Friday, September 02, 2011

Asy-Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadany


*sebuah catatan kecil: Ulama yang sangat dikenal oleh ulama-ulama dunia, namun sedikit dikenal oleh bangsa Indonesia sendiri, salah satu keutamaan beliau hampir tidak ditemukan kritik maupun celaan/fitnah terhadap perkataan atau ilmu yang beliau sampaikan, karena hadits-hadits bersanad yang dimiliki beliau dipakai oleh banyak mazhab dan kelompok.

*musnid: seseorang yang memiliki/hafal/memiliki sanad/memiliki hak meneruskan hadits dengan periwayatnya  yang terdiri jutaan hadits, mengetahui kuat lemahnya hadits. Seorang musnid secara otomatis adalah muhadits, karena secara otomatis mengetahui kelemahan dan kesahihan suatu hadits, karena jalur periwayatan dan kitab sudah terekam kuat dalam ingatan, namun tidak berlaku sebaliknya seorang muhaddits belum tentu musnid. Jadi apabila anda menemukan seorang yang mengklaim ahli hadits, boleh anda tanyakan sanad yang mereka miliki, karena banyak sekali orang pintar pembaca kitab yang mengklaim ahli hadits tanpa memiliki sanad. Hal ini sangat tercela, mengapa? Karena sesuai kebiasaan para ulama sejak jaman Nabi Saw, bahwa ilmu yang diturunkan memiliki sanad yang sah yang kuat serta keterangan-keterangan yang menyertainya. Ahli hadits tanpa sanad celanya adalah, tidak ada dialog, tidak ada jaminan kesalahan cetak, catatan2 tentang hadits, riwayat dari periwayat, dan seterusnya. Hal  ini seperti rusaknya agama Nasrani dengan hadirnya paulus, sosok tidak amanah yang mengaku mendapat pencerahan kemudian mengobrak-abrik injil, dan pengikutnya membunuhi pemilik injil yang asli.
Hadits-hadits bersanad datang dengan ilmu, amanah, ketelitian, orang-orang yang dapat dipercaya dan seandainya ditulis maka tulisan tersebut sudah diperiksa oleh pemilik-pemilik sanad. Hal ini sangat jelas seperti diterapkan pada para penghafal Quran. Dimana penghafal yang tidak memiliki sanad belum dianggap sah, dan belum boleh mengajarkan Quran dalam arti sesungguhnya. Seorang muslim hendaknya terus mempertahankan tradisi menurunkan ilmu dengna sanad ini. Kitab-kita yang ditulis oleh ahli hadits dan ahli sanadpun tidak bisa dipakai sembarangan untuk memberikan fatwa atau mengkritisi suatu hadits, karena seorang pengkaji kitab tanpa guru tidak mengetahui betul keterkaitan satu hadits dengan hadits lainnya secara utuh. Salah satu kehancuran umat Islam abad ini adalah banyak disanjungnya orang-orang yang tidak memiliki sanad. Mereka dipuji dan dipuja sebagai ulama yang berilmu. Ulama-ulama tanpa sanad ini  bicara ini itu dan berfatwa ini itu dan bahkan balik menyerang ulama-ulama yang bersanad. Mereka  menyerang dan mempertanyakan tujuan sanad, bahkan menyerang sanad yang dimiliki hanya untuk mengesahkan kebenaran berkiblat kepada 'ulama' hadits tanpa sanad mereka. Ulama-ulama tanpa sanad dan pengikutnya ini membuang ke tong sampah ilmu sanad, dengan mengatakan kitab-kitab shahih boleh dibaca dan dipelajari secara bebas tanpa guru. naudzubillah min dzalik.
Indikator sanad ini pula yang saudara-saudara bisa jadi rujukan, bila ketemu orang yang berbicara banyak tentang hukum, fatwa, hadits, dan mencela kelompok lain, maka pertanyakan sanad Quran dan sanad haditsnya. Apabila mereka marah, dan berusaha menutupi keterputusan mereka dari sanad, maka tinggalkan orang ini, karena mereka tidak lebih dari pengkaji-pengkaji kitab yang pandai semata namun tidak memiliki guru yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini terjadi pada umat nasrani dimana mereka menggunakan kitab suci baru yang ditulis oleh seorang pintar bernama paulus yang tidak pernah bertemu dengan Isa as yang mengaku dan diakui mendapat pencerahan sehingga berhak mengacak-acak Injil asli menjadi seperti sekarang ini, seperti pengajaran trinitas, pembolehan makan babi, dan menghilangkan tradisi khitan, naudzubillah. Dan gejala yang sama muncul di kalangan umat Islam, datang suatu paham yang mengkafirkan ini, membid'ah itu, mencela mazhab, mengatakan bahwa bahwa sanad si ini cacat sanad si itu cacat hanya berdasarkan kajian kitab dan subyektifitas satu orang saja, dengan penguat 'bahwa orang jenius ini lebih baik dari pemilik sanad manapun' naudzubillah min dzalik.

*salah satu murid beliau yang terkenal adalah Syaikh Ali Jum'ah, yang merupakan Grand Mufti Mesir. http://www.aligomaa.net/ dimana Syaikh Yassin disebut sebagai salah satu guru beliau. Ali Jum'ah sendiri sangat disegani karena hafalan haditsnya, apalagi gurunya tentu.

*Syaikh Abdul Hamid al Betawy adalah orang yang ditunjuk sebagai ba'dal beliau.

*Tidak berlebihan apabila para ulama mengatakan bahwa tidaklah semua kitab-kitab hadits yang ditulis hari ini melainkan beliau memiliki sanadnya, Subhanallah.

*Dalam periwayatan sanad, seorang murid selalu memuji guru-gurunya dan tidak pernah merasa lebih, apalagi merasa melakukan perbaikan, karena hampir mustahil bahwa seseorang yang jauh dari sumber (Nabi SAW) memiliki informasi yang lebih akurat, sesuai dengan hadits:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :“Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) & kemudian orang-orang yg mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

Ini adalah pemahaman yang dianut oleh kelompok mayoritas muslim Indonesia, bahwa seorang yang datang kemudian tidak mungkin lebih baik daripada generasi sebelumnya. Karena apabila demikian jelas bertentangan dengan hadits di atas dan menyebabkan pengkultusan individu melebihi kelompok tabi'in, sahabat, hingga Nabi Saw.

Asy-Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadany 
(salinan dari buku dengan judul Biografi Singkat Asy-Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadany)
oleh Muhammad Zakwan Abdul Hamid al-Betawy (putra Syaikh Hamid al Betawy yang juga sempat belajar dengan Syaikh Yasin)

Ilmu sanad adalah sebagian dari pada ilmu mustholah hadits, yang diantara faedahnya adalah menjaga kebenaran dan kemurnian hadits Rasulullah Saw yang merupakan sumber syariat Islam setelah Al Quranul Karim hingga hari kiamat.

Imam Sofyan Al-Tsauri berkata:

"Meriwayatkan hadits dengan sanadnya adalah senjata orang mukmin"

Oleh karena itu para sahabat ra sangat memperhatikan sanad. Termasuk sahabat Abdullah bin Mas'ud ra, dimana beliau bersusah payah pergi dari Kufah ke Madinah dalam rangka belajar dan mendengar hadits langsung dari Sayidini Umar bin Khotob r.a.

Alhamdulillah, di abad 20, Allah menghadirkan seorang ulama asal Indonesia (Padang), kelahiran Mekah bernama Muhammad Yasin bin Muhammad Isa. Beliau sosok yang sangat berbakti kepada orangtua dan guru-gurunya. Hidupnya dihabiskan untuk mencari ilmu dan mengajarkannya. Jumlah gurunya tercatat sebanyak 700 orang lebih . Beliau rajin menulis dengan jumlah tulisan hingga seratus kitab. Hinggal beliau dijuluki ahli hadits, ushul, dan falaq.

Beliau menyelusuri ke pelosok dunia mencari riwayat hidup guru-gurunya, yang sebagian adalah ulama-ulama dari Indonesia seperti: As Syeikh Al-Kiyai Ihsan bin Abdullah, As Syeikh Al-Kiyai Ahmad Marzuqi bin Hamid As Surbawy, As Syeikh Al-Kiyai Bakry bin Sayid bin Arsyad Al Bantany, As Syeikh Al-Kiyai Ahmad Baidhowi bin Abdul Aziz Al Lasamy, As Syeikh Al-Kiyai Jam'an bin Samun At Tanggerany, As Syeikh Al-Kiyai Shiddiq bin Abdullah Al Lasamy, As Syeikh Al-Kiyai Abdullah bin Muhammad Azhary Al-Palembany, As Syeikh Abdul Wahab bin Hasbullah Al Jumbany, As Syeikh Al-Kiyai Marzuqi bin Mirshod al Betawy, As Syeikh Al-Kiyai Ma'shum bin Ahmad al Lasamy, As Syeikh Al-Kiyai Jami' bin Abdurrosyid Ar Rifai Al Bugisy, As Syeikh Al-Kiyai Muhsin bin Muhammad Banhasan As Surbawy, Kyai Ahmad Chotib Termas, Kyai Nawawi Banten, Kyai Muchtar Bogor, Kyai Arsyad Banjar dst..

Beliau sangat rajin mengajar, kebanyakan ulama Indonesia, Malaysia, Thailand, Manila, Mesir, Saudi, Yaman, dst. Salah satu karomah beliau adalah beliua juga mengajar golongan jin. Syekh Muhammad Yasin pernah bercerita kepada saya, bahwa jin juga mempunyai mesjid, musholla, majelis ta'lim dan dzikir sebagaimana manusia. Jika sedang diadakan dzikir jinpun datang untuk bersama-sama berdzikir.

Beliau sebagaimana sahabat-sahabat ra dan ulama-ulama terdahulu yang mengorban jiwa dan hartanya menemui ulama-ulama di seluruh penjuru dunia untuk mengumpulkan sanak-sanad dari berbagai cabang ilmu agama, sehingga beliau disebut sebagai Musnid Dunia. Beliau berusaha merangkaikan nama muridnya kepada ulama-ulama di dunia yang muttashil kepada Nabi Muhammad Saw.

Oleh karena itu kita ummat Islam bangsa Indonesia bahkan umat Islam seluruh dunia, wajib bersyukur dan beterimakasih kepada Allah Swt yang mengutus ulama (seperti beliau) sebagai pewaris Nabi Besar Muhammad Saw, Sang Nabi Akhir Jaman yang bertugas menyampaikan, membaca, dan menjelaskan ayat-ayat Allah serta menyelamatkan manusia dari malapetaka dunia maupun akhirat. Kemudian kami berdoa semoga otobiografi ini bermanfaat. amin.

Wassalamualaikum, wr.wb

Jakarta, 14 Shofar 1414 H/3 Agustus 1993

Abdul Hamid bin Abdul Halim Addary


MUQODDIMAH

Segala puji bagi Allah Swt yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah dan mengajarkannya dengan perantaraan qalam apa-apa yang belum diketahuinya. Shalawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad Saw, pembela dan penyelamat ummat dari alam kesesatan.

Sungguh sangat menggembirakan dan menenangkan hati, kalau ada orang yang dapt mengikuti jejak para ulama salaf yang shaleh dari ulama hadits dalam memperoleh ilmu dan mengajarkannya di segala penjuru dunia Islam. Dan sudah menjadi Hikmatullah, setiap abadi tidak pernah absen dari orang yang akan menyelamatkan dan menjaga agama dar kehancuran. Pada abad ni ilmu sanad dan riwayat hadits hampir tenggelam. Padahal ilmu tersebut adalah salah satu ilmu agama terpentng serta merupaka bagian dari agama. Jika ada orang yang membangkitkan serta menghidupkan kembali ilmu tersebut, maka salah satunya adalah : ABUL FAIDH 'ALAMUDDIN FALAKUL HIJAZ MUSNID DUNYA ASY SYEIKH MUHAMMAD YASIN BIN MUHAMMAD ISA AL FADANY AL MAKKY, maka dengan inayah Allah Swt dan rendah hati, kami berusaha untuk menulis Biogrfi Singkat Musnid Dunia tersebut, dengan harapan bisa mengambil manfaat dan tauladan yang baik darinya. Dan apabila dalam penyajiannya kurang aik, maka senang hati dan tangan terbuka kami mohon bimbingannya.

Jakarta, 31 Juli 1993
Penyusun

NAMA DAN GELAR

Beliau ernama Muhammad Yasin, Putra Syeikh Muhammad Isa berasal dari kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia, dan masih termasuk keturunan Sayidina Hasan dan Husen cucu Rasulullah Saw, tetapi beliau belum pernah mencantumkan lafadz Al-Hasanain diantara deretan nama beliau. Hal ini dilakukan beliau agar terhindar dari fitnah dunia, yang penuh dengan rasa hasut dan dengki. Di sampin itu beliau bergelar, MUSNID DUNIA, sebuah gelar yang sangat langka, bahkan tidak ada yang memiliki gelar tersebut pada zamannya. Beliau memiliki semua sanad kitab-kita hadits shohih, mutawatir, hasan, doif, masyhur, maupun para penulisnya.Hal ini sesuai kesaksian para ulama dunia, yaitu: Fadhilatul Syekh Al-'Alim al-'Alamah Al Muhadits Al Ushuly Assayid Abdullah bin Muhammad Ash Shidiq al Ghumary (pada musim haji 1401 H): Sebelum kami menetapkan bahwa guru kami yang bernama Assayid Ahma Rofi' Athonthowy adalah "Musnid Al Ashry", tetapi sekarang Syeikh Muhammad Yasin Al Fadany adalah Musnid Ad Dunya.

Adapun nama lengkap beliau: "Alamuddin Abul Faidh Musnid Ad Dunia Asy Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al Fadany Al Makky As Syyafi'ie Al Hasany



USAHA-USAHANYA DALAM MENUNTUT ILMU

 Bertolak dari firman Allah Swt, yang berbunyi
أَمَّنۡ هُوَ قَـٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدً۬ا وَقَآٮِٕمً۬ا يَحۡذَرُ ٱلۡأَخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦ‌ۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ‌ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ 



Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Az Zumar:9



ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (١) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مِنۡ عَلَقٍ (٢) ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ (٣) ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ (٤) عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ (٥
 
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al Alaq 1-5.


إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

Nabi Saw bersabda: apabila anak Adam mati, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga perkara: Shodaqoh yang berjalan terus menerus, atau ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang senantiasa mendoakannya. (HR.Muslim)


أُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلىَ اللَّهْدِ
Tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahat.

Mulailah beliau menuntut ilmu pada orangtuanya yang bernama Syeikh Muhammad Isa bin Udek dan pamannya bernama Sheik Mahmud dengan membaca Al Quran dan Fiqih, sertah menghapal beberapa matan  diantaranya: Tauhid, Fiqih, Faroidh, dan Mustholah. Kemudia beliau melanjutkan ke Madrasah Shalatiyah sekitar tahun 1346 H, dan melanjutka ke Madrasah Darul Ulum sampai 1353 H. Disamping itu beliau aktif mengikuti pelajaran di Masjidil Haram dengan sistem halaqoh yang diajarkan oleh Masyayikh Az Zaman. Karena dihantui rasa tidak cukup dan kurang puas, maka beliau menimba ilmu lainnya di kediaman Masyayikh lainnya, baik di kota Makkah, Thoif, maupun Madinah. Beliau memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat mengungguli rekan-rekannya bahkan Masyayikh Zaman merasa kagum terhadapnya. Maka tidak heran kalau rekan-rekannya banyak datang untuk menuntut ilmu darinya.

Di samping itu beliau mempunya perhatian dini dalam meriwayatkan hadits dan mendengarnya, kemudian beliau mulazamah antara lain pada:

  1. Al 'alim Al Kabir Al Alamah Muhadits Al Haromain As Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrosy.
  2. Al 'Alamah Muhammad Ali bin Husen Al Maaliky.
  3. Al 'Alamah Al Faqih As Syeikh Umar Baajunaid Mufty Syafi'i
  4. Al 'Alamah Al Kabiir wal Faqih  Asyahiir Assyeikh Sa'id Yamaany.
  5. As Syeikh Hasan Yamaany.
Dari ketiga gurunya ini, beliau dapat menguasai ilmu fiqih dan qowaidnya (wahum 'umdatuhu fil fiqhisy-syafi'i) dan banyak lagi yang lainnya. Karena semangatnya dalam menuntut ilmu  dan mendapatkan ijazah yang kuat dari Masyaikh Al Kibaar, maka beliau pun pergi keluar kota antara lain Madinah Al Munawaroh, Thaif, Riyadh, Yaman, Mesir, Siria, Kuwait, dst

Pada saat itu Saudi termasuk negara terbelakang, fasilitas transport sangat minim, yaitu safinatushohro/syuqduf. Kendaraan ini biasa digunakan oleh anggota masyarakat untuk menempuh Mekkah-Madinah. Untuk menempuhnya diperlukan waktu berhari-hari. Salah satu karomah beliau adalah tunduknya ruang dan waktu, dengan pulang pergi sehari 2x guna menimba ilmu-ilmu pengetahuan dari para masyayikh. Fakta ini banyak disampaikan oleh para muridnya, bahkan tidak sedikit yang menjadi saksi keberadaan beliau di beberapa tempat dalam waktu yang hampir bersamaan. Hal ini juga terjadi tidak hanya di tanah Arab, namun juga di belahan dunia lainnya, fakta ini juga tidak terbantahkan karena tidak adanya pesawat saat itu, dan juga para ulama-ulama yang menjadi saksi hidup. Sehingga tidak mengherankan apabila beliau memiliki guru lebih dari 700 orang dari seluruh penjuru dunia.

Kejadian demikian bukanlah suatu yang mustahil jika Allah Swt menghendakinya. Ini merupakan anugrah Ilahi yang diberikan kepada hamba yang dicintaiNya, serta dekat denganNya. Seperti halnya pengikut Nabi Sulaiman As yang dapat memindahkan Istana Ratu Balkis dengan sekejap mata, padahal jaraknya cukup jauh, serta peristiwa yang sama-sama telah yakini, yaitu Isro Mi'roj Nabi Muhammad Saw.

Daerah atau kota, kadang-kadang dapat menopang atau membantu seseorang dalam menuntut ilmu. Seperti kota Makkah Al Mukaromah umpamanya apabila musim haji tba, beliau senantiasa memonitor  ulama-ulama yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk memenuhi panggilan Nabi Ibrohim As yaitu melaksanakan ibadah haji. Maka dengan perantaraan Masyasyikh Al Hujaj, beliau mengunjungi ulama-ulama tersebut untuk bersilaturahmi sekaligus menuntut ilmu dan mendapatkan ijazah-ijazah, jika ada yang terlewat beliau lakukan sejak berusia muda, ini juga yang menjadikan beliau memiliki guru lebih dari 700 orang baik pria maupun wanita. Yang mampu menyaingi dalam jumlah guru hanyalah Fadhilat Assyeikh Abdul Hay Al Kattany, dengan 500 orang guru.

Guru-guru beliau antara lain (..smtr tidak ditulis kitabnya)

A. Al Haromain (Makkah dan Madinah)
  1. Asyekh Ibrohim bin Daud Fathony
  2. Asyekh Ibrohin bin Musa Al-Khizamy
  3. Assayid Abu Bakar bin Saalim Al Baar
  4. Asyarief Ahmad bin Abu Bakar Al Faasy Al Maaky
  5. Assayid Ahmad bin Abdullah bin Shodaqoh Dahlan Al Makky
  6. Al Muqri Ahmad bin Abdullah al Mukholallaty Al Makky
  7. Al Qoodhi Ahmad bin Abdullah Naadhirin Al Makky
  8. Assayid Muhammad Amin bin Muhammad Kutby Al Makky
  9. Asyeikh Ahmad bin Muhammad Manshur Al-Makky
  10. Asyeikh Ahmad bin Mudlhir Al Adawy 
  11. Assayid  Ahmad bin Yasin Al Khiyaary
  12. Asyeikh Ahmad bin Yusuf bin Muhammad Sa'id Gusti
  13. Asyeikh Muhammad Ahyad bin Muhammad Idris Al Bogory Al Makky
  14. Asyeikhoh Amatullah binti Abdul Ghoni Ad Dahlawiyyah Al Madaniyah
  15. Asyeikh Muhammad Amin bin Aly Al Makky
  16. Asyeikh Muhammad Amin bin Muhammad Suwaid Ad Dimasyqy
  17. Asyeikh Hasan bin Sa'id Yamaany
  18. Asyeikh Hasan bin Muhammad Masysyath Al Makky
  19. Al Muhadits Husein Ahmad bin Habibullah Al Madany
  20. Asyeikh Husein bin Abdul Ghoni Al Palembany Al Makky
  21. Asyeikh Khalifah bin Hamad An Nabhaany Al Makky
  22. Asyeikh Raden Muhammad Sulaiman Ambon Al Makky
  23. Asyeikh Zubair Filfilan bin Ahmad Ismail
  24. Asyeikh Muhammad Zakaria bin Muhammad Yahya Al Madany
  25. Assayid Zaky bin Ahmad Al Barzanjy Al Madany
  26. Asyeikh Sa'id bin Muhammad Yamaany Al Makky
  27. Asyeikh Muhammad Sulthon Al Ma'shuumy
  28. Asyeikh Sholeh bin Muhammad Al Kalantany Al Makky
  29. Assayid Muhsin bin Aly Al Musawa Al Palembany Al Makky
  30. Asyeikh Muhammad bin Hamzah Al Misry Al Makky
  31. Assayid Muhammad Al Murzuqie bin Abdurrohman al Makky
  32. Asyeikh Mahmud bin Udek Al Fadany
  33. Asyeikh Muhyidin bin Shobir Al Bukhory
  34. Asyeikh Mukhtar bin Utsman  Makhdum Al Bukhory Al Makky
  35. Asyeikh Muhammad Abdul Baqi bin Aly Al Ayubie Al Laknawi
  36. Asyeikh Abdurrohman bin Karim Baksy Al Hindy
  37. Asyeikh Abdullah bin Muhammad Ghoozy Al Hindy Al Makky
  38. Asyeikh Abdullah bin Muhammad Niyaz Al Bukhory Al Makky

Thursday, September 01, 2011

Jadi Hamba yang Tahu Diri

Seorang ulama berkata, kalau kita menjadi hamba jadilah hamba/abdi/budak yang tahu diri. Saat keimanan dan keislaman sudah cukup menghunjam ke dalam kalbu, maka sudah saatnya menjadi hamba sejati. Bagaimana hamba sejati itu? Seumpama kita bekerja kepada seorang tuan, maka sangat tidak sopan apabila kita sibuk bertanya saya dapat apa dari ini? dapat apa dari ini? kapan dibayarnya? Bukankah itu adalah hamba yang kurang ajar?

Boleh seorang yang baru mempelajari Islam menanyakan pahala yang ia dapat saat melakukan ibadah, namun semakin bertambah usia keimanan kita hendaknya berhenti melakukannya. Datang dari ketiadaan kemudian diadakan, diberi pengetahuan dan keimanan kepada Rabb, masih juga berani berhitung untung rugi.Pengetahuan yang tidak segera diamalkan akan menghasilkan 'tulul amal' (berhayal tentang kebaikan) yaitu suatu bentuk kebanggaan kepada amal yang sedikit, dan merasa cukup/sombong dengan yang sedikit itu.

Sang ulama melanjutkan, maka kerjakanlah amalan (pekerjaan yang diperintahkan) oleh 'sang tuan' yang melimpah ruah di seluruh penjuru dunia ini, hidangan itu tidak enak menurut hawa nafsu, namun itu adalah hidangan terlezat dan terbaik yang diberikan oleh 'sang tuan' tak pernah habis hingga hari kiamat. Sholat, baca Quran, dzikir, doa, taubat, dst..dst...mudah, murah, tanpa modal, adalah termasuk 'pekerjaan' seorang budak yang sadar diri. Sebaliknya jangan mencoba-coba kurang ajar dengan melakukan hal-hal yang dilarang dan dimurkai 'sang tuan'.

Beranjaklah dari 'hitung-hitungan' dengan 'sang tuan'. Kerjakanlah dengan penuh takzim, ketaatan, tunduk, tanpa menanyakan 'upah', biarlah 'sang tuan' yang menilai kerja kita dan memberi upah sekehendakNya. Karena semestinya kita tahu diri, di'adakan' dari ketiadaan, diberi nikmat. Jangan coba-coba bertingkah kurang ajar dengan melakukan sesuatu karena semata-mata imbalan bahkan menagihnya, saat keimanan sudah terhunjam dan juklak keislaman sudah dipelajari.

Seorang da'i hendaknya juga tidak memfokuskan pada pahala, manfaat, suatu ibadah secara khusus, karena nilai ibadah itu semuanya sama, yaitu pengabdian, berkhidmat sesuai kelapangan masing-masing. Kekhawatiran pada pengkhususan amalan, bagai pisau bermata dua, bisa membuat orang membeda-bedakan ibadah. wallahualam