Friday, June 05, 2020

Dalil-dalil yang menolak tuduhan-tuduhan Bid'ah



1. Dalil memperbanyak zikir

وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرَاً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan berdzikirlah pada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho: 
https://rumaysho.com/16179-disuruh-dzikir-yang-banyak.html

2. Dalil Istiqomah

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang istiqomah walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku,

يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.



Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/3009-amalan-lebih-baik-kontinu-walaupun-sedikit.html



3. Dalil Ibadah sesuai kemampuan

Dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Apa saja yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi perintah nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 7288 dan Muslim, no. 1337]


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho: 
https://rumaysho.com/18210-hadits-arbain-09-jalankan-semampunya.html

4. Dalil mengingat maut

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani). Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho: 
https://rumaysho.com/2822-kematian-yang-kembali-menyadarkan-kita.html

Mari kita jawab satu persatu tuduhan bid'ah amalan ahlussunnah,cukup dengan dalil di atas. 

1. Mengapa baca yasin? 
Sesuai dalil 3. Saya penginnya satu quran atau surat kahfi tapi mampunya yasin, saya lakukan agar malam jumat tidak bengong. Saya biasakan dan tak mau memaksakan  karena dalil 2, dan bagian dari dalil 1. Nabi tidak mencontohkannya, kalo Nabi Saw bisa saja khatam dalan 1 rakaat sholat malam, lah saya? Mampunya ya yasin ini, kan sesuai dalil 3. 

2. Mengapa tahlilan mayyit? 
Kan sesuai dalil 4, isinya dalil 1, dan komposisinya dalil 3. Nabi tidak mencontohkannya. Nabi dan para sahabat selalu menjalankan dalil 1,2,3,4, dalam keseharian.  Lah kalo kami gak diajak acara tahlilan pasti nongkrong, nonton, main game, catur, kartu, main WA kaya situ atau buka kolom jodoh. Akhirnya karena takut dibilang bid'ah, nongkrong, etc lebih baik daripada tahlilan? tahlilan adalah keiasaan umat Hindu. Sejak kapan org Hindu baca tahlil, yasin etc. Itu waktu yg ditetapkan orang hindu, sejak kapan waktu milik orang Hindu?

3. Mengapa bersalaman saat sholat? 
Kan perintahnya ada saya lakukan sesuai dalil 3, dan terus menerus sesuai dalil 2. Saya tidak setiap saat bertemu dia, sering ketemu kalo sholat fardhu, wilayah selesai salam wilayah bebas, zikir itu sunnah, kalo mau langsung pulang juga boleh tidak membatalkan sholat. Heran kalau salaman jadi bid'ah. Ini zaman akhir, semua buru2, saya salami karena saya atau dia punya hajat sehingga langsung pergi, ngga salaman saat ada kesempatan malah saya meninggalkan sunnah muakad.

4. Mengapa zikir dengan bilangan 1000, 10.000 dst. Jelas perintah dalil 1, jumlahnya sesuai dengan dalil 3, rutinnya sesuai dalil 2.

Kata 'banyak' tidak merujuk pada bilangan, namun ia dibatasi oleh kemampuan dan keistiqomahan. 
Kalau dalil di atas tidak memberikan pencerahan maka kita sama-sama berdoa semoga beroleh hidayah.

5. Mengapa membaca "Shodaqallahul adzim"? Kalimat ini pujian untuk Allah, bentuk zikir, yang diperintahkah sesuai dalil 1, dan dilanggengkan dengan dalil 2. Kalimat ini kalimat yang qadim, yang kekal tersemat sebagai Asmaul Husna. Membaca Quran adalah sunnah, selesai membaca quran adalah wilayah bebas, tidak  ada rukun sehabis membaca quran. Membiasakan sesuatu yang baik di wilayah bebas jelas berpahala. Boleh ngga ngobrol sehabis membaca Quran? boleh? Lah mengapa zikir menjadikan seseorang terancam neraka? sedangkan perkataan sia2 saja boleh. Bila suatu amalan yang ada perintah umumnya namun tidak ditentukan syarat dan rukunnya maka harus dicari larangannya. Karena akan menyulitkan diri sendiri. Mis: saya biasa tadarus jam 09.00, maka karena takut bidah saya berhenti melakukannya sampai saya menemukan dalil.???


Wallahua'lam
 

No comments:

Post a Comment