Monday, June 01, 2020

Ulama-ulama Ahlussunnah Mengkaji Kitab Ulama secara Bersanad, tidak membuat aturan dengan studi literatur sendiri.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)



Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/7201-keutamaan-para-sahabat-nabi.html

Misalnya saya mengikuti pendapat Syaikh Al Bani, maka saya harus belajar dari murid dari murid dari murid Syaikh Al Bani. Contoh: Saya belajar dari Ustadz Ahmad, Ustadz Ahmad belajar dari Syaikh Umar, Syaikh Umar belajar dari Syaikh Al Bani, maka Syaikh Al Bani juga harus mampu menjelaskan dari mana Hadits dan Ilmu Hadits yang beliau pelajari.
Saat salah satunya mengatakan saya mendapatkan dari buku yang ditulis beliau maka, pendapat yang diutarakan oleh Ustadz tersebut menjadi dhoif karena, belajar dari literatur tidak dilakukan oleh Rasulullah dan salafush sholih, semua mereka hingga ulama2 yang lurus hari ini melakukan hal ini secara ketat, yaitu berguru, hingga sanad tidak terputus hingga Rasulullah Saw .Oleh karenanya, Allah mengunci metode talaqi (tatap muka) dengan menjadikan Rasulullah Nabi yang Ummiy (tidak membaca dan menulis) melainkan mendengar dan mengulang perkataan yang beliau dengar dari Jibril As.

Maka sekali lagi yang mengaku Salafush Sholih namun memiliki sanad keilmuan yang terputus maka tidak bisa disebut lagi sebagai salaf. Cara belajar Islam, dengan metode penulusuran literatur ini diperkenalkan oleh sarjana barat. Metode ini disebut hermeneutika, suatu metode merumuskan ulang berdasarkan analisis pribadi dari literatur yang ada. Selama literaturnya ada maka setiap orang boleh menyataan pendapat bahkan berijtihad. Kelompok ini yang getol menyatakan; jangan kata guru, kata ulama, kata ustadz, namun mana dalilnya (literaturnya). Hermeneutika, inilah awal kehancuran agama Kristen.

Sanad ini pula yang merupakan kunci/password yang tidak mungkin dijebol oleh orang-orang yang ingin menjebol/merubah Al Quran. Karena Al Quran ditanamkan oleh Allah di dalam memori2 orang beriman, Sehingga seorang Imam sholat Masjidil haram tidak ada yang tidak memiliki sanad Al Quran. 

Seperti kita ketahui bahwa ulama adalah pewaris Nabi Muhammad Saw. Mereka tidak bicara ngarang menurut diri mereka sendiri, mereka ini yang 'melembutkan' dalil yang tidak bisa dipahami oleh orang awam, menjadi aturan kehidupan yang bisa langsung dipraktekkan oleh kebanyakan manusia.

Contoh: Apakah anda sholat berdasarkan dalil? atau mengikuti ulama? jawablah dengan jujur. Kalo anda mengatakan dalil. Maka anda harus menyebutkan dalil setiap syarat, rukun sholat, dan dari sumbernya, Bila tidak, maka anda pembohong, dan harus mengakui, bahwa anda mengikuti ulama, atau ustadz anda. Paham? Kalo anda ngotot kami mengikuti ustadz kami yang sudah meneliti hadits sohih. Nah, akhirnya Ustadz juga, kan yang diikuti. Pun kami juga mengikuti ulama-ulama kami yang ilmunya jelas-jelas bersanad, tidak meneliti sendiri dalil dalil yang ada.

Berikut ini adalah kajian-kajian kitab yang ditulis oleh ulama-ulama terdahulu. Sebagaimana kitab-kitab fiqih para imam madzhab, yang merupakan pengelompokkan tata cara beribadah dimana pengelompokkan dalil ini tak dikenal pada masa Nabi Muhammad Saw. Maka kitab2 berikut ini

Kajian Kitab Minhajul Abidin (Imam Ghozali), Guru Bakhiet Al Banjari
https://www.youtube.com/playlist?list=PLkTbOlQ0bEyXB7oZD0dtByey1JPSPwb-U

Kajian Kitab Al Hikam (Imam Ibnu Athaillah), Guru Bakhiet Al Banjari
https://www.youtube.com/playlist?list=PL67BqO-schW6JeUsK6YJk5WigGSQOW2s6

Kajian Kitab Nashoihul Ibad (Imam Nawawi al Banthany), Gus Baha
https://www.youtube.com/playlist?list=PLYJ01IfGrgfbZ7jcgeEbqqhGCHnPwp5V9

Kajian Tafsir Jalalain ( Imam Jalaluddin Al Mahalli & Jalalaluddin As Suyuthi), Gus Baha
https://www.youtube.com/playlist?list=PLiKLM2KMOhZmjjnrlpoEn-OZqtE4fsFq0

Tulisan karangan-karangan ulama di atas adalah usaha mereka dalam membuat ajaran Islam makin mudah untuk orang awam yang minim ilmu agamanya. Mereka tidak membuat suatu yang baru. Mereka hanya mengelompokkan berdasarkan kebutuhan dan prioritas.

Sejak kodefikasi, digitalisasi Quran dan terjemahannya, banyak kaum muslimin berkomentar tentang agama, hingga terjadi kesimpangsiuran, hingga penistaan ulama golongan salafus sholih, yaitu para imam madzhab, diakui kesolehannya, namun diingkari ajarannya. Digunakan hanya yang mendukung pendapa kelompok ini saja, tapi tidak mengikuti aturan yang dituliskan beliau-beliau.

No comments:

Post a Comment