Friday, May 15, 2020

Makna Bid'ah yang terus diperbaharui

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

Awalnya asal hadits ini adalah setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah, karena perkembangan teknologi dan peradaban dan banyaknya perkara baru dalam ibadah maka makna bid'ah dipecah menjadi: ibadah dan muamalah,  perhatikan kutipan terjemahan hadits di atas ada tambahan 'perkara agama'. Sedangkan kita semua mestinya harus sadar bahwa tidak perkara yang bukan  perkara agama selama hidup di dunia,mulai bangun tidur hingga tidur pagi semuanya adalah 'perkara agama' dan wajib bernilai ibadah. Karena kebingungan diserang lagi oleh perkara baru dalam ibadah, maka  seperti pencetakkan al quran, pembagian ilmu, nahwu shorof, fiqih, tafsir, digitalisasi kitab, kajian online dst, maka ditambah lagi definisinya ditambah lagi tidak mengapa sebagai alat (wasilah?) lol....akhirnya tawasulan juga. 
Beginilah akibat susah menerima bid'ah hasanah. Jadi dalil bid'ah mengalami beberapa koreksi, yang pertama dan umum adalah menambahi 'sesuatu yg baru dlm ibadah, yang kedua tak mengapa yg baru itu (bid'ah) itu kalo sebagai alat utk belajar,"

Jadi kita cuma mau menyampaikan, Maulid, Isra Mi'raj, dll itu adalah sarana/alat kita mengenal dan mencintai Rasulullah Saw, ...jadi sah yah? Bukan bid'ah dolalah yg masuk neraka. Kalo sampean ngotot bahwa itu ibadah, ...kami cuma bilang, yang jalanin saya kok yang ngotot situ ..hehheheh.

No comments:

Post a Comment