Friday, December 08, 2006

Poligami vs Origami

Mumpung masih hangat, saya punya kisah nyata pribadi tentang poligami. Siapapun yang beragama Islam pasti pernah mengkaji tentang bab poligami. Suatu hal yang diceritakan dalam Al-Quran yang tidak populer di masa kini.Pendukung dan penentang saling menggunakan ayat dan hadis untuk membela pendapatnya.

Suatu hari istri saya bertanya tentang poligami, mengikuti naluri laki-laki saya dengan semangat menjawab dengan cuek sok wise

" Kan dicontohkan Nabi, masak saya menentang sih".

Istripun menjawab,"Kamu tau di Al-Quran diijinkan 2,3, atau 4 kalau mampu berbuat adil, hari gini sapa yang mampu berbuat adil, itu ayat buat Nabi, karena Nabi mampu berbuat adil."

"Lho, ngga ada keterangan buat Nabi saja,"saya mendebat. "Nabikan uswatun hasanah, suri teladan yang harus diikuti dari A sampai Z, kalau semua orang bilang itukan
buat Nabi, susah ngajak orang berbuat kebenaran, ngelesnya, itukan buat Nabi, sholat malam buat Nabi, puasa buat Nabi; kamu mau aku beralasan kaya gitu,"jawab saya ketus.

Istripun terdiam sambil cemberut. Kalau debat ngarang saya jagonya.
"Jadi kamu suatu saat akan 2 in aku ya suatu saat nanti?"tanya istri saya memelas. Saya kaget juga."Wah, aku ngga tahu apa yang terjadi di depan,"kata saya sekenanya, dan membuat istri saya tambah sedih. "Ya udah deh kalau kamu mau nikah lagi, aku ikhlas, tapi aku ngga rela diduain, alias minta dikembalikan ke orang tua."

Wuaaaaah.... kok jadi ribet urusannya, sedang diskusi agama kok buntutnya jadi sedih. Sepingin-penginnya poligami, juga kalau disodori pilihan kaya gitu jadi ngga tega.

"Kok, kesitu sih larinya, aku cuma bilang ngga bisa prediksi ke depannya. Sahabat Nabi, tabi'in juga mayoritas berpoligami, apa aku mau nglebihin mereka dengan ilmu agama yang cetek begini?! Ya sudah intinya aku ngga menentang poligami karena ayatnya jelas, dan ngga bisa poligami karena sudah piih istri yang ngga mau dipoligamiin (istilah mana nih).

"Sekarang yang adil begini saja, aku akan poligami kalau kamu yang minta, dan kamu yang milihin orangnya, setuju." Dan istri sayapun menyatakan setuju.
Suatu hari istri saya tiba-tiba nyeletuk.
+"Bi, (istri saya panggil saya abi, ayah dlm bahasa arab), aku mau nawarin kamu calon istri. Gubrakkkk!!! ! lagi santai-santai disamber geledek. Antara nafsu, harapan, curiga, penasaran...
-"Hmmm...yang bener..dengan muka yang ngga terlalu excited, sambil pura-pura baca buku.
+"Iya bener,"kata istri saya.
-"Kamu serius?" tanya saya lagi sambil meletakkan buku.
+"Serius !
-"Kamu janji yah melakukannya karena Allah,"
+"Ya jelas lah, masa karena yang lain (sambil sok bijaksana tapi penasaran)
-"Bukan karena nafsu?"tanyanya lagi.
+"Ya jelass, yang milihin saja kamu, gimana mau nafsu?" jawab saya sok ngga pake napsu.
-"Memangnya siapa? tanya saya penasaran.
+"Itu Mak Ijah (nama samaran),"kata istri saya kalem.
-"@#$@!????!! sssjggggeerrrrrr !!!!! (Mak Ijah seorang nenek berusia sekitar 70 tahun tetangga kampung yang sering berkunjung ke rumah kami untuk menawarkan hasil kebun)

Saat itu juga nafsu saya terasa terlempar ke langit ke 7. Karena Allah sih karena Allah ... 70 tahun mau diapain...yang ada saya terkena alzeimer, penuaan dini dan impotensi dini, dalam hati saya menggerutu.

Saya terdiam cukup lama, dan istri saya tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi saya. Huaaaaaaaaaaa. ...dikerjain, 70 tahun terbayang Mak Ijah yang dekil dan bau khas wanita desa pekerja keras, yang kadang-kadang terlihat belekan. Gembel, keimanan saya tidak teruji, saya tidak sanggup menikahi seorang nenek usia 70 tahun dengan lillahita'ala.
Ternyata keinginan poligami saya ngga ikhlas, masih ada nafsu, ya itu buktinya..disodori ce jadul 70 tahun segera hilang semangat poligami.

Sambil terpaku..anak saya tiba-tiba mendekat, Abi bikinin origami lagi dong........ ...yah ngga jadi poligami malah bikin origami.

(berdasarkan kisah pribadi)

Tuesday, October 03, 2006

Allah dekat dengan Orang-Orang yang Mendapat Musibah

Allah Dekat Dengan Orang-Orang Yang Mendapat Musibah

Musibah
Musibah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang manusia dan sifatnya tidak disukainya, membuat bersedih, kecewa, kesal, marah, dll. Jenis musibah bermacam-macam; dan yang paling banyak dikenal adalah kematian, sakit, dan kehilangan harta. Biasa terjadi, bahwa satu jenis musibah belum tentu dianggap musibah oleh orang lain, bahkan yang menurut sebagian orang adalah kebahagiaan buat sebagian yang lain adalah musibah. Untuk sebagian besar manusia harta yang melimpah dan umur panjang merupakan anugerah, sedangkan buat sebagian kecil yang lain dianggap musibah bila tidak bisa membawa manusia yang memegangnya menjadi taat kepada Allah.

Psikologi orang yang terkena musibah
Keadaan orang yang tertimpa musibah biasanya berada dalam kondisi kritis secara fisik dan mental. Musibah membuat seorang manusia berada dalam ketidakberdayaan, mentok, habis akal, ‘gak ngerti lagi harus gimana”, habis ide, stress, depresi, frustasi dll. Kondisi seperti ini sangat kritis bagi seorang manusia. Banyak sekali kemungkinan yang diambil di saat yang kritis ini. Pada wilayah ini setan-setan ikut bermain-main, namun sungguh pertolongan Allah lebih dekat daripada setan setan itu. Pada kondisi terkena musibah seseorang dapat menempuh dua jalan, yang pertama:

1. Jalan yang lurus yaitu dengan bersabar dan memohon pada Rabbnya. Keadaan serba terbatas semestinya membuat seseorang mau tidak mau harus mengakui keberadaan Rabbnya; sebagaimana tercantum dalam surat Al-Fushilat:51
Dan apabila Kami memberikan ni`mat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo`a.Fushilat:51

2. Jalan yang buruk; sering disebut “putus asa” dengan manifestasinya berupa: berbuat maksiat, keji, aniaya, nekat, menyerah, gila dan kadang-kadang bunuh diri. Sebagaimana tercantum dalam surat Al-Fushilat: 49.
Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.Fushilat:49


Gambaran golongan manusia seperti tercantum dalam surat Al-Fushilat:49, menunjukkan sifat dasar (fitrah) manusia yang selalu ingin dalam kebaikan, kekayaan, kemakmuran, keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan selalu berdoa untuk kebaikan, namun disaat apa yang dia mendapatkan apa yang dia inginkan cenderung menjadi kufur dan menganggap apa yang diperolehnya adalah hasil kerja kerasnya tanpa ada bantuan siapapun, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Isra 83 Namun disaat dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan maka, dia tidak berhenti memanjatkan doa siang dan malam. Sehingga ritual doa mohon keberkahan, rizki yang melimpah, umur yang panjang, dan dijauhkan adalah menu wajib sesudah sholat.

Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.Al-Isra-83

Dosa manusia yang paling sering dilakukan oleh seorang anak cucu Adam adalah jarang mengucapkan rasa sukur dengan mendefinisikan nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah. Kalimat Tahlil, Tahmid dan Tasbih sering diucapkan, ribuan bahkan jutaan kali. Tapi banyak yang terjebak pada ritual kosong. Sebaik-baiknya dzikir adalah pada saat pikiran, hati, dan pancaindera sadar sepenuhnya akan apa yang diucapkan, misalnya: Pada saat kita mengucapkan Alhamdulillah secara kesadaran penuh maka kita juga menghitung tentang apa-apa yang Allah berikan hari ini seperti ya Allah terima kasih atas menciptakan aku, terima kasih atas napas yang kau beri, terima kasih atas panca indera yang kau beri, terimakasih atas kenikmatan saat makan, terimakasih atas kesehatan, terima kasih atas keluarga yang sehat, anak-anak yang lucu, dll. Buku yang anda pegang, kemampuan anda membaca, kenikmatan duduk saat membaca adalah karunia Allah dan atas izin Allah semuanya terjadi. Kesadaran semacam ini yang belum menjadi kebiasaan kita kaum muslimin. Kita terlalu asik dengan asumsi bahwa “Buku ini saya beli dengan uang saya, hasil kerja saya, saya bisa membaca karena usaha keras saya belajar.” Dan contoh-contoh kekufuran –kekufuran lain terhadap nikmat yang Allah berikan.

Dan pada intinya kita sebagai manusia lebih banyak menuntut dan selalu merasa kurang (namun herannya jarang juga berdoa), dibanding rasa terima kasih dan rasa cukup kita kepada apa yang Allah telah beri. Allah sangat mengenal karakter manusia seperti ini dan telah diungkapkan di dalam surat Ibrahim; 34.

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).Q.S.Ibrahim:34


Mensikapi Perasaan Putus Asa

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.Al-Baqarah: 214

Musibah ada filter yang memisahkan antara orang beriman dan tidak beriman. Orang yang bersedih saat terkena musibah adalah fitrah seorang makhluk yang memang diciptakan dengan keterbatasan. Putus asa dengan segala bentuknya, seperti bertumpuk hutang, rejeki yang sempit, otak yang sering error, ujian yang gagal, fitnah kanan-kiri, lamaran kerja tidak diterima, cinta ditolak, dimusuhi mertua, dll; adalah kondisi sehari-hari anak cucu adam. Yang membedakannya adalah bagaimana mensikapi dan mencari jalan keluar dari masalah. Keadaan putus asa bisa menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa apabila seorang manusia sadar dan mengerti apa yang harus dilakukan dalam kondisi tidakberdaya ini. Apabila selama ini banyak ulama yang mengatakan bahwa sangat sulit mencari keikhlasan, maka sesungguhnya pada kondisi putus asa seseorang hamba mau tidak mau dipaksa harus dalam kondisi ikhlas. Karena memang mau pamrih apa dan pada siapa? Sombong kepada siapa? Meminta kepada siapa? Suatu kondisi yang sesungguhnya memaksa seseorang menjadi ikhlas. Kondisi dimana tidak ada tempat mengadu, merengek, meminta pertolongan, selain Allah. Sikap merengek, cengeng, dan selalu mengeluh kepada Allah, adalah sikap yang disukai oleh Allah. Karena sikap ini adalah suatu dzikrullah yang dilandasi ketundukan hati, pikiran dan pengakuan total kepada Allah sebagai pemilik, pengatur dan sumber kehidupan.


Musibah adalah Salah satu wujud Kasih Sayang Allah

Mungkin agak susah memahami bahwa musibah adalah wujud kasih sayang Allah kepada kita (bahkan untuk penulis sendiri). Kita harus renungkan bahwa keadilan dan kasih sayang dari Allah meliputi juga musibah-musibah yang diberikanNya kepada kita. Bahkan musibah yang ditimpakan pada suatu kaum sangat jelas disebutkan di dalam Al Quran agar menjadikan pelajaran bagi orang sesudahnya, terutama kita. Agar kita jangan mengulangi kesalahan yang sama. Pada saat kita hari ini berharap kekayaan dan kita terus memohon untuk diberi kekayaan, namun  kita tidak juga mendapat kekayaan, maka sesungguhnya Allah Maha Tahu, apabila kita diberi kekayaan, maka bisa jadi kita akan berhenti bermunajat, lupa beramal, tamak, sibuk dengan menikmati dunia, sehingga kefakiran yang dianggap musibah oleh setiap orang adalah hal yang terbaik buat yang bersangkutan. Apakah tidak cukup pelajaran bahwa banyak orang tersesat karena kekayaannya? Hendaklah Qarun, Firaun, Tsa'labah cukup menjadikan pelajaran buat kita. Sebagai ilustrasi: Pak Sarwo sudah 3 hari berbaring sakit tak berdaya di peraduannya, demam tinggi, mual dan muntah membuatnya tak berdaya. Pak Sarwo tidak memiliki daya untuk melakukan rutinitasnya. Pak Sarwo orang kaya dan berkuasa yang ditakuti, dipaksa tunduk dengan ketetapan Allah berupa sakit. Pada kondisi ini baik orang yang melihat dan merasakan seharusnya kembali mengingat kebesaran dan ketentuan dari Allah. Namun banyak yang berpikir sebaliknya, dan disibukkan pada mencari sebab dan mencari pengobatan yang bukan dilakukan sebagai bentuk ikhtiar semata, namun kepada keinginan untuk dapat menikmati kembali manisnya nafsu, naudzubillah min dzalik.
Penyakit, adalah pasukan-pasukan Allah yang menjaga manusia dari sombong dan takabur, dari tamak dan loba, dari lalai dan lupa, dari merasa kuat, dari perbuatan keji. Oleh karena itulah, 

Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullâh (31-110 H), sebagaimana disitir oleh Syaikh ‘Abd al-Majîd bin Muhammad bin Muhammad al-Khânî al-Syâfi‘î al-Naqsabandî (w. 1318), berkata:   

Artinya: ”Kami telah mendapatkan ujian, sebagaimana orang-orang mendapatkan ujian, kami tidak melihat sesuatu pun yang lebih bermanfaat daripada sabar. Sebab dengan sabar itu segala persoalan dapat diobati (dicarikan solusinya), sementara sabar itu sendiri tidaklah diobati dengan selainnya. Tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas--kenikmatannya--daripada sabar.”

 sebagaimana disebutkan dalam hadits: ”Seorang mukmin itu bila mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, karena bersyukur itu lebih baik baginya; dan bila ditimpa sesuatu kesulitan, maka ia bersabar, karena sabar itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)



Allah itu Super Dekat
“Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang aku maka sesungguhnya aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)Ku dan beriman kepadaKu, agar mereka memperoleh kebenaran Al-Baqarah: 186

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (Q.s: 50-16)

Allah sendiri yang menyatakan seberapa dekatnya dengan kita. Jari yang kita miliki lebih jauh dibanding Allah. Urat leher yang kita miliki lebih jauh daripada Allah. Jangan dipahami bahwa Allah secara individu dan fisik berada dalam diri kita, tetapi Allah meliputi segala sesuatu. Sebagaimana sel darah merah. Sel adalah organisme hidup, pada saat kita lihat dikaca preparat kita melihat benda hidup yang bergerak dan kita beri nama sel darah merah, pada saat dia berada dalam diri kita, kita tidak menganggap itu sebagai suatu individu tunggal, tetapi kita akan melihat si pemilik tubuh.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.Al-Baqarah, 255.

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. An-Nisaa’ 108.

Racun-racun pemikiran hasil kreasi manusia, telah menyebabkan kita jauh dari Allah. Anggapan bahwa Allah jauh di ujung langit, dipuncak gunung, diraih dengan pengorbanan yang keras, bertapa 40 hari 40 malam, puasa dll telah menyebabkan kita jauh daripadaNya.

Banyak yang menyangkutpautkan antara adab dan ketaatan untuk bertemu dengan Allah, namun sesungguhnya hal ini tidak berhubungan. Ya adab dan ketaatan adalah bentuk ideal untuk bertemu dengan Allah. Namun apakah orang yang kotor secara fisik, dan jiwa tidak boleh bertemu dan berkeluh kesah dengan Penciptanya? Fakta inilah yang sering kita hadapi, asumsi-asumsi ke-manusiawian kita terapkan juga kepada Allah, Zat yang tidak membutuhkan sesuatu dari makhluknya.

Pintu-pintu Allah terletak pada segala keterbatasan seorang anak manusia. Wilayah inilah dimana seorang muslim wajib memberikan pernyataan dan kesaksian, secara sukarela maupun terpaksa (syahadat). Saat anda duduk dan merenungkan kejadian-kejadian di sekitar kita, harapan, keputusasaan, kesedihan, kegembiraan, dan semua keterbatasan-keterbatasan ada pada kita, adalah pintu-pintu untuk menggapai Sang Pencipta. Ya pintu-pintu menuju Allah berada pada batas pikiran manusia, berada pada batas imajinasi manusia, berada pada batas harapan manusia, berada pada batas kemampuan seorang manusia, berada pada saat pikiran buntu, berada pada saat kecewa luar biasa, berada pada saat frustasi tak terhingga, berada pada saat tak memiliki daya apa-apa, berada pada saat patah hati, berada pada saat kehilangan orang yang kita cintai, berada pada saat kenikmatan itu dicabut, pada saat hutang menumpuk, pada saat masalah besar tak kunjung berhenti mendera dan terutama pada saat nyawa sudah berada di kerongkongan. Semua kejadian dan keadaan seperti tersebut di atas adalah salah satu keadaan dimana secara alamiah (fitrah/sunatullah) seorang manusia dituntun menuju kepada Penciptanya. Suatu keadaan dimana seorang manusia tidak bisa menunjukkan kesombongan dan keangkuhannya. Suatu keadaan dimana seorang manusia akan berlutut, sujud dan tunduk kepada Sang Pencipta.

Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): "Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?"huud-14

Menggapai Pintu menuju Tuhan adalah Super Mudah!

Pada saat kita dalam kebuntuan, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat kita dalam keputusasaan, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat kita sakit luar biasa, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat utang kita menumpuk, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat jodoh tidak datang-datang, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat pekerjaan tidak dapat-dapat, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat melihat kematian, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat kita mengharapkan kebaikan, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat kita mengharapkan keselamatan, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.
Pada saat kita mengharapkan keberhasilan, maka kita telah berada di depan pintu Sang Pencipta.

Ya…….dalam keterpurukan, keputus-asaan, kehabisan akal, kehabisan kesabaran, kehabisan ide, mentok, kecewa berat, patah hati berat, ketidaktahuan, frustasi, depresi adalah suatu keadaan yang membawa anda ke depan pintu ke-Tuhanan. Pada titik ini semestinya manusia melepaskan atribut keduniaannya. Di titik ini seharusnya manusia kembali pada keadaan sebagaimana dia dilahirkan, polos, telanjang, tanpa atribut. Di titik ini seharusnya semestinya manusia menyebut dan berserah kepada Sang Pemilik Hidup dan Kehidupan. Ingatlah saudaraku, saat kita lahir kita tidak berdaya, tidak mampu berpikir, tidak mampu berjalan, namun kehendak Allah berkata lain, digerakkan orang-orang disekitar memperlakukan kita dengan kasih sayang, sehingga kita menjadi seperti sekarang ini. Apakah kini kita mau mengaku-ngaku bahwa apa yang kita dapat adalah hasil dari usaha kita? Keadaan kita waktu lahir hingga dewasa adalah sama saja, sebagai makhluk-makhluk tanpa daya. Namun banyak diantara kita tidak mampu menahan diri dengan amanat sehat, kaya, kuasa, pandai, sehingga merasa bahwa kesuksesan adalah kekayaan, kekuasaan, dan kepopuleran.

Mengetuk Pintu Sang Pencipta

Biarkan Panca Indera bekerja, karena kita akan masuk wilayah Tuhan dengan kesadaran penuh.
Jangan berpikir dan berimajinasi sama sekali, seolah-olah melamun namun arahkan bibir anda untuk …

Menyebut nama Sang Pencipta, Allah, Yang Maha Kasih, Yang Maha Kaya, ataupun apapun nama yang menunjukkan bahwa itu atribut milikNya. Di wilayah ini jangan kita menyebut nama lain, benda, makhluk, bahkan nama Nabi sekalipun. Salah satu sifat Allah dalam pemahaman ke Islaman adalah Tunggal, Yang Maha Tunggal dan Allah sangat marah apabila dipersekutukan (ada yang setara denganNya). Anda juga dapat menyebutnya dengan nama kreasi anda, namun tetap pada pemurnian ke-Esa-an. Misalnya : Maha Pemberi Ide, Maha Pemilik Galaksi, Sang Pemilik atom, dll.

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". Al-Israa’-110

Setelah sepuas-puasnya menyebut namaNya. Maka anda dapat memasuki langkah selanjutnya, yaitu pengharapan. Pengharapan semestinya selalu ada dalam dada orang yang beriman.

Maka Kami memperkenankan do`anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.Al-Anbiya 90

Setelah melepaskan harapan, maka lakukan terus secara berulang, hingga masalah itu sendiri larut dalam kenikmatan bermunajat kepada Allah. Tuntutlah diri untuk terus melakukan ketaatan demi ketaatan, tanpa memperdulikan hasil. Karena musibah dan kenikmatan adalah rancangan dariNya. Berjalan dalam ketaatan dan pensucian diri adalah suatu bentuk pendekatan yang diharapkan oleh Allah. Pada kondisi ini pulalah seorang hamba direnggut dalam suatu dimensi spiritual yang kenikmatannya jauh melebihi kenikmatan apapun yang ada di dunia ini. Manusia yang sudah pernah terenggut dalam dimensi spiritual ini merasa hambar dengan dunia dan seisinya.

(Tambahan) .... Bersholawatlah kepada Nabi Muhammad Saw

  1. Sholawat adalah satu bentuk penghormatan Allah kepada sesosok makhluk paling mulia, dimana segala keridhoan Allah ada padanya, sehingga Allah akan melimpahkan apapun kepada semua makhluk yang ikut memuliakannya.
  2.  Sholawat adalah bentuk penghormatan kita kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, sehingga kita bisa mengenal Allah.
  3.  Percayalah sahabat sholawat ini pertahanan terakhir. Bila sanggup...dan harusnya kamu sanggup baca minimal seribu kali dalam sehari....hingga rahasia itu terungkap, ... gak usah berdebat kawan apapun itu redaksi sholawat, cukup baca saja, okay?  Allahumma sholi 'ala Sayidina Muhammad wa 'ala 'aliy Sayidina Muhammad.
  4. Sholawat yang dibaca saat terkena musibah disertai kesabaran, rasa ingat pada ujian Rasulullah, rasa bahagia karena Allah menggugurkan dosanya,membalas dengan pahala dan ampunan, Kesadaran bahwa Allah mencintainya, maka lebih baik dari dunia dan seisinya.
Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani)

Diskriminasi Pendidikan di Indonesia

Paradigma Baru Pendidikan Indonesia

I. Diskrimansi Pendidikan di Indonesia

Tak ada seorangpun yang dapat mencegah atau menentukan kelahirannya ke dunia. Sebagaimana manusia yang lahir dalam keadaan tidak beruntung (lahir dalam keadaan miskin atau tidak cerdas). Seandainya kita manusia bisa memilih dimana, kapan, bagaimana, anak siapa, kita dilahirkan tentunya banyak yang akan memilih lahir dari keluarga bangsawan terhormat yang kaya raya, cerdas, baik budi dan di negara yang aman dan damai. Namun hal demikian itu merupakan suatu kemustahilan. Dan sungguh malang nasib anak-anak yang tidak beruntung di negeri ini, yaitu anak-anak yang terlahir miskin sekaligus tidak pintar. Sistem pendidikan negeri ini secara sadar atau tidak telah mendiskriminasikan mereka. Ya, pendidikan Indonesia masih berpihak kepada orang-orang yang beruntung. Beruntung karena dilahirkan sebagai orang kaya/mampu, atau beruntung karena dilahirkan menjadi anak cerdas. Bagi yang kaya, mereka dapat membeli pendidikan (dan ini pula yang membidani lahirnya komersialisasi dunia pendidikan). Mayoritas sekolah di Indonesia memungut biaya. Baru tahun belakangan ada BOS yang membebaskan siswa dari biaya sekolah. Namun sekolah-sekolah tertentu (favorit) tetap memungut biaya untuk para siswanya. Seandainyapun sekolah sudah membebaskan SPP, namun sebagian orangtua merasa berat dengan uang seragam, alat tulis, buku, dan uang jajan sehari-hari. Dan bagi yang miskin namun cerdas masih banyak yang memberikan bantuan dan beasiswa. Sedangkan bagi orang yang miskin sekaligus tidak pandai (mayoritas) lebih banyak harus menerima ketidakadilan ini dengan tatapan kosong dan tak berdaya. Seandainyapun mereka diberi kesempatan masuk sekolah mereka harus berhadapan dengan metode pendidikan yang sekali lagi tidak berpihak padanya. Rumus-rumus dan teori-teori antar galaksi yang diberikan membuat mereka tidak dapat bertahan lama di sekolah. Sistem kenaikan tingkat dan ujian, memaksa mereka harus keluar dari bangku sekolah sebelum waktunya ditambah cap bodoh dan pemalas. Ya inilah fakta pendidikan di Indonesia, semua terpaku pada birokrasi, legalisasi, indoktrinasi program dan kurikulum. Pendidikan di Indonesia mengarahkan anak untuk menjadi produk-produk yang sama dan tidak menghargai potensi dan jiwa anak. Kita ibaratkan, pendidikan di Indonesia hanya mengasah pisau tumpul menjadi tajam bukannya menjadikan serbuk besi/besi rongsok menjadi aneka perkakas. Pendidikan Indonesia hanya memproses bahan baku dengan kualitas tertentu dan mereject bahan baku yang tidak sesuai standar, setelah mereject, barang-barang reject ini dibiarkan dan dianggap rongsokan/sampah dan dari sinilah timbulnya istilah sampah masyarakat.

II. Pendidikan Indonesia yang Ideal
Semestinya sekolah umum adalah sekolah yang lebih menekankan pada aspek penanaman ketauhidan (keyakinan penuh akan peran Tuhan dalam kehidupan), pendidikan akhlak, pengembangan kepribadian dan potensi anak (Brain based learning dan Multiple Intelligence) bukan pembelajaran teknis, teoritis, dan indoktrinasi. Pendidikan Dasar (SD-SMP) seharusnya tidak memberikan penilaian angka namun memberikan laporan (deskriptif/naratif) mengenai perkembangan siswa. Pendidikan dasar hendaknya ditekankan kepada latihan ketrampilan: ketrampilan hitung, ketrampilan baca, ketrampilan tulis, olahraga, akhlak dan budipekerti, bermain, seni, prakarya dan lain-lain tanpa disertai ekspektasi atau target tertentu (kenaikan/kelulusan). Hal ini telah diterapkan di negara-negara maju. Pengkajian-pengkajian akan fungsi otak, kecerdasan majemuk semakin menegaskan keunikan setiap individu. Latihan ketrampilan ini berarti bersifat aplikatif dan tidak paper and text book base. Selama masa-masa ini potensi dan karakter anak dipantau dan dipetakan untuk pendidikan lanjutan bukan untuk dihakimi naik tidak naik/lulus tidak lulus. Karena hakekat pendidikan sesungguhnya adalah bantuan orang dewasa kepada anak-anak agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang disesuaikan dengan karakter dan potensi masing-masing anak. Dan di pendidikan lanjutan inilah anak-anak mulai dibebani dengan berbagai teori/rumus disertai target-target. Bagi anak-anak pintar mereka bisa masuk ke SMA, dan bagi yang kurang, mereka diarahkan untuk masuk ke sekolah kejuruan yang murni mengajarkan ketrampilan dan tanpa teori-teori berlebihan.

III. Kerja sama industri, orang kaya, dan orang pandai
Dunia kerja dan Industri menginginkan SDM yang terbaik, namun mereka enggan mencetak sendiri kader tersebut. Hal ini wajar-wajar dan sah-sah saja namun sekali jelas-jelas diskriminatif dan berkesan mau enak sendiri. Mereka enggan merekrut orang yang memiliki skill nol untuk menjadi ahli. Mereka lebih suka membajak dan membeli yang sudah jadi. Ya inilah hasil budaya instan. Lowongan kerja di Indonesia selalu memperisyaratkan IPK minimal dan pengalaman kerja. Ini salah satu bukti dari diskriminasi yang diberlakukan di dunia kerja dan Industri. Bagaimana seharusnya? Industri hendaknya merekrut minimal 5 – 10 orang yang tidak beruntung: baik itu orang yang tidak memiliki ijazah, orang cacat, atau orang miskin. Mereka dididik untuk melakukan pekerjaan yang paling mudah, beresiko rendah, dan ingat tujuan utamanya untuk mengangkat harkat dan martabat mereka. Demikian pula orang kaya dan cerdik pandai hendaknya berkolaborasi membuat kelompok-kelompok belajar (kejar paket, kelas jauh atau sekolah terbuka). Apabila hal ini dilakukan secara merata di seluruh negeri, Insya Allah Indonesia akan berkembang dengan pesat dalam naungan rahmat dan ridlo Ilahi.

“Tuhan menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tidak ada yang bisa memilih menjadi anak orang kaya atau anak orang miskin. Tidak ada yang bisa memilih menjadi pintar atau bodoh. Yang berkelebihan hendaknya menutupi saudaranya yang kurang beruntung, karena demikianlah tujuan kita d ciptakan. Harta dan ilmu adalah sekedar titipan, barangsiapa yang bijak menggunakannya maka ia akan beroleh keuntungan sejati. Siapa yang merasa harta dan ilmu hasil jerih payahnya maka sesungguhnya ia telah tertipu. Kemiskinan dan kebodohan yang terjadi di negeri ini berawal dari enggannya si kaya membagi hartanya dan enggannya si pintar membagi ilmunya.”