Saturday, March 06, 2021

Mengenal Allah dengan Teologi negatif

 Allah, tiada sesuatu selain Dirinya, Zat yang Maha Esa, Maha Tunggal, Maha Berdiri Sendiri, Tidak Ada yang MenyerupaiNya

*tulisan ini kesimpulan pribadi setelah mengikuti kajian2 tauhid.

Tidak ada kalimat positif yang mampu mendefinisikan Allah, maka setiap definisi yang dibuat hampir bisa dipastikan salah, seandainya mengandung kebenaran tidak akan mampu mendefinisikan sifat sesungguhnya.

Oleh karena itu sebagian ulama menggunakan teologi negatif (menggunakan kata tak/tidak) untuk lebih mengenal Allah. Mengenal Allah dalam istilah tasawuf diartikan sebagai makrifat.

1. Tidak ada tuhan (sesuatu apapun yg berpotensi jadi tuhan) selain Allah.

2. Tidak memiliki anak, dan tidak dilahirkan.

3. Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah.dll...

adalah contoh-contoh kalimat-kalimat negatif yang memudahkan akal untuk mengenal Allah, dimana kalimat positif tidak mampu mewakilinya, sebagaimana sifat Allah yang Maha/tidak ada batasnya

Tantangan pemahaman tersebut adalah kaidah fiqih. Dimana kaidah fiqih bersifat terdefinisi, mutlak, tegas salah/benar, halal/haram. Oleh karena itu untuk belajar tauhid harus meninggalkan definisi tunggal. Karena untuk mengenal Allah tidak bisa menggunakan definisi tunggal, maka Allah-lah yang akan memperkenalkan diriNya kepada hambanya berupa pemahaman, dimana pemahaman itu bersifat eksklusif/personal, dan tidak selalu bisa diterangkan. Semura orang bisa mengklaim dirinya mengenal Allah setelah membaca literatur, sah-sah saja. Namun tidak demikian, karena terserah Allah, kepada siapa Dia hendak mengenalkan diriNya. Saat seseorang mendefinisikan gravitasi, maka mayoritas manusia di muka bumi ini yakin tentang keberadaan gravitasi, meski goib, namun banyak orang sepakat tentang adanya gravitasi. Namun saat kita mendefinisikan Allah, maka akan banyak perdebatan yang muncul. Demikianlah, Allah sang pencipta tidak ada kata yang mampu mendefinisikan, karena Allah-lah yang memperkenalkan diriNya kepada manusia.  "Allah tidak akan bisa dikenal dari Literatur, karena Allah-lah yang memperkenalkan diriNya kepada hambaNya"

Pada saat kita bertemu pertanyaan: siapa Allah ? bagaimana Allah? dimana Allah? di dalam diri maka jawaban yang paling tepat adalah:

-Allah adalah Zat yang dengan segala sifatNya diwakili oleh Asmaul Husna, saat otak memaksa untuk meminta lebih atau meminta lebih katatakanlah: Subhanallah.

-Allah ada namun tidak bertempat, karena tempat adalah ciptaan Allah, saat otak memaksa lagi maka segera katakan"Otakmu tidak didesain untuk mendefinisikan Allah. Maha Suci Allah dari segala usaha pikiranmu untuk menggapai Zat Allah. Sifat dasar akal adalah mencari tahu, tapi saat ada rambu larangan jangan dilewati maka katakanlah" Maha Suci Allah dari semua hal yang aku persangkakan"

- Semuat persangkaan/hayalan makhluk tentang Allah selalu salah, kecuali yang Allah berikan kepada hambaNya. Inilah yang disebut makrifat. Bila ada manusia yang merasa mengenal Allah sebagaimana definisi teks, dan dia merasa cukup dengan definisi teks, orang tersebut benar sekaligus salah. Benar karena teks adalah firman Allah, salah karena proses mengenal Allah tidak ada ujungnya hingga liang kubur, karena sifat Allah adalah tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi oleh apapun, apalagi teks. Maka orang yang paham akan hal ini maka dia akan banyak membaca "Subhanallah". Maha Suci Allah dari apa-apa yang aku persangkakan.

Maka semua problem tersebut dapat sedikit dimudahkan dengan teologi negatif. Teologi negatif ini berkaitan erat dengan kaidah dalam tasawuf: “Man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa rabbahu”, “siapa yang mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya

Makhluk lahir/diciptakan, maka Allah tidak diciptakan

Makhluk sakit, maka Allah Perkasa

Makhluk mati, Allah selalu HIdup

Makhluk lemah, Allah kuat

Makhluk butuh ini itu, Allah Maha Kaya

Makhluk pendendam, Allah Maha Pengampun

Makhluk butuh pasangan, Allah Berdiri Sendiri

Makhluk bodoh, Allah Maha Mengetahui....dll yang bisa kita temukan tiap mili detik dalam hidup kita, dan bila kita menyadarinya maka kita tak akan pernah berhenti berzikir. Karena inilah makna terbesar dari setiap musibah, kesulitan, yaitu: kita beri kunci makrifat oleh Allah. 


Bahaya terbesar dibalik terpenuhinya keinginan adalah: SYRIK

sebagaimana Firaun, Qorun, yang dilimpahi Allah nikmat harta, kekuasaan, kesehatan, tidak pernah mendapat kesulitan, yang pada akhirnya mengingkari kekuasaan Allah. Dimana pada dirinya merasa bahwa semua kenikmatan dunia itu adalah hasil usahanya.

inilah sedikit penjabaran mengapa saat kita mengenali kelemahan-kelemahan kita maka sesungguhnya kita sudah memiliki kunci Makrifat kepada Allah. Hampir semua kita berada dalam kelemahan sebagai makhluk namun sama sekali tidak menggunakan kunci ini untuk mengenal Allah malahan sibuk menggunakan kunci makrifat tersebut untuk membuka pintu dunia, ya jelas saja tidak terbuka.....

Semakin kita mengamati diri kita dan melihat kekurangan-kekurangannya maka dibalik semua kekurangan itu ada Dia, Allah, Zat yang Mulia, Besar, Berkuasa dan tak memiliki cacat/kekurangan apapun...inilah secuil petunjuk...kalimat “Man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa rabbahu”. ....Wallahua'lam




No comments:

Post a Comment