Monday, December 30, 2019

Melawan Logika Sungsang, Tahlilan Bid'ah Dolalah yang layak dimasukkan neraka

Sebuah kaum diazab karena enggan mengatakan laa ilaha illallah, sebagian yang lain dilimpahi karunia karena mengucapkan laa ilaha ilallah, sebagian kaum muslimin sibuk memvonis saudaranya sebagai ahli bid'ah yg layak masuk neraka karena kalimat laa ilaha illallah dengan dalih, kalimat itu tidak diucapkan Nabi Muhammad Saw secara khusus kepada orang yang sudah meninggal.

Logika sungsang ini terus dibenamkan kepada kaum muslimin yang biasa melakukan ritual tahlil, sehingga yang ada dibenak mereka bahwa kegiatan tahlilan ini adalah kegiatan  penghuni neraka?????? Situ waras (baca dalil bid'ah vs dalil tahlil)

Berulang kali sudah saya ketengahkan dan saya tidak akan bosan mengulang, bahwa kalimat tahlil bukan ibadah yang memiliki syarat, rukun dan waktu tertentu. Sebagaimana sholat, puasa, haji. Tahlilan terkait dengan perintah:
1. Keutamaan kalimat tahlil.
2. Mengerjakan ibadah menurut kemampuan.
3. Keistiqomahan.
Kalau perintahnya ada maka dia akan terus boleh dilakukan kapan dimana saja dan dalam situasi apapun, hingga ada dalil larangan misalnya: mengucapkannya dalam keadaan/ditempat buang hadats. Jadi melarang sesuatu tang diperbolehkan adalah malah menjerumuskan kepada bid'ah juga , karena tahlil adalah kalimat yang mulia dan qodim bersama Allah.

Mengapa Rasulullah Saw tidak melakukan tahlil. Saya yakin pada jaman Nabi Saw,  beliau Saw dan para sahabat akan terus bertahlil (berdzikir) dengan ada atau tidaknya orang yang mati, karena mereka ra adalah para ahli ibadah. Sedangkan manusia sekarang, bila tidak ada ritual ini akan nongkrong, ngobrol, nonton, santai, main, dan segudang kesia2an lainnya ...

Tahlilan adalah suatu acara mulia, mengingat Allah, meninggikan asma Allah, silaturahmi, mengingat maut, menghibur keluarga yang ditinggalkan. mengkonter aktivitas maksiat dan sia2. Ulama2 yang memulai kegiatan ini sungguh dilimpahi oleh hikmah dan kearifan. Sedangkan penyimpangan2 yg terjadi adalah hal2 perlu diluruskan, semisal tuan rumah memberikan jamuan, dst, bukan dijadikan alasan untuk menghilangkan kegiatan ini.

Sekarang saya tanya apakah ada dalil kajian rutin Hari Ahad, Sabtu, jam 08.00, dll? Mana dalilnya? Mengapa tanpa dalil anda laksanakan? Paham?

Kalo terus mengatakan tahlilan bid'ah saya khawatir situ susah mengucapkannya saat sakaratul maut saat ditalqin, karena (secara Neuro Linguistik Programming) anda dipaksa memprogram tahlilan bid'ah...tahlilan bid'ah..(sakaratul maut urusan berat, akal sdh sulit berfikir yg ada reflek) sehingga saat anda ditalqin khawatirnya situ akan mengucapkan ...bid'ah....bid'ah...bid'ah.

Naudzubillah.

Wallahua'lam.

Monday, November 18, 2019

Tauhid, Kita ini hanya "Imajinasi" Allah

Pendapat ini untuk mengakhiri beberapa perdebatan, dimana Allah?
Supaya tidak keluar koridor maka dalil dalil berikut jadi penuntunnya.

1. Laisa kamislihi sai'un. ( Allah berbeda mutlak dengan makhluknya)

2. Katakan Allah itu Esa/Tunggal/Hanya satu-satunya.

3. Tiada sesuatu menyerupai Dia.

4. Dialah Allah, Tuhan Pencipta langit dan bumi.

5. Allah terus menerus mengatur urusan makhluknya.

6. Dia, Allah, tidak mengantuk tidak pula tidur.

7. Tidak ada sesuatupun melainkan Dia (hanya ada Allah sebelum penciptaan apapun).

8. Allah itu dekat, bahkan lebih dekat daripada urat leher.

9. Allahlah yang menciptakan kita dan apa yang kita perbuat.

10. Bila Allah berkata jadi, maka jadilah sesuatu itu.


11......... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).

12. Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-‘Ankabut: 64).



Dari ribuan dalil maka disimpulkan:

1. Allah tidak menciptakan sesuatu diluar Zat Allah. Bila sesuatu dibuat Allah maka melanggar kaidah ada sesuatu selain Allah. Sedangkan yang wujud Allah. Tempat, ruang, waktu, dimensi itu ciptaan Allah dan tidak kekal bersama Allah.

2. Allah dekat, dekat itu ukuran Allah bukan makhluk. Suka ketawa kalo mendengar masa Allah ada dalam sampah/kotoran. Ini pikiran materialistik, najis, kotor, itu ciptaan dan definisinya dibuat Allah. Bagi Allah nilainya sama, makhluk, bahkan manusia bisa lebih hina dibanding kotoran tersebut. Sekali lagi kawan saat ini lebih mudah memahami Allah dengan sudut dimensi. Manusia tidak bisa melihat jin, jin dan manusia tidak bisa melihat malaikat. Penduduk langit kedua bisa melihat penduduk langit pertama tidak sebaliknya, hingga langit ketujuh, dan malaikat2 utama seperti Jibril yang menerima perintah langsung dari Allah dapat menembus seluruh lapisan langit.

3."Kita hanyalah imajinasi atau serupa itu yang tentunya versi Allah. Kita tidak pernah "diluar" dari zat Allah. Meminjam istilah manusia 'imajinasi: utk menunjukkan bahwa kita manusia bisa mengadakan apapun dalam imajinasi. 

4. Karena 'waktu' adalah ciptaan Allah, maka keberlangsungan alam semesta ini yg menurut kita sudah berlangsung milyaran tahun, bagi Allah mungkin hanya dalam satu kata Kun!

5. Semua yang lihat, kita raba, kita rasa, dan semua detail pergerakan debu dan alam semesta hanyalah imajinasi Allah. Cukup dengan imajinasi ini, Kun! Maka jadilah semua ini. Maka dengan demikian mudah menjawab Allah dimana. Dan mudah memahami, betapa Allah mampu mengatur, menata, jumlah ciptaan, mensifatinya, memberi penilaian, dst. Dengan 'Imajinasi Allah' , maka
klaim-klaim:

Ada sesuatu diluar Allah, Allah ada dalam diri makhluk (wihdatul wujud), Allah turun ke dunia, Allah memiliki anak, Allah di atas, akan hancur dengan sendirinya.

Dari sini pula akan memahami kalimat-kalimat fana dan wujud, kita adalah fana (diadakan dari ketiadaan, ditiadakan, diadakan, dst) , Allah bersifat wujud, Allah meliputi, Allah dekat dari urat nadi, zat dan af'al Allah lebih mudah dipahami. Karena kita ini sekedar "NUMPANG HIDUP DALAM IMAJINASI ALLAH".

  • Maka taatlah, sucikan perbuatanmu semampumu, karena engkau hidup dalam Zat Allah. Wallahua'lam bishowab.

Wednesday, November 13, 2019

Dalil Tahlil vs Dalil Bid'ah

Para penuduh sibuk berusaha memasukkan saudaranya ke neraka melalui dalil bid'ah, maka para pembaca tahlil akan beradu hujjahnya dengan dihadapan Allah Azza Wajala. Pada saat itu pengadilan hanya milik Allah. Saat semua orang sibuk dengan pertanggungjawaban amalannya masing-masing, maka pembid'ah cukup sibuk dan menunjuk2 para ahli tahlilan jenazah, duhai Allah itu hambamu2 ahli bid'ah selama di dunia. Dengan amalan2 yang tidak dikerjakan Nabi Muhammad Saw, sembari mengajukan dalil2nya. Para ahli tahlil tak mempedulikannya, karena mereka cukup sibuk dengan tahlil yang mereka cintai, dan hari itu adalah hari yang mereka rindukan, perjumpaan dengan Tuhannya. Maka kira2 para ahli tahlil tadi digiring ke neraka karena alasan bid'ah membaca tahlil jenazah. Sampai dipintu Neraka malaikat penjaga pintu kebingungan, wahai malaikat pengawal mengapa kalian membawa para pembawa kunci surga ini (miftahul jannah laa ilaha ilallah), ini karena sebagian kaum muslimin menuduh sebagai ahli bid'ah yang layak masuk neraka. 
"Bid'ah yang mana?
Maka malaikat pengawal mulai membacakan dalil bid'ah kepada malaikat penjaga neraka mendengarkannya.
Wahai pengawal kalian mengolok-ngolok kami, apa kamu belum pernah mendengar dalil2 ini, maka penjaga neraka membacakan kemuliaan kalimat laa ilaha ilallah. Wahai malaikat pengawal, ketahuilah bahwa laa ilaha ilallah adalah kalimat qodim/kekal karena itu adalah kalimat pengakuan tertinggi terhadap Allah, setiap utusan diutus untuk menegakkan kalimat itu. Bid'ah yang mereka maksud ada setelah Nabi Muhammad diutus, bid'ah para ahli tahlil jenazah ini tidak melanggar apapun sebagaimana pemahaman penuduh. Karena tahlil bebas dibaca kapanpun dan dimanapun.

"Demi Allah Yang memiliki kalimat yang Mulia, mereka sangat tidak layak dan saya tidak mengizinkan mereka masuk ke neraka dengan alasan yang saya sudah sampaikan.

Nerakapun menggelegak tak tahan dengan kejadian ini. 
"Kalimat laa ilaha ilallah tidak menyebabkan kehinaan malah kemuliaan, mau dibaca kapanpun, dimanapun, berapa banyakpun. Dengan menyebutkan dalil2 shohih, demi Allah seandainya mereka aku masukkan niscaya aku akan padam, bagaimana aku bisa membakar kalimat mulia yang kekal bersama Allah, sedangkan aku makhluk yang diciptakan kemudian. Aku malah ingin kau bawa para penuduh yang membawa perkataan Nabi Muhammad untuk membawa ahli tahlil jenazah itu kemari. Jangan2 mereka yang lebih pantas aku bakar karena menghinakan ahlil tahli jenazah ini.

Para ahli tahlil benar2 tidak memperhatikan pembicaraan para malaikat dan neraka, mereka cukup sibuk menatap perjumpaan dengan Tuhannya. Melantunkan puji-pujian yang mereka bisa lafadzkan.

Malaikat pengawal kalah argumen dengan penjaga neraka dan neraka sekaligus kembali ke hadapan Allah, dan menyampaikan bahwa penjaga neraka dan neraka takut membakar laa ilaha ilallah karena sifatnya yang kekal bersama Allah. Dan malaikat pengawal menyampaikan pesan bahwa neraka ingin melihat para penuduh yang sangat ambisius memasukkan ahli tahlil ke neraka. Jangan2 mereka lebih layak

Maka para pembid'ah melihat kembalinya orang orang yang mereka tuduh sebagai orang2 sesat dengan perasaan susah.

Wahai para penuduh, kau telah dengar apa yang terjadi, sesuai keagungan Allah, Nabi Saw bersabda barangsiapa menuduh saudaranya sesat dan dia tidak sesat maka tuduhan akan kembali ke penuduhnya. Maka hukum berlaku dan kesesatan jatuh atas dirimu. Maka kalian yang layak pergi ke neraka. Ya Allah demi keagunganMu jangan masukkan kami ke nerakamu, kamu juga ahli laa ilaha ilallah. 

Wahai ahli tahlil jenazah, kalian berhak menuntut mereka karena fitnah keji mereka selama di dunia.

"Demi keagungan dan kemuliaanMu ya Allah bebaskan mereka, mereka lakukan karena kejahilan mereka. Kami sudah sangat kenyang dengan karuniaMu yang banyak dan menitipkan laa ilaha ilallah dalam jiwa raga kami, kami tidak merusaknya dengan menuntut para ahli syahadah siapun mereka.


Dan di pengadilan kelak para Pembid'ah  tidak terima dimasukkannya para ahli tahli jenazah dan mengatakan dalil2 ini:

Dalil Bid'ah Dolalah 


Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Hadits 2Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. Muslim no. 867)
Dalam riwayat An Nasa’i,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Hadits 4
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)
Hadits 5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya”  (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54)
Hadits 6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari no. 6576, 7049).
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).
Al’Aini ketika menjelaskan hadits ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak diridhai Allah itu tidak termasuk jama’ah kaum muslimin. Seluruh ahlul bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” (Umdatul Qari, 6/10)
Hadits 7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ : ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Sungguh diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan ada orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya: ‘apa yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai anak Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah'”. Beliau mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad no.3659, Ibnu Majah no.2860. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864)
Hadits 8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677, ia berkata: “Hadits ini hasan”)
Hadits 9
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman, ia berkata:
يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ . فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : هل من وراءِ ذلك الشرِّ خيرٌ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : كيف ؟ قال ( يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ ) قال قلتُ : كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ ! إن أدركت ُذلك ؟ قال ( تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ وأطعْ )
Wahai Rasulullah, dulu kami orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan (berupa Islam), dan kami sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua ini akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kebaikan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Aku bertanya: ‘Apa itu?’. Nabi bersabda: ‘akan datang para pemimpin yang tidak berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada sunnahku. Akan hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan namun berjasad manusia’. Aku bertanya: ‘Apa yang mesti kami perbuat wahai Rasulullah jika mendapati mereka?’. Nabi bersabda: ‘Tetaplah mendengar dan taat kepada penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah mendengar dan taat’” (HR. Muslim no.1847)
Tidak berpegang pada sunnah Nabi dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari selain Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan.
Hadits 10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي أُمَيَّةَ
Orang yang akan pertama kali mengubah-ubah sunnahku berasal dari Bani Umayyah” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, no.61, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1749)
Dalam hadits ini Nabi mengabarkan bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi yang diubah-ubah ini adalah kebid’ahan.
Hadits 11
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ : أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” (tanpa tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063)
Dalam hadits di atas, ketiga orang tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari, kedua hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa dengan tidak menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan adalah keyakinan yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku“.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami nukilkan di atas sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada dari bid’ah.
Wallahu’alam.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/11456-hadits-hadits-tentang-bidah.html


Dan saat dibawa ke neraka, bukannya ketakutan para ahli tahlil jenazah ini tertunduk, "bila ini memang tempat kami cukuplah laa ilaha ilallah bersama kami," .. Herannya para ahli tahlil jenazah ini tak mengajukan dalil apapun

Malahan penjaga neraka sibuk membantah para malaikat pengawal, wahai malaikat pengawal apakah kamu tak pernah mendengar bahwa:......

Dalil keutamaan Tahlil

1. Ibnu Abid Dunya beserta Imam Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra: “Malaikat maut menghampiri seorang laki-laki yang telah mati, ...lalu ia meneliti seluruh anggota tubuhnya, namun ia tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya. Kemudian ia membelah hatinya, ia juga tidak menemukan amal kebajikan di dalamnya, lalu dibuka mulutnya, ditemukan lidah yang melekat pada bagian atas mulut sedang membaca “Laa ilaaha illaLlaah”, maka diampuni segala dosanya karena adanya kalimat yang ikhlas itu.” (HR. Thabrani, Baihaqi, Al-Khatib)


2. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah memperbarui iman seseorang.
Rasulullah saw bersabda, “Perbaruilah iman kalian.” Sahabat bertanya, “Bagaimana cara kami memperbarui iman, wahai Rasulullah?” “Perbanyaklah membaca Laa Ilaaha Illallah.” (HR. ahmad)

3. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah menyelamatkan dari siksa api neraka.
Rasululah saw bersabda, “Allah telah mengharamkan api neraka bagi orang yang membaca Laa ilaaha illallah semata-mata mengharap ridha Allaah.” (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Laa ilaaha illallah adalah benteng-Ku, barangsiapa masuk di dalamnya, ia selamat dari siksa-Ku.” (HR. Abu Nu'aim)

4. Dengan ber-dzikir Laa ilaaha illallaah akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersinar wajahnya.
Rasulullah saw bersabda, “Tiada seorang hamba membaca Laa ilaaha illaLlaah sebanyak 100 kali kecuali Allaah bangkitkan dia di hari kiamat dalam keadaan bersinar wajahnya seperti rembulan di malam bulan purnama.” (HR. Ad-Dailami)

5. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah lebih utama dari seisi langit dan bumi.
Imam Nasa’i meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudhri ra: Nabi saw bersabda, “Nabi Musa as berdoa, “Wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku tentang sesuatu untuk berdzikir kepada-Mu.” Maka Allah berfirman, “Ucapkanlah Laa ilaaha illaLlaah.” Lalu Nabi Musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku, setiap hamba-Mu membaca ini, saya ingin sesuatu yang istimewa untukku.” Maka Allah berfirman lagi, “Wahai Musa, andaikata tujuh petala langit dan penghuninya serta tujuh lapis bumi diletakkan di sebelah timbangan kalimat “Laa ilaaha illaLlaah”, niscaya akan lebih berat kalimat “Laa ilaaha illaLlaah”, melebihi dari semua itu.”

6. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah membuat iblis berputus asa dalam mencelakakan diri orang yang membacanya.
Nabi saw telah bersabda, “Biasakanlah membaca kalimat “Laa ilaaha illaLlaah” dan istighfar, perbanyaklah membaca keduanya. Sesungguhnya iblis telah berkata, “Aku telah membinasakan manusia dengan dosa, namun mereka membinasakan aku dengan ucapan “Laa ilaaha illaLlaah dan istighfar”, ketika dalam keadaan yang seperti itu maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira bahwa dirinya telah mendapat hidayah.” (HR. Abu Ya`la)


7. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah merupakan harga Surga.
Nabi shallaLlaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘laa ilaaha illaLlaah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Dawud).

Dari Abu Dzar ra, berkata, Nabi saw bersabda, “Tidak ada seorang hambapun yang mengucapkan Laa ilaaha illaLlaah kemudian dia mati diatas keyakinan tersebut kecuali dia masuk surga.” (HR. Bukhari).

Dari Muadz bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda, “Kunci-kunci surga ialah ucapan syahadat, Laa ilaaha illallaah.” (HR. Ahmad).


8. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah menghindarkan diri dari siksa-Nya.
Dari Ali ra, berkata Rasulullah saw kepadaku, “Jibril as berkata, Allah Azza wa Jalla berfirman, “Sesungguhnya Akulah Allah. Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku. Barangsiapa mendatangi-Ku dengan mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas, maka ia masuk dalam lindungan-Ku. Dan barangsiapa masuk dalam lindungan-Ku, maka ia aman dari siksa-Ku.” (HR. Abu Nuaim).

Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Tertulis di pintu surga, “Sesungguhnya Akulah Allah, tiada Tuhan yang patut disembah selain-Ku. Aku tak akan menyiksa orang yang mengucapkannya.” (HR. Abu Syekh).

Rasulullah saw bersabda, “Kalimat Laa ilaaha illaLlaah tetap selalu berguna bagi orang yang mengucapkan (membacanya) dan dapat menghindarkan bala’ dan siksa dari mereka, selama mereka tidak meremehkannya.” (HR. Al Ashabani).


9. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah sebaik-baik kebaikan yang mengganti keburukan.
Dari Syamr bin Athiyyah, dari beberapa orang gurunya, dari Abu Ad Darda ra dia berkata, aku berkata, “Ya Rasulullah! Berwasiatlah kepadaku!” Rasulullah saw bersabda, “Apabila engkau melakukan suatu kejahatan, maka ikutkanlah kejahatan itu dengan amalan yang baik, karena hal itu akan menghapusnya.” Aku berkata, “Ya Rasulullah, apakah kalimat Laa ilaaha illaLlaah termasuk diantara kebaikan?” Rasulullah saw bersabda, “Kalimat itu adalah sebaik-baik kebaikan.” (HR. Ahmad).

Dari Anas ra, sabda Rasulullah saw “Tiada seorang hamba pun yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah pada suatu waktu, malam atau siang hari, kecuali akan dihapuskan dari catatannya amal-amal buruknya, bahkan keburukan itu diganti dengan kebaikan.” (HR. Abu Ya’la).

Dari Ummu Hani ra, Rasulullah saw bersabda, “Laa ilaaha illaLlaah tidak dapat ditandingi oleh amal apapun. Dan kalimat ini tidak akan meninggalkan dosa sedikitpun.” (HR. Ibnu Majah).


10. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah menghapuskan dosa.
Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda, “Ajarilah anak-anakmu ‘Laa ilaaha illaLlaah’ ketika mereka mulai berbicara. Dan talkinkanlah kepada mereka ketika menjelang wafatnya dengan ‘Laa ilaaha illaLlaah’. Sesungguhnya, barangsiapa ucapan pertamanya ‘Laa ilaaha illaLlaah’ dan ucapan yang terakhirnya juga ‘Laa ilaaha illaLlaah’, lalu ia hidup selama seribu tahun, maka ia tidak akan ditanya tentang satu dosa pun.” (HR. Baihaqi).

Dari Anas ra, sesungguhnya Abu Bakar ra menjumpai Nabi saw dalam keadaan bersedih. Nabi saw bertanya, “Mengapa kamu nampak sedih?” Jawab Abu Bakar ra “Ya Rasulullah, kemarin malam keponakanku hampir meninggal dunia.” Lalu beliau bersabda, “Apakah engkau telah mentalqinkannya dengan Laa ilaaha illallaah?” Sahut Abu Bakar ra “Ya, sudah kulakukan.” Sabda beliau, “Apakah ia membacanya?” Jawabnya, “Ya, ia membacanya.” Sabda beliau, “Ia wajib masuk surga.” Abu Bakar ra bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana jika orang hidup membaca kalimat ini?” Beliau bersabda, “Ia lebih menghapuskan dosa-dosanya. Ia lebih menghapuskan dosa-dosanya.” (HR. Dailami).

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allaah Ta’ala memiliki sebuah tiang yang terbuat dari Nur terletak di hadapan Arsy-Nya, jika ada seorang hamba yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illaLlaahu’, maka bergetarlah tiang itu. Allaah berfirman, “Berhentilah.” (tiang itu) menjawab, “Bagaimana aku dapat berhenti, sedangkan Engkau belum mengampuni orang yang mengucapkannya?” Firman Allaah, “Sesungguhnya Aku telah mengampuninya.” Maka barulah tiang itu berhenti.” (HR. Al Bazzar).


11. Allaah SWT teman duduk orang yang ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah dan pasti akan berjumpa dengan-Nya.
Firman Allaah SWT dalam Hadits Qudsi, “Allah SWT mengirimkan wahyu kepada Nabi Musa as, “Ya Musa! Apakah engkau senang Aku berdiam bersamamu dalam rumahmu?” (mendengar itu) Nabi Musa tunduk bersujud kepada Allah kemudian berkata, “Ya Rabbi, bagaimana mungkin hal itu?” Allah berfirman pada Musa, “Ya Musa! Apakah tidak engkau ketahui bahwa Aku teman duduk bagi orang yang berdzikir pada-Ku? Dan (lebih dari itu) di mana pun hamba-Ku mencari Aku, maka pasti menjumpai-Ku.” (HQR. Ibnu Syahin, dari Jabir ra)

12. Dengan ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah akan mendapat syafa'at Rasulullah saw.
Abu Hurairah ra bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan memperoleh syafaatmu pada hari Kiamat kelak?” Beliau menjawab, “Aku telah mendugamu, wahai Abu Hurairah, bahwa kulihat keinginan besarmu terhadap hadits. Orang yang paling beruntung dengan syafaatku pada hari Kiamat ialah orang yang mengucapkan ‘Laa ilaaha illallaah’ dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (HR. Bukhari).

Dari Umar ra, Rasulullah saw bersabda, “Ketika Adam as telah berbuat suatu dosa, maka saat ia menengadahkan kepalanya ke langit, ia berkata, “Aku memohon kepada-Mu, dengan wasilah Muhammad, ampunilah diriku.” Maka Allah mewahyukan kepadanya, “Siapakah Muhammad?” Adam as menjawab, “Maha Berkah Nama-Mu, ketika Engkau ciptakan daku, aku tengadahkan kepalaku ke Arsy-Mu dan ternyata tertulis di dalamnya ‘Laa ilaaha illallaahu Muhammadur Rasuulullaah.’ Maka kuketahui bahwa Muhammad itu seseorang yang derajatnya tiada seorang pun yang sederajat dengannya, sehingga Engkau letakkan namanya berdampingan dengan nama-Mu.” Lalu Allah menurunkan wahyu padanya, “Wahai Adam, sesungguhnya ia adalah Nabi yang terakhir dari anak keturunanmu. Seandainya tidak karena ia, maka tidak Ku ciptakan dirimu.” (HR. Thabrani, Hakim, Abu Nu’aim, Baihaqi).


13. Ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah akan menghindarkan dari penderitaan menjelang maut, kegelapan dan adzab kubur, serta mahsyar.
Dari Yahya bin Thalhah bin Abdullah ra bercerita, “Suatu ketika, terlihat Thalhah bersedih, maka orang-orang bertanya, “Mengapa kamu bersedih?” Ia menjawab, “Sesungguhnya kudengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat yang tiada seorang hamba membacanya menjelang mautnya, kecuali akan Allah hindarkan darinya segala penderitaannya dan wajahnya akan bersinar, dan akan ia lihat apa yang mengembirakannya.” Namun belum sempat kutanyai beliau kalimat apakah itu hingga wafatnya.” Umar ra berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui kalimat itu.” Ia menyahut, “Apa itu?” Ia berkata, “Aku tidak mengetahui sebuah kalimat yang lebih agung daripada kalimat yang ia perintahkan pamannya dengannya, yaitu ‘Laa ilaaha illallaah’ ia berkata, “Demi Allaah, itulah kalimatnya. Demi Allaah itulah kalimatnya.” (HR. Baihaqi).

Ibnu Abbas ra berkata, “Suatu ketika Jibril as mendatangi Rasulullah saw ketika itu beliau sedang sangat sedih. Jibril as berkata, “Allah mengirim salam untukmu. Dan melihatmu seperti ini, Dia bertanya, “Ada apa?” (padahal Allah Maha Mengetahui isi hati makhluk-Nya. Ini hanya menunjukkan penghormatan kepada Nabi saw). Jawab beliau, “Wahai Jibril, aku sangat memikirkan, bagaimana umatku pada hari Kiamat nanti.” Jibril bertanya, “Umatmu yang kafir atau yang muslim?” Sabda Nabi saw “Aku khawatir atas kaum muslimin.” Lalu Jibril membawa Nabi saw mengunjungi kuburan kaum muslimin dari Banu Salamah, Jibril memukul salah satu kubur itu dengan sayapnya, sambil berkata, “Dengan ijin Allah, bangkitlah kamu.” Lalu bangkitlah seseorang yang sangat tampan, lalu ia mengucapkan. “Laa ilaaha illallaahu Muhammadar rasuulullaahi, Alhamdulillaahi rabbil’aalamiin.” Kemudian Jibril menyuruhnya, “Kembalilah ke tempatmu.” Sabda Nabi saw “Seseorang akan dibangkitkan menurut keadaan ketika matinya.”

Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah atas ahli Laa ilaaha illallaah kegelapan di kubur mereka dan juga tidak di Mahsyar. Seakan-akan aku melihat ahli Laa ilaaha illallaah bangkit dari kuburnya sambil mengibaskan debu dari kepalanya lalu berkata, “Segala puji bagi Allaah yang telah menjauhkan kami dari kesedihan.” Riwayat lain menyebutkan bahwa ahli Laa ilaaha illallaah tak akan mengalami kegelapan saat mati, atau saat di kubur.” (HR. Thabrani, Baihaqi).

Saat dibacakan keutamaan kalimat tahlil yang qodim bersama Allah, bagaimana mungkin dihancurkan oleh dalil bid'ah, yang baru tercipta setelah Nabi Muhammad Saw, itupun dengan tafsir yang keliru.

14. Dengan ber-dzikir Laa ilaaha illaLlaah pintu langit sampai Arsy akan terbuka dan tidak ada hijab dengan Allah.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang hamba membaca Laa ilaaha illaLlaah, kecuali akan dibukakan baginya pintu langit hingga Arsy, selama ia menghindarkan diri dari dosa-dosa besar.” (HR. Tirmidzi).

Ulama yang mengadakan acara tahlil sungguh sangat luar biasa. Mengapa? karena mereka mampu mengisi kekosongan umat akhir zaman yang banyak melakukan kefasikan dan kesia-siaan menjadikan mereka berkumpul untuk bersilaturahmi, membaca doa, tahlil, tahmid, ayat2 Quran, alih2 nonton bola, tv, dan kesia-siaan lainnya. Para pembif'ah secara tidak langsung menuduh bahwa para sahabat RA 'nganggur' gak ada kerjaan, padahal mereka selalu sibuk dengan ibadah dan ketaatan, bertahlil/mendoakan kaum muslimin kapanpun ada/tidak adanya kematian. Jadi kita lihat bagaimana silaturahmi terjalin, asma Allah ditinggikan oleh semua lapisan masyarakat. Wallahua'lam bishowab

Friday, October 25, 2019

Islam bukanlah agama? (Untuk atheis jujur)

Pada saat menyatakan Islam adalah agama maka sesungguhnya maknanya menjadi sempit...

Karena Islam adalah fakta sejati dalam kehidupan. Jika kita berpikir Islam sebagai agama, maka sesungguhnya pemikiran kira akan digiring kepada suatu karya imajinasi dari manusia/produk budaya.

Untuk berislam sesungguhnya mudah. Terimalah! Terimalah! Terimalah fakta bahwa kita berasal dari Allah, dan bukti dari semua itu adalah konsistennya Allah mengirim utusan/Nabi/Rasul dan penyeru, sedangkan yang lain tidak. Di jaman ini, kita wajib menerima  Muhammad sebagai utusan yg lain sdh lewat. Itu dulu saja, gak usah berat-berat maka kamu sudah berislam. Renungilah 2 kalimat sederhana, Allah adalah Tuhan, Muhammad utusan, hingga benar-benar paham. Bila belum paham mintalah dipahamkan. Ya Allah yang mengaku Tuhan pahamkanlah aku bahwa Engkau Tuhan dan Muhammad utusanMu. Dan teruslah memohon," Tunjukkanlah jalan kepadaMu Allah, Zat yang menyatakan diri Tuhan semesta alam.

Jalan ini disebut Islam yg berarti penyerahan, tak usah berpikir, karena petunjuk yang akan mendatangimu......asal diminta, dan hatimu membuka pintu datangnya kebenaran......

Tuesday, October 22, 2019

Sederhana Memahami Takdir (bag2)



Hidup yg dianggap nyata ini adalah permainan dan dunia game yang  serius,  yang Allah ciptakan untuk menguji hambaNya. Informasi ini dibawa oleh seorang utusan/Nabi. Ini adalah konsep dasar yang harus dijadikan pegangan dasar bagi seorang muslim, dimana pemahaman dan pengakuan hati ini harus dinyatakan dalam bentuk eksplisit ucapan syahadat. Pun bagi orang yg belum paham dengan konsep ini, apabila yakin saja bahwa Pencipta semua ini adalah Allah maka cukuplah dia mendapatkan pertolongan.....

Kita manusia, tidak bisa mengubah apa yang Allah berikan dalam alam fisik/lahir (rupa, harta, karier, jabatan,pasangan, anak.dst Meskipun bisapun membutuhkan proses yang panjang dan izin dari Allah) namun manusia dapat mengubah apa yang ada dalam hati, seperti iman, cinta, benci, kufur, taat kepada Allah kapanpun mereka mau. Dan kesadaran hati ini diwujudkan dalam bentuk ketaatan. Dan disinilah kunci kesuksesan seorang hamba dalam menggapai keridhoan Allah Sang Pencipta. Dalam terminologi agama disiplin ilmu yang membicarakan wilayah hati ini disebut tasawuf. Maka apabila ada orang yang secara sembarangan mengharamkan ilmu tasawuf sama dengan menutup dirinya dari pintu utama menuju kepada Allah, dan mereka harus bersusah payah melewati pintu-pintu kecil syariat yang dibatasi oleh keadaan fisik.

Bagaimana dengan akal/pikiran? Allah mengilhamkan ide, gagasan, mood dalam pikiran semua manusia, sehingga disinilah ilmuwan menemukan rumus/teknologi, A mencintai B,  dst. Namun di wilayah ini adalah ujian terbesarnya, karena manusia dididik dari kecil untuk mempercayai akalnya, di alam pikiran bermain juga halangan2 yaitu nafsu dan setan.  Dimana mereka akan selalu menghalangi manusia dari ketaatan (kesadaran hati akan Allah). Dalam terminologi agama disebut sebagai lalai.(يلههم). Juga pikiran yang dituntun nafsu akan selalu dituntut untuk memenuhinya. Indikator nafsu menguasai adalah enggan bahkan benci kepada ketaatan. Jadi melawan nafsu adalah selalu melakukan dari yang berlawanan, seandainyapun mengikuti lakukan sekedarnya, misalnya makan, niatkan sekedar mengikuti perintah utk menegakkan badan agar bisa beribadah, mengikuti nafsu mengejar kuliner khusus yang jauh dan membutuhkan energi dan pengorbanan yan besar.

Allah SWT berfirman:

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ  ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
"Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya)."
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 3)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Jadi pikiran adalah wilayah yang diperebutkan oleh hati yang tunduk pada aturan Allah, atau nafsu yang ditunggangi setan. Siapa yang berkuasa biasanya akan tampak pada lahirnya, meskipun tak selalu demikian. Kenapa tak selalu? Karena bila setan sdh menutup dan merusak hati maka seorang ulamapun akan nampak indah zahirnya namun rusak niatnya/hatinya. Oleh karenanya ulama tasawuf seperti: Imam Ghozali, Abu Hasan AsySyadzili, Ibn Ataillah AsSakandari membedah tuntas kondisi-kondisi hati/batin ini agar manusia tidak tertipu oleh nafsu lawamah dan amarah yang buruk....naudzubillah mindzalik.


Jadi jangan terlalu tegang dalam dunia game ini, krn asal kita dari surga. Dalam surga perkara dunia yang hilang bisa dikembalikan bahkan lebih. Namun bila perkara akhirat hilang di dunia maka ia tak bisa kembali. Jangan lengah dengan hal ini.

wallahua'lam.

Wednesday, October 16, 2019

Dalil Imsak

Imsak Bid'ah?


بْنَ ثَابِتٍ – رضى الله عنه – تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِىُّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى الصَّلاَةِ فَصَلَّى . قُلْنَا لأَنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِى الصَّلاَةِ قَالَ كَقَدْرِ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً
“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu pernah makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, lalu beliau mengerjakan shalat. Kami bertanya pada Anas tentang berapa lama antara selesainya makan sahur mereka berdua dan waktu melaksanakan shalat Shubuh. Anas menjawab, ‘Yaitu sekitar seseorang membaca 50 ayat (Al-Qur’an).’ (HR. Bukhari no. 1134 dan Muslim no. 1097

Hati-hatilah, karena inilah dalil imsak, apabila masih mengatakan bid'ah maka bersiap-siaplah laknat itu akan kembali ke diri kalian. Imsak secara umum diartikan sebagai lampu kuning, bahwa sebentar lagi aian masuk subuh, jafi sungguh adalah peringatan. Imsak tidak pernah dipandang sebagai waktu mulai puasa/larangan makan. Yang mengatakan imsak larangan makan adalah anak muda masa kini yang baru dapat gelar DR, Lc,MA tapi gak pernah ikut pengajian, akibatnya jatuhnya fitnah. Menuduh imsak sebagai awal puasa. (Saran: banyak piknik di negara sendiri). Imsak adalah sunnah, sebaiknya menyudahi makan dan nantikanlah subuh dengan membaca kurang kebih 50 ayat Quran, bukannya menimbulkan kontoversi yang mengarah ke perpecahan.

Sabda Rasulullah yang artinya: Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan panggilan “kafir” atau “musuh Allah” padahal dia tidak kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh.
Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda,
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kata fasiq, dan menuduhnya dengan kata kafir, kecuali tuduhan itu akan kembali kepada si penuduh jika orang yang tertuduh tidak seperti yang dituduhkan. [HR Bukhari].---

Saturday, October 12, 2019

Hati-hati Dengan Kelompok Sahafi! Siapa mereka?

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)

Apakah orang yang otodidak dari kitab-kitab hadits layak disebut ahli hadits?

Syaikh Nashir al-Asad menjawab pertanyaan ini:
“Orang yang hanya mengambil ilmu melalui kitab saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama dan tanpa berjumpa dalam majlis-majlis ulama, maka ia telah mengarah pada distorsi. Para ulama tidak menganggapnya sebagai ilmu, mereka menyebutnya shahafi atau otodidak, bukan orang alim. Para ulama menilai orang semacam ini sebagai orang yang dhoif (lemah). Ia disebut shahafi yang diambil dari kalimat tashhif, yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari kebenaran. Dengan demikian, Sanad dalam riwayat menurut pandangan kami adalah untuk menghindari kesalahan semacam ini” (Mashadir asy-Syi’ri al-Jahili 10)

Al-Hafidz adz- Dzahabi berkata “al-Walid mengutip perkataan al-Auza’i:
“Ilmu ini adalah sesuatu yang mulia, yang saling dipelajari oleh para ulama. Ketika ilmu ini ditulis dalam kitab, maka akan dimasuki oleh orang yang bukan ahlinya.” 

Riwayat ini juga dikutip oleh Ibnu Mubarak dari al-Auza’i. Tidak diragukan lagi bahwa mencari ilmu melalui kitab akan terjadi kesalahan, apalagi pada masa itu belum ada tanda baca titik dan harakat. Maka kalimat-kalimat menjadi rancu beserta maknanya. Dan hal ini tidak akan terjadi jika mempelajari ilmu dari para guru”

Bid'ah Mendirikan Sekolah Agama

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Hadits 2Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. Muslim no. 867
Simak selengkapnya disini. K
Sumber :muslim.or.id/11456-hadits-hadits-tentang-bidah

Sekolah agama jelas merupakan bentuk ibadah dan perkara agama demikian menurut hadits Rasulullah Saw:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).

Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga, kemudian masih diragukan sebagai ibadah?!

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/42469-agar-aku-sukses-menuntut-ilmu-2-ikhlaskan-niatmu.html


1. Jadi sudah jelas bahwa sekolah agama adalah suatu bentuk peribadatan karena berisi pengajaran tauhid, ibadah, halal haram, (pengajian, taklim, qiroah,dst).

Namun saat ini banyak sekolah-sekolah yang yang tidak menjalankan sunnah-sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw


Bid'ah dan maksiat dalam sekolah:

1. Syrik kecil. Orang alim menghambakan diri kepada orang fasik, dan terikat pada aturan mereka. Saat orang fasik menginvestasikan hartanya untuk membangun sekolah-sekolah agama, maka sunnah tidak lagi ditegakkan karena orang fasik ini biasanya juga jahil tidak paham halal haram. Sunnah yang diajarkan para sahabat, para pencari ilmu (murid) mendatangi orang alim (ulama/guru) untuk belajar di majlis mereka, kini orang alim mendatangi majlis-majlis orang fasik untuk meminta-minta posisi untuk mencari nafkah. Setelah diterima, mereka rela terikat secara waktu dan tenaga, padahal Allah tidak pernah mengikat erat hambaNya sebagaimana jadwal kerja. Dimanakah keberkahan ilmu bila demikian?

2. Hubud Dunya. Karena orang fasik mendirikan sekolah untuk dunia, bila mereka berkilah kami tidak seperti itu, kami ikhlas karena Allah semata, mudah saja melihatnya apakah mereka memungut uang spp,uang gedung yg ditetapkan jumlahnya? Atau sukarela? secara otomatis orang alim yang mendatangi mereka menawarkan jasanya untuk mengajar juga akan ikut mencari dunia dengan tawar menawar upah. Perilaku demikian ini tidak ada di jaman Rasulullah Saw, sahabat dan tabi'in, dimana mereka berdakwah secara ikhlas lillahi ta'ala, membuka majlis2 di masjid, dan para pencari ilmu mendatangi mereka.

3. Melakukan kegiatan2 tertentu dengan jadwal tertentu,sepanjang tahun, semester, dst. Rasulullah Saw tidak membatasi waktu taklim beliau, jadi saat seorang menetapkan jadwal maka memenuhi kaidah bid'ah, yaitu sesuatu yang baru dan dilakukan terus menerus. Senin: Taklim Quran 80 menit, dilanjutkan taklim hadits 40 menit, dst. Padahal dalil urutan taklim, berapa lama taklim tidak ada dalilnya sama sekali.

4. Meninggalkan akad jual beli.
Dalam sekolah agama, orang alim menjual jasa, dan pemilik membeli jasa. Pemilik sekolah menawarkan jasa, wali murid membeli jasa. Kaidah taklim berubah menjadi suatu transaksi jual beli. Dalam sekolah agama hampir tidak ada akad jual beli saat penerimaan, bisa dimaklumi karena sekolah agama ini mengikuti kebiasaan orang kafir, tasyabbuh, jadi aturannyapun mengikuti mereka.

Wahai para alim, bukalah majlismu sendiri, dan tinggalkan majlis orang fasik dan janganlah kamu mengadakan bid'ah bernama sekolah.

Wahai para murid, jaga adabmu
Kembalilah pada majlis2 ulama yang enggan menerima upah atas dakwah mereka, namun mereka tidak menolak hadiahmu atas dasar cintamu kepada mereka.
datangi mereka, hirup ilmu mereka, jangan hinakan mereka untuk bekerja kepadamu.

 Tinggalkan sekolah-sekolah yang menjadikan orang alim pekerja dan orang fasik sebagai pemiliknya, jangan ikuti perilaku orang kafir, karena mereka akan menjerumuskan para ahli ilmu menjadi ahli dunia.

Namun demikian di ujung2 pedesaan, masih ditemukan ulama-ulama yang masih menjalankan sunnah, mereka didatangi oleh para murid, membuat taklim dan ibadah berdasarkan teladan salafussolihin, para murid membuat tempat tinggal mereka sendiri, memasak sendiri, memberi hadiah kepada guru mereka secara sukarela.

Bila anda mempunyai harta banyak dan ilmu minim jangan pernah berpikir mendirikan sekolah agama, wakafkan harta anda kepada orang alim yang membuka majlis, buatkan bangunan, perpustakaan, masjid dst, saat anda mendirikan sekolah agama maka anda akan menjadi orang yg su'ul adab kepada orang alim, dan merusak mereka. Naudzubillah. Sebaliknya dengan mewakafkan hartamu, maka engkaubakan mendapat pahala dan kemuliaan para murid dan guru. Wallahua'lam.

Monday, October 07, 2019

Kesimpulan Semua ini.....

Hidup di dunia ini untuk mengakui bahwa hanya hanya hanya Dia Allah Tuhan yg Esa, dan Muhammad utusannya sepanjang hidup, sudah cukup dengan itu saja hidupmu menjadi selamat.

Hidup di dunia ini tidak kekal, hanya sementara, karena asal kita adalah surga.

Hidup ini hanya permainan yang terkadang mengalihkan dari tujuan utama manusia di dunia, yaitu untuk menjadi ahli taat/ahli ibadah.

Hidup ini arena uji kesadaran dan kesabaran sebagai syarat untuk layak kembali ke surga.

Hidup ini hanyalah episode menjalani  'game 6D', dimana 3 D meliputi fisik, 4 pikiran, 5 perasaan, 6 spiritualitas. Apapun itu datangnya dari Tuhanmu, yang menyenangkan maupun menyakitkan. Yang terpenting hati yang selalu berdzikir, bersyukur, bersabar, yang dinilai adalah hati yang selalu ingat, tunduk, sabar, rindu dan cinta.


  • Bila seorang mengaku cinta, maka dia akan melakukan apapun yang dikehendaki oleh yang dicintai. Wahai manusia yang mengaku mencintai Allah dan Rasulnya sudahkah kalian mengerjakan apa apa yang Allah perintahkan, dan menjauhi apa apa yang dilarang?


Hidup ini sudah ditulis skenarionya, setiap karakter telah ditulis bagaiamana bentuknya, apa kemampuannya, kedudukannya, tempat tinggalnya, uangnya, pasangannya, dan bagaimana dengan potensi itu semua digunakan untuk ibadah, tunduk dan patuh kepada kehendak Allah.wallahua'lam

Saturday, October 05, 2019

Allah adalah Tuhan yg Konsisten Menyeru (utk para Atheis)


  • Allah adalah Tuhan yg konsisten menyeru bahwa Dia adalah Tuhan, yg lain tidak.
  • Allah adalah Tuhan yg konsisten mengirim utusan, yg lain tidak.
  • Allah adalah Tuhan yg konsisten mengklaim ciptaanNya, yg lain tidak.
  • Allah adalah Tuhan yg konsisten menyerukan kebaikan dan mencegah keburukan, yg lain mati.
  • Muhammad mebuat peradaban hanya dalam waktu 23 tahun dan eksis selama hampir 15 abad sedangkan yang lain tidak.
Kalo kalian yg masih mengatakan bahwa dunia ini ada dengan sendirinya (naturalis, rasionalis) maka sungguh kasihan, karena alam yang kamu agungkan menciptakan dirimu yg bisa ngebacot, ternyata gak pernah bisa mengklaim alam semesta ini. Jadi mari ikuti saya menjadi hamba Tuhan yang keren, Allah! Dan bersaksilah Tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.

Thursday, October 03, 2019

Semua Telah ditentukan Kadarnya

Semua telah ditentukan kadarnya, bebanmu, ujianmu, kesenanganmu, susahmu, anakmu, berat badanmu, jodohmu, .....

Bila demikian apa usaha kita?
Usahamu adalah menjadikan apa apa yg ada dihadapanmu bernilai ibadah.

Syukuri dan bagi saat senang, banyak sujud syukur,
Sabar saat susah, berdzikir, berdoa, mohon ampunan
Ingatlah Allah dalam setiap keadaan saat susah maupun senang karena yang ada dihadapanmu adalah pengaturanNya.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِى قَدَّرَ فَهَدٰى
"yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,"
(QS. Al-A'la 87: Ayat 3)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Monday, September 30, 2019

Bagaimana Kamu Mencintai Nabi Saw

Bagaimana kalian mencintai Nabi?

"Kami mencintai Nabi dengan menjalankan sunnah beliau.

Hanya itu?
Ya hanya seperti itu mencintai Nabi yg benar.

Apakah tak ada rasa ingin melihat, memeluk, mencium?
Itu tidak diperlukan, mengikuti sunnah lebih utama. Lagipula Nabi telah wafat

Bagaimana anda mencintai istri anda? 
Saya mencintai istri saya dengan memenuhi hak-haknya.

Apkah tanpa ada rasa memiliki, memandangi, memeluk, mencium?
Itu sudah tabiat orang yang mencintai dan sudah pasti keinginan itu ada.

Suatu saat ada seorang pria mengatakan bahwa dia mencintai istri anda dan selalu membayangkan mencumbu istri anda. 
Sudah tentu saya marah karena dia tidak pantas mengatakan itu.

Mengapa demikian, bukankah secara syariat pria itu tidak bermaksiat kepada istri anda? Apa yg dikatakannya hanya dalam angan dan rasa dalam hati?

" Oh silahkan saja pandangi dan hayalkan, selama anda tidak menyentuh dan memenuhi hak2 istri saya....!!!???!!! Bodohnya pernyataan ini...


Sedangkan untuk Nabi Saw, kalian mengatakan cukup menjalankan sunnahnya tidak perlu menumbuhkan kecintaan dalam hati, kemudian anda melabeli para pecinta maulid sebagai perbuatan ghuluw, menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai, Tuhan? Tunjukkan umat Islam mana yang menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai Tuhan? Apakah anda tak paham makna sholawat? Nama siapa yang menjadi subyek dan mana yang menjadi obyek?

Mencintai tidak hanya ditunjukkan dari perilaku fisik, namun juga suasana batin. Bahkan suasana batin ini lebih dominan.

Demikian pula mencintai Nabi Saw. Nabi Saw bukanlah kurir yg mengantar risalah semata, tapi beliau adalah WUJUD cinta Allah, dengan kata lain Cinta dan Kasih Sayang Allah yang berWujud, melalui beliauah kita bisa mengenal dan mencintai Allah, dari beliau kita kenal ibadah, taat ini adalah satu fakta bahwa melalui perantaraan beliau kita mengenal Allah dan apa apa yg dimaui Allah. Dan anda tetap ngotot berdoa langaung kepada Allah tanpa adab memuji kepada makhluk yang mengajari kita berdoa? 

Dengannya pula kita wajib mencintai dengan segenap rasa dan perbuatan. Kondisi batin ini yang ditumbuhkan dalam setiap perayaan maulid. Betapa perjuangan,pengorbanan beliau Saw begitu besar kepada umatnya. Jadi hormati kami yang menumbuhkan rasa cinta, membayangkan, bertatapan, memeluk, mencium beliau Saw, kalau kau tak demikian dan menganggap perbuatan ini memasukkan kami ke neraka, saran saya doakan kami, dan serahkan pada Allah semata, kami beterimakasih atas peringatanmu, namun maaf, kami sudah terlanjur cinta kepada Nabi dan beginilah penafsiran kami tentang bagaimana cara kami mencintai Nabi dalam menjalankan sunnah dan perintah Allah sekaligus, banyak mengirimkan sholawat kepada beliau, mendengar kisah kelahiran beliau, dan bergembira  atas diutusnya beliau ke alam dunia, yang kami rayakan dalam bentuk acara Maulidur Rasul.

wallahua'lam.

Jangan Sibukkan Dirimu Memasukkan Saudaramu ke Neraka

Wahai saudara se-Islam, janganlah menyibukkan dirimu dalam memasukkan saudaramu ke neraka. Karena perbuatan tersebut berseberangan dengan misi Rasulullah Saw sebagai "Rahmat bagi Semesta Alam". Rasulullah Saw, sibuk dengan permohonan ampun kepada Allah kepada hambaNya yg bersyahadat, meskipun dia orang fasiq.

Lihatlah bagaimana Nabi-nabi terdahulu diingkari kaumnya utk sekedar, mengakui Laa ilaha illallah, sekarang saat saudaramu telah bersyahadat engkau sibuk menyumpahinya ke neraka dengan dalil isbal, tahlil, dan ziarah kubur...ck..ck..ck.

Herannya kaum kafirin tidak menjadi obyek dakwahmu, tidak menjadi sasaran tajamnya lidahmu, dan kau bisa membiarkannya dg alasan ..Udah kafir ini ngapain diurusin.. Mengapa hal yang sama tidak kau katakan kepada saudaramu " Kita menyembah Tuhan yg sama, Lana a’maaluna walakum a’maalukum, kita bersatu dwngan hal yang kita sepakati. ini adalah perkataan utk saudara seislam, bukan utk orang kafir, jelas utk orang kafir lakum dinukum waliyadin. Waalahua'lam.

Wednesday, September 25, 2019

Menuduh Dusta atas Nama Nabi Saw

Berbohong Atas Nama Nabi Muhammad Saw

Sunan Tirmidzi meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam ar Rifa’i telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyasy telah menceritakan kepada kami Hasyim dari Zirr dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang berbohong kepadaku dengan sengaja maka hendaklah mempersiapkan tempat duduknya di neraka.”

Berbohong atas nama Nabi Muhammad, memalsukan hadits, menisbatkan suatu perbuatan kepada beliau, mengaku-ngaku bernasab kepada beliau, mengaku berjumpa ataupun berdialog dengan beliau.

Hal di atas sudah sangat jelas. Yang perlu diperhatikan adalah bagi kaum awam yang tidak berilmu jangan ikut2an menjatuhkan vonis "Berdusta atas nama Nabi" kepada seseorang "terduga" pendusta. Mengapa demikian?

1. Awam tidak tahu ilmu hadits yg jumlahnya jutaan, bagaimana bila hadits itu benar ada hanya belum terangkum dalam kitab sahih, namun masih diturunkan sanadnya secara khusus.

2. Bagaimana bila orang itu memang bernasab kepada Nabi Saw? Bagi yang sering menuduh Habib-habib di Indonesia palsu.

3. Bagaimana bila orang itu memang ditemui Nabi Saw dalam mimpi maupun langsung ?

Bukankankah kemungkinannya ada dua: perkataan anda benar, terus kalo benar manfaatnya apa, khawatirnya malah anda larut dalam kebencian dan ujub. Kemungkinan kedua anda salah dan  anda sendiri yang menjadi "ingkar pada kebenaran" alias berdusta atas nama Nabi? Naudzubillah min dzalik

CUKUPLAH HUKUM ALLAH BERLAKU BAGI PARA PENDUSTA, JANGAN LIBATKAN DIRIMU DALAM KEMUNGKINANNYA YANG DAPAT MENJERUMUSKAN DIRIMU SENDIRI

Thursday, August 22, 2019

Dalil Perayaan Maulid dan Mengapa Sahabat dan Tabiin tidak merayakannya?

Dalil Perayaan Maulid dan Mengapa Sahabat dan Tabiin tidak merayakannya?

1. QS. Ibrahim (Nabi Ibrahim) – surah 14 ayat 5 [QS. 14:5]
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا مُوۡسٰی بِاٰیٰتِنَاۤ اَنۡ اَخۡرِجۡ قَوۡمَکَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ ۬ۙ وَ ذَکِّرۡہُمۡ بِاَیّٰىمِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ صَبَّارٍ شَکُوۡرٍ
 Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. ―QS. 14:5

Tafsir Ibnu Katsir
Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
Allah menyebutkan dalam firman-Nya, “Sebagaimana Kami mengutus­mu, hai Muhammad, dan Kami turunkan kepadamu Alquran agar kamu mengeluarkan semua manusia dari gelap gulita menuju terang benderang melalui semanmu kepada mereka. Begitu pula Kami telah mengutus Musa kepada Bani Israil dengan membawa ayat-ayat Kami.” Mujahid mengatakan bahwa semua ayat itu berjumlah sembilan buah. …Keluarkanlah kaummu. Artinya, Kami perintahkan kepada Musa melalui firman Kami kepadanya: Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang. Yakni serulah mereka kepada kebaikan agar mereka dapat keluar dari kebodohan dan kesesatan yang selama itu mengungkung mereka dalam kegelapannya, menuju kepada cahaya petunjuk dan keimanan. …dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Maksudnya, ingatkanlah mereka kepada pertolongan-pertolongan Allah dan nikmat-nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada mereka, yaitu Allah telah membebaskan mereka dari cengkeraman Fir’aun, perbudakan, kezaliman, dan angkara murkanya, dan Allah telah menyelamatkan mereka dari musuh mereka, telah membelah laut buat mereka, memberikan naungan awan kepada mereka, menurunkan Manna dan Salwa kepada mereka, serta nikmat-nikmat lainnya.

Demikianlah menurut cerita Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Hal yang sama telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu’ yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad ayahnya. Di dalam kitab Musnad itu disebutkan bahwa: telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abdullah maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aban Al-Ju’fi, dari Abu Ishaq, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibnu Ka’b, dari Nabi  sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala : …dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Bahwa yang dimaksud dengan hari-hari Allah ialah nikmat-nikmat Allah.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Aban dengan sanad yang sama. Hadis ini diriwayatkan pula oleh anaknya (yaitu Abdullah ibnu Ubay ibnu Ka’b) secara mauquf, dan riwayat inilah yang lebih mendekati kepada kebenaran. Firman Allah subhanahu wa ta’ala : Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. Yakni sesungguhnya dalam apa yang telah Kami perbuat kepada kekasih-kekasih Kami —kaum Bani Israil— ketika Kami selamatkan mereka dari cengkeraman Fir’aun dan dari siksaan yang menghinakan yang menindas mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi setiap orang yang penyabar dalam menghadapi kesengsaraan, lagi bersyukur dalam keadaan-keadaan makmur. Qatadah mengatakan, “Sebaik-baik hamba ialah orang yang apabila mendapat cobaan, bersabar, dan apabila diberi nikmat, bersyukur.”

Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah  pernah bersabda: Sesungguhnya perkara orang mukmin mengagumkan seluruhnya, tidak sekali-kali Allah memutuskan ketetapan baginya, melainkan hal itu baik baginya. Jika tertimpa musibah, ia bersabar, dan sabar itu adalah baik baginya. Apabila mendapat kegembiraan, ia bersyukur, dan bersyukur itu adalah baik baginya.

Peringatan adalah bentuk menjalankan perintah," Ingatlah hari-hari Allah (nikmat Allah yang menurunkan Nabi Muhammad, menuntun kita dari kegelapan menuju terang  ...

Allah SWT berfirman:

الٓر  ۚ كِتٰبٌ أَنْزَلْنٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلٰى صِرٰطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
"Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 1)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Nikmat apalagi yg lebih besar daripada iman dan Islam? Jadi memperingati hari dimana Allah memberikan nikmat dengan diutusnya Nabi Muhammad memenuhi syarat sebagai hari Allah sangatlah nyata dan terang benderang.

Kegiatan apa saja dalam maulid Nabi Saw?
1. Dzikrullah.(dalil jelas)
2. Membaca tarikh tentang kelahiran Nabi Saw.(dalil jelas)
3. Mengirimkan sholawat kepada Nabi Saw.(dalil jelas)
4. Mendengarkan tausyah kemuliaan Nabi Saw.(dalil jelas)
5. Doa-doa. (dalil jelas)
6.. Makan bersama. {dalil jelas)
7. Silaturahmi.(dalil jelas)
8. Waktunya bebas. Perlu dicatat, peringatan maulid tidak hanya pada tanggal 12 Rabiul awal saja, bahkan setiap haripun boleh.

Sebagaimana hal-hal baru seperti nahwu, shorof, mantiq, balagoh, ma'ani, fiqih, ushul fiqih,  dst. Maka Maulid adalah sesuatu hal baru yang merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan RasulNya, yang disusun atas perintah Allah dan berdasarkan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.

Apakah Rasulullah tidak merayakan kelahirannya?
Rasulullah Saw jelas memperingati hari kelahirannya.

Dari Abu Qatâdah Radhiyallahu anhu , sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Senin, maka beliau menjawab: “Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus, atau hari mulai diturunkannya wahyu”. [HR Muslim].


dari sini perlu diperjelas terlebih dahulu bahwa  memperingati hari kelahiran Nabi adalah sunnah secara hukum dan Rasulullah menyertakannya dengan kata diutus dan menerima wahyu. 

Adapun caranya juga mengikuti sunnah-sunnah Nabi Saw.


Mengapa Rasulullah tidak memperingati sebagaimana sebagian umat Islam hari ini?


1.Yang jelas adalah ketawadhuan beliau melebihi semua manusia yang tawadhu. Dimana Rasulullah Saw tidak ingin terlalu disanjung secara personal, namun bukan terlarang secara mutlak, karena Allah sendiri yang menyanjung beliau.Al Ahzab:56.

2. Rasulullah sedang menuliskan sejarahnya bersama sahabat.

3. Rasulullah bersama sahabat berdzikir,berperang, makan, minum, sholat, bersama Rasulullah Saw, artinya mereka merayakan maulid setiap saat karena Nabi Saw hidup bersama mereka dan mereka menikmati  kebersamaan bersama Nabi Saw.

4. Demikian jaman tabiin, sahabat selalu menceritakan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.dengan redaksi masing-masing, dan membayangkan seakan-akan Rasulullah Saw ada di tengah2 mereka. Majlis-majlis ini dilakukan hampir setiap hari, di masjid-masjid, sehingga mengenang Rasulullah Saw ini masih mampu membawa nostalgia nan syahdu bersama Rasulullah Saw. Kegiatan ini tidak dilabel sbg maulid, sebagai pembacaan tarikh.

5. Nabi tidak melakukan sesuatu yang dikhawatirkan akan menjadi kewajiban, sebagaimana riwayat sholat tarawih.

komen:
Para ahli tafsir sudah menyampaikan bahwa merayakan hari hari Allah adalah perintah untuk mengingat nikmat-nikmat Allah, bagi kaum muslimin nikmat manalagi yang melebihi dari kelahiran Nabi Muhammad Saw? Bila kita diperintahkan Allah mengambil pelajaran dari kaum2 yang diazab, dan juga diselamatkannya bani israel dari firaun. Mengapa memperingati Hari lahirnya Nabi Saw yang menjadikan kita Islam dan beriman kepada Allah menjadi sesuatu yang menyebakan kita masuk neraka? Subhanallah

Maulid diperlukan saat ini karena jauhnya umat dengan ajaran Rasulullah Saw, sunnah-sunah dibaca, dipelajari, dan diajarkan tanpa menghadirkan Rasulullah Saw dalam jiwa, tanpa kelembutan dan kasih sayang, sehingg hilanglah cahaya sunnah-sunnah Rasulullah Saw.

Bermunculan dai dai pencaci, yang jauh dari akhlak Rasulullah Saw yang melaknat saudaranya dengan menyebut mereka sebagai ahlul bid'ah penghuni neraka," Takutlah kalian wahai pencaci bahwa laknat itu akan kembali kepada kalian. Toh seandainya perbuatan maulid ini dimurkai Allah semestinya anda serahkan saja kepada Allah tanpa mengambil resiko laknat akan kembali kepada kalian. Kaum terdahulu diazab karena menolak ketauhidan, dan janganlah menjadi manusia yang sibuk memasukkan saudara muslimnya ke neraka setelah beriman kepada Allah dan RasulNya. Wallahua'lam bishowab.
⚡ Selengkapnya: https://risalahmuslim.id/quran/ibrahim/14-5/