ahli La ilaha ilallah (yakni orang muslim) janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa” dalam riwayat lain “janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu perbuatan”, dari Abdullah bin Umar. (HR Ath Thabrahiy).

67. Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). 
68. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar." 
69. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Ah Ahzab)


Wallahualam

Wednesday, December 24, 2008

Rasa Di Makam Nabi

Duhai Nabi yang namanya aku sebut sepanjang pagi dan petang
Yang aku kagumi, ikuti, dan aku doakan tiada putus setiap hari
Kini aku berdiri di depan makammu
Aku tidak tahu harus bersikap apa
Aku tidak tahu harus mengatakan apa
Aku tidak tahu harus berdoa apa
Otak terasa beku
Mulut terasa kaku
Rasa yang tidak terdefinisi
Hanya air mata mengalir deras......

Duhai Nabi banyak orang mengingkari hingga menghujatmu
Namun itu tidak mengurangi kemuliaanmu
Bahkan berjuta-juta manusia mengikuti jalanmu
Setiap hari terus bertambah dan bertambah
Penghujatmu bahkan tidak mampu menarik satupun pengikut
Penghujatmu hanya menggetarkan para pengikutmu
Penghujatmu hanyalah laskar iblis yang membuat sedih pencintamu

Hari ini aku saksikan betapa mulianya dirimu
Semua ras manusia, hitam, putih, kuning, merah berkumpul
Semua manusia dari seluruh kalangan merindukanmu
Bersolawat kepadamu tiada putus
Menenggelamkan semua makian, cercaan dan hinaan kepadamu

Kebenaran itu tidak bisa disembunyikan
Kebenaran itu di depan mata ini
Kebenaran itu dibenarkan oleh hati dan jasad ini

Muhammad engkau kekasih kami sepanjang sejarah penciptaan manusia hingga di akhirat kelak

Duhai Allah ijinkan kami berkumpul dengan Nabi kami
Jangan pisahkan kami barang sejengkal juga
Ijinkan kami merasakan memeluknya duhai Allah Yang Memiliki Keadilan Yang Sempurna
Kami telah berpayah mengikuti NabiMu duhai Allah
tentunya Engkau akan ijinkan kami menemuinya, memeluknya, mengecup kedua pipinya sebagaimana para sahabat yang Engkau ijinkan hidup pada masanya duhai Allah pemiliki segala kekuasaan.

Ya Allah ijinkan kami mati dalam kerinduan untuk berjumpa denganMu dan NabiMu....amin

Tasawuf kami....(4)wihdatul wujud

Wihdatul wujud adalah suatu pemikiran sederhana tentang Allah sebagai Sang Awal dan Sang Akhir, yang Tunggal, Esa, tiada yang lain selain Dia. Sebelum Allah memulai menciptakan makhluk hanya Dia yang Awal. Tidak ada yang lain selain Dia. Ini adalah tauhid tertinggi. Apabila Allah menciptakan sesuatu tentunya semua materi bahan dan penamaan tentunya dari Allah sendiri karena Dia Sang Pencpta. Atau ada yang berani mengklaim api, cahaya, tanah, atau ada partikel sudah ada bersamaan dengan Allah????Naudzubillah min ndzalik. Tauhid tertinggi adalah hanya ada Dia, Sang Awal, Sang Akhir Allah, tidak ada partikel, debu, ion, atom, manusia, monyet,  materi lain selain Allah.

Jadi saat seorang mengatakan aku menemukan Allah dalam diriku, binatang, kotoran dan semua materi hanya menjelaskan ...innalilahi wainnailahi rajiun, itu berasal, diciptakan, dikreasikan, oleh, dari dan akan kembali kepada Allah! Semudah itu!. Perkataan ini adalah ringkasan dalam penjelasan di atas. Seorang yang sedang bertafakur kemudian menemukan bahwa dirinya berasal dari ketiadaan, kemudia di-adakan oleh Allah, akan tersadar bahwa dirinya adalah "bagian dari (kekuasaan) Allah". Terlalu ekstrim memang mengatakan bahwa diri kita adalah bagian dari Allah, tetapi apa boleh buat memang Dia Sang Awal dan Sang Akhir.

Tentu nalar orang yang berpikir materialistik akan aneh melihat bahwa Allah menciptakan zat menjiikkan bernama tahi, tapi itulah Dia..Allah..yang satu-satunya Pencipta yang mulia maupun yang hina. karena Dia satu-satunya!!!!!! Yang tidak mengakui konsep ini berarti malah harus berhati-hati. Konsep Allah berbeda dengan makhluknya sangatlah jelas dan gamblang tidak bisa/boleh diperdebatkan, bahkan para penganut tasawufpun menegaskan dengan sifat-sifat wajib bagi Allah yang 20 untuk menunjukkan hal ini
Mukhalafatu lil hawadits: Sifat Allah ini artinya adalah Allah berbeda dengan ciptaanNya. Itulah keistimewaan dan Keagungan Allah swt.
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. “ (QS. Asy-Syura: 11). Namun dengan menyatakan bahwa Allah terpisah dengan ciptaanNya adalah konsep materialistik, karena menggunakan logika/bayangan/asumsi.

Wihdatul wujud Ibn Arabi berbeda dengan pengakuan firaun sebagai Tuhan. Wihdatul Ibn Arabi didasarkan pengetahuan tentang Allah, sedangkan firaun didasarkan penolakan tentang Allah itu sendiri.
Kesalahan fatal pada saat seorang mengatakan bahwa wihdatul wujud adalah menuhankan diri. Bagaimanapun meskipun wujud dari manifestasi kekuasaan Allah, manusia adalah makhluk/ciptaan yang diuji dengan kedhoifan-kedhoifan yang tidak membuat dirinya bisa bertindak sebagaimana ke Maha an Allah yang tinggal mengatakan :KUN maka jadilah! ...Jelas keliru memahami demikian.

Inipulalah yang melandasi bahwa Allah meliputi saya, kalian dan apa yang Ia ciptakan. Kita berada dalam Kekuasaan Allah, dan tidak berlaku sebaliknya. Dan kami tidak sedikitpun merasa terpisah, karena memang Dia Sang Awal dan Sang Akhir tidak ada yang terpisah dari Dia. Saat semua yang Allah ciptakan dimusnahkan kembali sebagaimana dulu ketidaannya, maka hanya Dia..Allah yang Maha Hidup, Yang Kekal, Yang Tunggal.

16. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,  (Qaaf)

3. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 57:3)

Tasawuf kami ....(3)cara zikir

Zikir kami memang terkadang aneh, tapi apa dalil yang menghalangi kami melakukan itu. Zikir bukanlah hanya aktivitas lisan namun lebih kepada aktivitas seluruh tubuh. Allah tidak melarang bagaiaman cara kita berzikir, zikir bukanlah aktivitas ibadah yang geraknya memiliki rukun tertentu sebagaimana sholat atau tawaf. Ada orang zikir sambil menyetir mobil, ada orang berzikir sambil mengetik, ada yang berzikir sambil naik gunung, ada yang berzikir sambil makan pizza, ayam goreng, Maha Suci Allah yang menciptakan makanan enak dan indra perasa dan perangkatnya yang menyebabkan kita bisa merasakan kenikmatan ini....

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS. 3:190)
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3:191)


Tapi mengapa ada yang merasa aneh saat kami berzikir dengan memutar tubuh, atau bergerak kanan kiri seperti orang kerasukan, apa mungkin setan bisa masuk saat kita meninggikan asma Allah? Tuduhan serupa sering dilemparkan kaum orientalis saat Nabi menerima wahyu dalam kondisi kejang karena demikian beratnya wahyu itu saat diterima. Ada yang menuduh Nabi menerima wahyu saat ayan, atau kerasukan setan, ada yang mengatakan Nabi orang gila. Jadi tuduhan terhadap pelaku zikir seperti orang kerasukan adalah tuduhan tak beralasan penuh kebencian, sebagaimana tuduhan kafirin terhadap Nabi SAW.

Kami memang tidak diberi ilham, wahyu, apalagi berdialog dengan Allah. Kami hanya diberi ide dan gagasan. Kami yakin ide dan gagasan bukan berasal dari diri kami, karena otak kami hanya sekumpulan sel yang bentuk isi dan volumenya mungkin sama dengan atau kurang dari seorang yang gila. Yang jelas gagasan dan ide ini berasal dari jiwa yang mengistirahatkan dirinya dari keinginan hawa nafsu dunia. Ide saat itulah yang kami tangkap dan kami wujudkan dalam kehidupan dan kami anggap sebagai petunjuk untuk melangkah. Dan kami yakin ide itu berasal dari Allah, karena kendaraan syetan dalam tubuh yaitu nafsu sudah kita tutup. Dan filternya jelas Quran, hadits.

Tasawuf kami....(2)

Tasawuf kami adalah pengistirahatan akal setelah menemukan Islam. Biarkan Allah yang mengaliri akal kita dengan cahayaNya. Aliran yang Insya Allah terbebas dari hawa nafsu dan syahwat dunia. Karena kami sadar bahwa akal kami memiliki jangkauan terbatas yang bahkan imajinasi kamipun tidak dapat melampau bintang terjauh yang dapat disaksikan teleskop, maupun benda terkecil yang dapat dilihat oleh mikroskop. Sebagai manusia kami sadar bahwa akal kita dibatasi oleh lingkungan tempat kami tinggal dan tumbuh.

Al Quran dan hadits bagi kami adalah jalan/koridor/jembatan penuntun kepada Allah, bukan tembok penjara melingkar yang menghalangi kita menuju kepadaNya.

Ayat-ayat Quran bagi kami bukan kumpulan pembatas langkah namun sebagai kapal penuntun dalam mengarungi kehidupan di dunia.

Kami berusaha meneguhkan apa yang dilakukan oleh Nabi, tapi kami juga mencoba menyelami saat Nabi SAW berada dalam sholatnya yang berjam2. Karena tidak ada satupun dalil menjelaskan apa yang dibaca oleh Nabi dan bagaimana kondisi kalbu Nabi dalam rentang waktu yang cukup lama tersebut.

Ibadah kami bukan sekedar gerak tubuh, gerak lisan, gerak akal, namun juga gerak hati dan gerak kalbu. Kelalaian kalbu berarti penghianatan sejati kepada Allah sebagaimana Allah tegaskan

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (QS. 107:4)
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. 107:5)

Dan bukankah ibadah dinilai dari niat? dan niat letaknya di dalam hati? Inilah titik yang kita selami niat, hati, qalbu, batin, suara hati, nurani, apapun dia namanya pada tempat inilah kita mencoba menyelami dan mengenal Rabb kami, dan terus membersihkannya agar cahayaNya tidak redup.

Saat dihadapkan pada uswah kita Muhammad SAW, kita dihadapkan kedhaifan dalam segala hal, kami sudah pasti tidak akan pernah dan bisa menyempurnakan ibadah kami mendekati Nabi kami, meskipun kami selalu berusaha, satu ibadah kita tegakkan dan sempurnakan ribuan ibadah lain terabaikan terus menerus berulang. Yang paling mengerikan adalah setan selalu mengatakan ..engkau sungguh mulia dibanding si A, si B, si C, lihat pakaianmu, lihat amalanmu, lihat tahajudmu, lihat bahasa arabmu, lihat hafalanmu, lihat semuanya menyebabkan engkau mulia disisi Allah dibanding yang lain. Perasaan berikutnya menyebabkan ibadah kami selalu mengedepankan kepada menjaga wibawa dan citra dimata manusia yang jelas-jelas merupakan syirik kecil.

Akhirnya hal itu membuat suatu kesadaran, kenapa tidak kita serahkan saja kepada Allah, beristighfarlah engkau kepada Allah, karena insya Allah ibadahmu akan selalu jauh dari sempurna, semakin keras engkau berusaha menyempurnakan ibadahmu semakin besar pula rasa ujubmu. Biarkan kepasrahan itu menghasilkan ibadah, biarkan sujud itu timbul dari kepasrahanmu sebagai hamba yang berlumur dosa, lalai dan bergelimang maksiat. Meski engkau merasa tidak pernah melihat kemaksiatan itu dari sisimu, niscaya engkau bukan makhluk yang sempurna. Biarkan zikir itu adalah pujian yang jujur dari apa yang engkau rasakan lebih dari sekedar syariat yang diajarkan. Biarkan sedekahmu keluar dari perasaan itu sekedar titipan dan lebih baik diberikan.

Tasawuf kami adalah serahkan, pasrahkan, dan biarkan Allah yang membimbing. Saat kami lalai dalam kebaikan, maka ibadah kami adalah tobat dan istighfar, saat kami gembira maka ibadah kami adalah sujud syukur, takbir dan hamdallah, saat kami didekati oleh Allah maka semua zikir kami tumpahkan bersama air mata, dan penyerahan.

Tasawuf kami adalah meletakkan akal, nafsu, syahwat, keinginan, ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran dibelakang penyerahan total kepada ilahi Rabbi. Wallahualam

Monday, December 22, 2008

Tasawuf Kami.....

Tasawuf bagi kami adalah jalan menuju Allah dengan kepasrahan, pemfakiran diri, kelemahan amal, pendeknya akal. Kami tidak lagi menghitung jumlah kebaikan dan kesempurnaan amal dalam menuju Allah. Namun amal, kebaikan, dan ibadah kami adalah refleksi kedekatan kami dengan Allah. Pengkhidmatan kami, ibadah kami kepada Allah semata-mata mencari belas kasihan (ridho/rahmat) dari Allah. Karena bila dihitung amal ibadah kami tidak pernah bisa melampaui amal buruk. Hanya belas kasihan Allah yang menyebabkan kami tertolong dari kemurkaanNya.

Kami mengambil jalan ini karena terlalu banyak ajaran dan klaim yang mengaku paling benar. Membawa berderet nama manusia, gelar, institusi, dan keturunan. Padahal manusia adalah makhluk yang lemah, bagaimana mereka mengaku paling benar? Sehingga kami mengambil jalan "kepasrahaan dan biarkan Allah yang menunjukkan"

32. (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu SUCI. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (QS. 53:32)

Rasulullah Muhammad SAW adalah guru sufi kami yang utama di antara seluruh manusia. Semakin kami berada dalam jalan yang lurus, maka semakin dekat perilaku kami dengan beliau SAW. Semakin kami jauh dari Allah semakin jauh perilaku kami dari Nabi SAW.

Tasawuf dan sufi tidak dikenal dan diajarkan oleh Nabi, seperti pula tidak ada mazhab pada jaman Nabi. Sufi adalah usaha aktif seorang hamba untuk meniadakan eksistensi dirinya yang merupakan entitas hasil karya Sang Maha Kuasa.

Kami tidak menyembah dan meminta kepada kuburan, kubur adalah pengingat bagi kami bahwa kami akan menjadi calon penghuninya.

Kami hanya taqlid buta kepada Muhammad SAW, tidak taqlid kepada satu guru dari kalangan manusia selain beliau.

Guru kami hanyalah manusia yang menjadi corong Allah untuk berbicara kepada kami, dan meluruskan jalan kami. Karena kami bukan kalangan Nabi yang dapat berinteraksi langsung dengan Allah SWT.

Guru dan murid tidak menunjukkan perbedaan ketakwaan, karena guru hanyalah orang yang lebih dahulu tahu dibanding murid, tahu belum tentu mengamalkan. Tingkat ketakwaan dan keimanan kami pasrahkan kepada Allah SWT.

Tasawuf bukan berarti meninggalkan dunia, karena kita hidup di dalamnya. Kami mengambil dunia sesuai dengan fitrah kami dan tidak menjadikannya tujuan kami. Seandainya kami dilimpahi isi dunia, maka kami terima dan gunakan sebagaimana Nabi dan sahabat menggunakanan. Seandainya kami tidak diberi kami juga menerima dan berbuat seperti Nabi dan sahabat menerima.

Tasawuf bagi kami hanyalah sekedar nama jalan yang diberikan oleh manusia karena demikian banyak jalan menuju kepadaNya, sedangkan Allah tetap menjadi tujuan kami, dan ajaran Nabi Muhammad SAW adalah koridor kami untuk kembali kepada Nya.

Tidak semua tasawuf dan sufi bersih dari penyimpangan, namun juga tidak semua menyimpang. Jangan memukul rata semua tasawuf dan sufi sebagai sesuatu yang menyimpang. Sebagaimana penyimpangan pada umat Nabiyullah Muhammad bukan berarti Nabi Muhammad SAW mengajarkan penyimpangan. Kita tidak bisa menjadi hakim yang adil, mari kita serahkan kepada Allah dan melihat kebenaran itu nanti di Padang Masyar........ maka janganlah kamu mengatakan dirimu SUCI. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (QS. 53:32). Wallahualam

Saturday, December 20, 2008

Haji Ibadah Penuh Misteri

Haji rukun Islam yang ke 5. Ibadah yang penuh tantangan dan petualangan fisik, mental, spiritual. Dia memanggil orang-orang yang dikehendaki. Yang jelas Allah mengundang semua lapisan manusia, yang baik, yang bejat, yang kaya, yang miskin. Yang baik biar semakin kuat keimanannya, yang bejat supaya insyaf, yang kaya semakin banyak berbagi, yang miskin supaya semakin tawakal. Namun yang mengherankan adalah saya banyak menemui dari golongan miskin dan pendidikan rendah. Artinya bagi saya pribadi, menunjukkan kecintaan Allah kepada golongan ini. Petani, nelayan, pengusaha kecil, pegawai biasa banyak sekali dari golongan ini dibanding direktur dan pengusaha yang lebih kuat secara finansial (ke haji plus mungkin yah).

Haji ibadah yang membalikkan logika. Harus disertai kepasrahan dan positif thinking selalu.
Haji harus dipahami sebagai undangan dan jamuan dari Allah, supaya kita merasa istimewa dan datang dengan penuh kehinaan dan penghambaan.
Haji bukanlah sekedar pengguguran kewajiban, tetapi dia adalah suatu monumen spiritual bagi kaum muslimin.

Di dalam haji ujian juga tidak sedikit, terutama hati yang kotor biasanya selalu mengeluh dan mencela.
Saat engkau diuji dengan sesuatu yang tidak mengenakkan banyaklah istighfar.
Saat engkau diuji dengan sesuatu yang menyenangkan banyaklah bertakbir dan membaca hamdallah.
Janganlah kebiasaan buruk engkau bawa ke tanah suci, tahan pikiran, ucapan, dan imajinasi burukmu, meski engkau tidak berpuasa.
Apabila melihat keburukan mintakanlah ampun kepada kaum muslimin dan muslimat, apabila melihat kebaikan sesungguhnya Allah tengah menunjukkan kebesaranNya.

10 Tantangan yang menghalangi Orang untuk Menunaikan Ibadah Haji
1. Merasa kurang harta.
2. Merasa lemah fisik.
3. Merasa belum dipanggil.
4. Pekerjaan tidak dapat ditinggalkan.
5. Tidak dapat ijin kantor.
6. Anak tidak ada yang menjaga.
7. Masih terlalu muda.
8. Mencari momen yang pas.
9. Merasa belum siap.
10. Merasa masih banyak dosa.

Syaitan mampu bermain di kata," orang yang sanggup......atau orang yang mampu" dengan ganjalan seperti di atas. Padahal sahabat dan ulama sepakat akan kerasnya sangsi tidak menunaikan haji tanpa halangan yang berarti.

Allah SWT berfirman, "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah..." (Ali 'lmran: 97).

Kandungan Bab:

  1. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, atau melaksanakan haji tidak mengharap pahala dan tidak takut tertimpa adzab, maka ia kafir. Ibnu Katsir berkata dalam Tafsiir al-Qur'aan al-'Azhiim (I/394), "Ibnu 'Abbas, Mujahid dan ulama lainnya mengatakan: 'Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka ia telah kafir dan Allah tidak butuh kepadanya'."
  2. Barangsiapa sanggup mengerjakan haji, maka ia tidak boleh menundanya. Dari 'Umar bin al-Khaththab ra, ia berkata, "Barangsiapa mampu menunaikan haji, namun ia tidak menunaikannya, maka sama saja baginya mati sebagai Yahudi ataupun Nashrani," (Shahih, HR Ibnu Katsir dalam Tafsiir al-Qur'aan al-'Azhiim [I/394])
http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1697&Itemid=67

Buat teman-teman yang sering ke luar negeri, yang memiliki rumah, mobil dan aset yang nilainya jauh di atas ONH agar waspada dan hati-hati terhadap godaan-godaan yang menghalangi kita untuk berhaji.