Kenali Perjalanan Spiritualmu Sobat !
Suka atau tidak suka, menolak atau menerima, seseorang akan mengalami suatu perjalanan spiritual yang akan berpengaruh dalam hidupnya. Spiritualitas sering dikaitkan dengan agama, karena memang agama paling dominan berbicara spiritualitas.Spiritualitas berasal dari kata spirit yang berarti jiwa, hal yang berkaitan dengan spiritualitas ini adalah hal-hal yang bersifat abstrak. Dan kelompok rasionalis demikian mengesampingkan masalah spiritualitas ini terutama yang berkaitan dengan realitas ketuhanan. Karena bagi mereka hidup adalah apa yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, didengar, diukur, selain itu tidak ada.
Sebetulnya tidak terlalu sulit menentukan kebenaranan spiritualitas, karena setiap berbicara spiritualitas akan ada orang yang menjadi nara sumbernya. Dimana para nara sumber ini memiliki keunikan dalam kehidupannya, nara sumber adalah orang-orang yang sesuai antara perkataan dan perbuatannya. Apabila ada perbedaan, sesungguhnya mereka adalah orang-orang pembual, atau orang-orang yang masih dalam kategori pelajar spiritual, bukan pelaku spiritual.
Seseorang yang mengaku mengikuti aliran spiritual tertentu (agama/kepercayaan), haruslah yakin akan apa yang dianut dan diyakininya adalah benar, bukan hanya sekedar ikut-ikutan. Hal-hal apakah yang menjadi ukuran bahwa aliran spiritual yang diikutinya benar? Bagaimana cara mengetahui benar atau tidaknya jalan spiritual yang kita anut.
Mengevaluasi perjalanan spiritual:
1. Ketenangan, apakah hari ini kita bertambah tenang dalam menjalani kehidupan, atau masih takut menghadapi kematian, kemiskinan, musibah. Masihkan marah-marah, sensitif, mudah tersinggung, tidak dapat menahan diri.
2. Hanya memikirkan Allah dan akhirat, dimanakah diri ini nantinya berada? Karena itulah tempat kembali. Masihkan tergiur dengan pernak-pernik dunia? Kalau masih kuat dan masih ada berarti bisa dikatakan perjalanan spiritual berada dalam jalur yang salah atau sama sekali tidak berjalan. Betul bahwa kita hidup di dunia dan kita harus bertahan hidup. Namun yang terjadi adalah kita menjadi budak, hamba, dan kacung dunia. Bukan mengambil sekedarnya. Hanya orang materialis/atheis yang rela menjadi kacung dunia. Maka sungguh bodoh apabila mengaku beriman namun selalu disibukkan urusan dunia. Perhatikanlah hal ini sobat ! Perhatikan ikatanmu pada dunia, sedihkan engkau karena tidak menjadi kaya? tidak populer? sedih memikirkan kebutuhan pokok keluarga yang selalu pas-pasan? Namun tidak pernah sedih dengan ibadah yang ditinggalkan, aturan yang dilanggar. Maka merugilah orang yang mengaku beriman itu.
3. Merasakan kehadiran Allah dalam kesehariannya. Perjalanan spiritual yang benar akan membuat pelakunya merasakan kehadiran Allah dalam hatinya.
4. Baik perkataannya, perbuatannya. Tidak ada bantahan tentang hal ini. Seorang yang lurus perjalanan spiritualnya akan makin lama makin bagus perkataannya, perbuatannya, menjadi penyabar, penyayang, lemah lembut, berani, menjauhkan dari yang dilarang.
5. Perjalanan spiritual membutuhkan guru. Siapakah dan bagaimana sosok guru yang sebenarnya? Pertama-tama kita lihat, keimanan apa yang kita anut? siapa yang membawanya? bagaimana sikap hidup dan perilakunya? Apakah mungkin orang yang mengaku mengikutinya kemudian bersikap kebalikannya? Maka apabila jalan spiritual anda adalah Islam, maka anda perlu mendapatkan guru yang mengetahui tentang Islam. Saat yang sama, maka guru anda pasti juga memiliki guru, dan guru dari guru anda juga berguru dan seterusnya. Maka ini yang perlu dicamkan bahwa berguru itu harus memiliki sanad atau garis ilmu. Apa fungsinya? Fungsinya adalah mengenal dengan baik apakah orang yang anda ikuti amanah atau tidak. Apabila seseorang dengan gegabah mengatakan bahwa cukuplah Al Quran dan Sunnah sebagai pegangan kami. Maka Al Quran mana yang akan dia gunakan? apakah dia tahu kalau ada salah cetak dari percetakan? Apakah dia tahu aspek-aspek bahasa, gramatika, dan seterusnya? Apabila mengatakan cukuplah bagi kami tafsir. Maka apakah anda tidak ingin berdialog dengan orang yang menuliskan tafsir, atau minimal muridnya, atau murid dari muridnya? Apalagi berbicara masalah Sunnah, dimana sunnah tidak dijamin oleh Allah kebenarannya, maka diperlukan orang yang berilmu dalam menguraikan aspek-aspek yang terkandung dalam hadis. Karena orang awam tidak mengenal mana hadis untuk suatu kasus, apabila ada 2 hadis bertentangan maka mana yang terlebih dahulu digunakan? Apabila seseorang mengatakan bahwa bisa ditanyakan kepada ustadz A, B, C dan seterusnya, maka hal tersebut juga akan rawan penyimpangan. Mengapa? Karena kita hanya mengenal si ustadz A,B,C sebagai ustadz tanpa tahu darimana dia belajar, siapa gurunya dan seterusnya, dari sinilah orang banyak disesatkan.
6. Hidup harmonis dengan lingkungan. Seseorang harus menjadi rahmat bagi lingkungannya. Saat seorang yang benar dalam perjalanan spiritualnya akan ditunjukkan jalan untuk berinteraksi dengan lingkungan, karena ia akan selalu berusaha menemukan harmonisasi dengan alam sekitarnya.
7. Memahami arti dari setiap kejadian, seandainya tidak mengerti akan langsung berdoa dan minta diberi petunjuk tentang suatu kejadian.
Guru spiritual Islam memiliki beberapa kriteria:
1. Menghormati Al Quran, dengan membaca, mengamalkan, dan menghafalkannya. Apabila bertemu seseorang yang nampak alim, terhormat, mengaku A, B, C dan seterusnya maka tanyakanlah apakah beliau hafal Al Quran? Apabila seorang yang alim dan wara ditanya tidak akan berbohong tentang hal itu. Tetapi apabila marah, maka atau berusaha mencari pembelaan diri yang mengatakan tidak perlunya menghafalkan Al Quran maka tinggalkan jauh-jauh orang tersebut. Karena dia lebih berbahaya daripada orang awam. Namun hormatilah beliau disaat beliau juga dalam proses belajar dalam rangka menghafal Al Quran, dan minimal pasti tidak kurang dari 10 Juz, apabila dia dikenal dan sudah berumur. Banyak guru-guru spiritual palsu yang berjubah, berjenggot, bersorban, berbicara agama yang diambil dari internet, dari kitab-kitab terjemahan. karena seorang ulama dalam Islam akan selalu belajar dari sumbernya.
2. Selalu menganjurkan untuk mendekat kepada Allah, berbuat karena Allah.
3. Zuhud kepada dunia. Guru yang zuhud pada dunia, tidak akan menerima semua tawaran ceramah, kajian di televisi, dan semua yang berbau uang, dan popularitas, karena ia tahu salah satu diantara hal tersebut adalah perangkap syetan.
4. Kehidupannya dekat dengan kehidupan sang teladan Rasulullah Saw. Semua yang dilakukan adalah cermin dari Al Quran dan sunnah.
5. Enak dipandang dan diajak berbicara. menenangkan, meneduhkan, menyemangati kita untuk taat dan beribadah kepada Allah. Kalau bertemu maka kita akan bersemangat untuk taat kepada Allah, bersegera mengamalkan apa yang diperintahkan.
6. Banyak tobat, sholat dan zikirnya. Seorang guru spiritual tidak suka terlalu banyak bicara, melainkan banyak berbuat.
7. Tidak bergantung pada orang lain. Seorang guru spiritual rejekinya tidak digantungkan kepada orang. Tidak bersedia diatur jadwal hidupnya bagaimana harus mencari nafkah. Biasanya bekerja lepas, berdagang, bertani, mengajar lepas, atau pekerja freelance. Karena pekerja tetap bergantung pada janji untuk amanah pada kerjaan. SEdangkan Allah menuntut kecintaan yang lebih dari hambaNya....
No comments:
Post a Comment