Monday, October 20, 2008

Allah Tidak Butuh Dilayani

Dalam konsep agama-agama tertentu, konsep melayani Tuhan adalah suatu kemuliaan dan kehormatan. Namun dalam konsep Islam, Allah dengan tegas menyatakan bahwa Dia lah yang menciptakan dan melayani manusia. Perintahnya adalah jelas, bukan untuk menambah kemuliaan atau ketaatan, namun menguji ciptaanNya apakah patuh atau tidak dengan skenario yang super rumit bernama kehidupan.

“Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluq-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Demikian dengan tegas Allah menyatakan bahwa Ia tidak pernah mengantuk dan tidur, dan terus menerus melayani makhluknya. Kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah sederhana, seberapa patuh seseorang kepadaNya dialah yang akan mendapat tempat yang paling tinggi disisinya.


Allah dengan tegas juga menyatakan bahwa ketaatan dan kekufuran tidak menambah atau mengurangi kekuasaanNya.

Dari Abu Dzarr al-Ghifari r.a. dari Nabi Saw. bahwa Allah Azza wajalla berfirman, “Wahai hambaKu, andai seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin kalian menjadi seperti paling bertakwa hatinya seorang lelaki di antara kalian maka hal itu tidak menambah sedikitpun kekuasaanKu. Wahai para hambaKu, andai seluruh orang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin kalian menjadi seperti paling jeleknya hati seorang lelaki di antara kalian maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun kekuasaanKu…” H.R. Muslim. Lihat Hadits Arbain nomor 24.

http://al-haromain.org/index.php?itemid=38

Jadi apa inti dari kepatuhan dan ketaatan?

Allah berfirman, “Ini adalah termasuk anugerah Tuhanku agar dia menguji apakah aku bersyukur ataukah kufur. Dan barangsiapa yang bersyukur maka itu untuk dirinya sendiri dan barang siapa kufur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Maha Mulia.” (Q.S. an-Nahl: 40)

Kepatuhan dan ketaatan kepada Allah membuat Allah senang, senang ini sering kita sebut dengan ridlo, Allah ridlo berarti Allah menyenangi perbuatan kita. Bukan karena ada sesuatu yang bertambah dalam kerajaan Allah, tapi karena makhlukNya berjalan sesuai yang dikehendaki meski telah diuji.

Ternyata ketaatan, pengkhidmatan, ibadah kita adalah untuk kita sendiri, kenikmatan dunia paling puncak bukanlah apa-apa dibanding dengan kenikmatan yang akan kita peroleh kelak karena taat dan patuh kepada Allah.
Kita diciptakan dari ketiadaan, diberi indra untuk menikmati hidup di dunia, tetapi itu semua belum seberapa dibanding balasan di akhirat kelak. Wallahualam.

No comments:

Post a Comment