Belum Melaksanakan Sunnah bukan Berarti Membenci
Seorang kawan mengatakan kepada saya tentang sunnahnya memelihara janggut, dengan menambahkan ucapan Nabi tentang, orang yang tidak menyukai sunnah beliau berarti bukan umat beliau. Meskipun agak tersinggung saya mencoba tenang dan tidak terpancing kepada diskusi debat kusir. Mengapa? Karena saya pernah merasakan fase seperti kawan ini, yang melihat kebenaran hanya dilihat dari satu sudut, yaitu dirinya sendiri. Akhirnya sayapun hanya manggut-manggut dengan sedikit menahan gejolak dalam hati. Ingin sekali menanyakan apakah semalam dia tahajud, witir, baca Quran, dzikir, dan mengungkapkan semua sunnah yang saya lakukan yang belum tentu dia lakukan. Namun ujung2nya akhirnya riya'. Pintar juga setan menggoda kita agar terjerumus. Diskusi tentang agamapun dapat menjadikan kita terpancing untuk berdebat tanpa ujung dan membuat amal ibadah menjadi sia-sia. Alhamdulillah, Allah memberikan hidayah dan taufiknya tanpa harus mengikuti hawa nafsu untuk berdebat.
Jangan mengatakan orang yang belum melaksanakan sunnah seperti yang anda lakukan sebagai orang yang membenci sunnah apalagi merasa lebih baik, pada saat anda mengatakan itu kepada orang lain, maka sesungguhnya ada ribuan sunnah yang belum anda laksanakan, sebaliknya orang lain melakukan sunnah lebih banyak dari anda dan mereka tidak menunjukkan jarinya seperti yang anda lakukan, karena sesungguhnya amal ibadah itu bukan untuk ditonjol-tonjolkan atau untuk dibangga-banggakan.
Gurumu bisa mencela perbuatan seseorang karena mereka memiliki ilmu tentang itu, tapi dirimu belum memiliki ilmu yang pantas untuk mencela orang yang diulamakan oleh kelompok lain. Bagaimana mungkin seorang yang memiliki ilmu setara dengan anak Taman kanak-kanak (tidak hafal Quran dan tidak memiliki sanad hadits) bisa mencela seseorang Professor (yang hafal Quran sejak kanak-kanak, dan memiliki sanad hadits serta sanad berbagai kitab)...malunya!
No comments:
Post a Comment