Monday, October 20, 2008

Kedasyatan Al Quran (2)

Seorang teman sebutlah Pak Tono, adalah orang yang lugas dan tidak suka basa-basi. Ia kerja di salah satu perusahaan multinasional. Logatnya yang beraksen jawa kental selalu nampak dalam setiap percakapannya. Pak Tono sudah lama berkeinginan menjadi seorang penghapal Quran. Dimulai dengan berguru dengan guru-guru yang memang memiliki keahlian tersebut. Sebelumnya Pak Tono adalah jama'ah biasa di Masjid. Namun dengan kemampuannya menghafal beliau menjadi substitute Imam. Yang paling mengejutkan adalah kemampuan orasinya yang meningkat drastis. Pada saat beliau mengisi acara dialog, saya tidak menyangka beliau menyampaikan materi dengan sangat runut dan sistematis, enak didengar, berbeda dengan cara dialognya sehari2 yang to the point, tegas, lugas, tidak menarik. Akhirnya beliau sering didaulat untuk mengisi acara ceramah, namun beliau beliau belum percaya diri untuk menjadi imam sholat jumat.

Dari sini saya kembali dapat mengambil pelajaran, bagaimana Al-Quran dapat merubah tampilan dan cara bertutur seseorang, tanpa harus ada usaha sedikitpun dari yang bersangkutan untuk belajar orasi, teori pidato dll. Allahlah yang membimbing dan menunjuki. Wallahualam

Allah Tidak Butuh Dilayani

Dalam konsep agama-agama tertentu, konsep melayani Tuhan adalah suatu kemuliaan dan kehormatan. Namun dalam konsep Islam, Allah dengan tegas menyatakan bahwa Dia lah yang menciptakan dan melayani manusia. Perintahnya adalah jelas, bukan untuk menambah kemuliaan atau ketaatan, namun menguji ciptaanNya apakah patuh atau tidak dengan skenario yang super rumit bernama kehidupan.

“Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluq-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Demikian dengan tegas Allah menyatakan bahwa Ia tidak pernah mengantuk dan tidur, dan terus menerus melayani makhluknya. Kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah sederhana, seberapa patuh seseorang kepadaNya dialah yang akan mendapat tempat yang paling tinggi disisinya.


Allah dengan tegas juga menyatakan bahwa ketaatan dan kekufuran tidak menambah atau mengurangi kekuasaanNya.

Dari Abu Dzarr al-Ghifari r.a. dari Nabi Saw. bahwa Allah Azza wajalla berfirman, “Wahai hambaKu, andai seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin kalian menjadi seperti paling bertakwa hatinya seorang lelaki di antara kalian maka hal itu tidak menambah sedikitpun kekuasaanKu. Wahai para hambaKu, andai seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin kalian menjadi seperti paling jeleknya hati seorang lelaki di antara kalian maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun kekuasaanKu…” H.R. Muslim. Lihat Hadits Arbain nomor 24.

http://al-haromain.org/index.php?itemid=38

Jadi apa inti dari kepatuhan dan ketaatan?

Allah berfirman, “Ini adalah termasuk anugerah Tuhanku agar dia menguji apakah aku bersyukur ataukah kufur. Dan barangsiapa yang bersyukur maka itu untuk dirinya sendiri dan barang siapa kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Maha Mulia.” (Q.S. an-Nahl: 40)

Kepatuhan dan ketaatan kepada Allah membuat Allah senang, senang ini sering kita sebut dengan ridlo, Allah ridlo berarti Allah menyenangi perbuatan kita. Bukan karena ada sesuatu yang bertambah dalam kerajaan Allah, tapi karena makhlukNya berjalan sesuai yang dikehendaki meski telah diuji.

Ternyata ketaatan, pengkhidmatan, ibadah kita adalah untuk kita sendiri, kenikmatan dunia paling puncak bukanlah apa-apa dibanding dengan kenikmatan yang akan kita peroleh kelak karena taat dan patuh kepada Allah.
Kita diciptakan dari ketiadaan, diberi indra untuk menikmati hidup di dunia, tetapi itu semua belum seberapa dibanding balasan di akhirat kelak. Wallahualam.

Sunday, October 12, 2008

Kedasyatan Al Quran (1)

Kata-kata tidaklah berarti tanpa pengalaman nyata. Ini adalah sekelumit cerita tentang bagaimana Al-Quran yang diamalkan membawa kekuatan bagi pengamalnya.

Suatu hari anak tetangga dengan wajah ketakutan datang ke rumah. Si anak mengatakan kalo ibunya sedang kerasukan. Di tempat itu sudah berkumpul banyak tetangga yang lain, Al-Quran dan banyak doa sudah dibacakan, namun ternyata tidak ada yang berarti. Si ibu yang kerasukan ini malah menertawakan, gak mempan gak mempan, 5 orang memegangi si ibu yang terus meronta2 dan ketawa2. Akhirnya kita semua dibuat frustasi. Orang pintar dan dukunpun didatangkan, sebetulnya saya pribadi tidak sepakat, namun karena kewalahannya keluarga dan tetangga akhirnya jalan tersebut di tempuh. Namun hingga pagi hari hasilnya nol

Akhirnya seorang kawan yang kebetulan mengenal seorang imam mesjid penghafal Quran, menyarankan memanggil beliau. Saya menjemput sang imam dengan prasangka, surat apalagi yang mau dibaca, wong kita sudah hampir bacakan semua surat tidak mempan. Saat sang imam datang beliau mengisaratkan sang ibu ditutup mukanya dengan mukena. beliau menggunakan sejadah menahan kaki si ibu dan kemudian menusukkan kayu ke titik refleksi jantung, sambil membaca taawudz. Yang luar biasa adalah baru sang imam membaca taawudz si ibu berteriak tertahan. Badanya tidak meronta-ronta seperti kita kemarin. Si ibu tidak dipegang oleh siapa2 namun seakan2 tubuhnya terkunci. Itu baru baca taawudz, baru akhir surat alfatihah si ibu udah memohon ampun, dan terjadilah dialog. yang intinya si jin adalah yahudi, yang kemudian diminta masuk Islam, dan dia mau membaca syahadat, wallahualam. Intinya si jin keluar dalam waktu hanya sekitar 20 menit, dan tidak kembali lagi.

Dari sini bisa kita lihat, al Quran yang dibaca oleh orang yang bukan pengamal 'bacaan quran" menjadi sebuah senjata tumpul. Namun saat dibaca oleh pengamal maka dia ibarat senjata dasyat yang siap menghantam apa saja.