Tawasul Amal
Kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua dan meminta pertolongan kepada Allah untuk dibebaskan, sudah dikenal dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim. Kisah ini menjadi landasan dibolehkannya menyebutkan amal kebaikan di masa lampau untuk meminta pertolongan saat ini. Istilahnya meminta pertolongan instan.
Salah seorang ustadz mempopulerkan tawasul amal ini dengan hitungan matematis yang beliau peroleh dari Al-Quran. Pada dasarnya mengerjakan sesuatu kebaikan yg masih dilandasi permohonan kepada Allah masih diperbolehkan.
Saya pribadi tidak menjadikannya terlalu masalah, karena setiap orang memiliki tingkatan pemahaman yang berbeda-beda tentang agama. Tapi ada sedikit kekhawatiran tentang tawasul amal ini.
1.Allah menuntut transaksi.Terkesan bahwa kita tidak yakin pertolongan Allah hanya dengan doa. sehingga ada kesan Allah akan menolong saat kita menyebut amal atau melakukan amal kebaikan; semacam transaksi. Kita perlu ingat, bahwa kita diberi hidup gratis, tumbuh gratis, napas gratis, semua kenikmatan yang kita rasakan karena panca indra dan tubuh yang sehat adalah karunia yang tidak akan terbayar oleh transaksi ibadah macam apapun. Musibah adalah ketetapan Allah di muka bumi yang menimpa semua makhluknya, maka kita tinggal mempersiapkannya saja. Para Nabi yang mulia juga mengalami masa-masa sulit. Mereka mencontohkan bahwa hanya cukup dengan berdoa yang sungguh-sungguh kita akan mendapatkan pertolongan, tanpa transaksi amal. Sehingga contoh dalam haditspun adalah 3 orang yang tidak dikenal, menunjukkan bahwa hal tersebut boleh namun bukan amalan para Nabi.
Nabi Muhammad SAW malahan menjadikan ibadahnya sebagai wujud dari syukur. Saat ditanya oleh Aisyah RA, mengapa beliau masih banyak beribadah sedangkan beliau SAW sudah diampuni, maka beliau mejawab: apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur.
2. Pembelokkan akidah. orang yang sering mendapat cobaan akan segera beramal, tanpa ingat lagi proses, bahwa musibah datangnya dari Allah untuk melatih kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan kita. Sehingga mereka berpikir untuk segera beramal untuk menghindari bala. pokoknya beramal untuk hidup sesuai jalan pikirannya. Akhirnya orang seperti ini dapat memahami Allah dari segi jual-beli. Dan yang paling ditakutkan menuhankan amalan tersebut. Bukan lagi Allah yang menolong, tapi amalan yang menolong dia. wallahualam
No comments:
Post a Comment