Thursday, August 16, 2007

Pearl Words (kata mutiara maksudnya heheheh)

 Kebenaran sejati ditempuh dengan membuang semua gagasan bersyarat apapun dari apa yang kita inginkan.

 Hanya ada satu eksistensi mutlak. Tak ada ruang untuk 2 eksistensi.

 Kebenaran memanggil kita, namun kita tidak dapat membawa apapun. Definisi-definisi, dalil-dalil, kebenaran-kebenaran semu, harus kita buang untuk mendapatkan kebenaran sejati.

 Kita berhadapan dengan kenyataan yang semu dan kita terus larut di dalamnya. Sebaliknya kita memandang kebenaran sejati dengan samar.

 Gravitasi dan Energi tidaklah nampak, namun mereka jauh diterima oleh banyak manusia dibanding menerima keberadaan Sang Tunggal.

 Ikatlah dulu untamu kemudian bertakwalah kepada Allah

 Tidak ada hubungan sebab akibat, yang ada hanya ketetapan.

 Bagi kita semua tampak acak dan saling lepas. Namun sesungguhnya semua sudah ditetapkan ketentuan dan kadarnya.

 Dalam menempuh jalan salik, semua yang dilalu nampak usang dan tidak mengejutkan, karena memang misi terus berjalan dan diperbaharui.

 Dalam menempuh jalan ini, janganlah berhenti dan terserap oleh visualisasi, ketakjuban, fenomena, itu hanyalah hadiah kecil bagi jiwa, pikiran dan nafsu. Ketinggian tahap pencerahan adalah ketundukan yang sangat hingga seorang dapat meniadakan dirinya dihadapan Sang Pencipta.

 Nikmati ketakjuban itu sesaat, segeralah bersyukur dan lanjutkan langkahmu.

 Sakit itu definisi nafsu, jiwa dan jasad. Ruh Ilahi yang ditiupkan ke dalam setiap diri manusia tidak pernah merasakan sakit.

 Kebodohan adalah melangkah mundur ke belakang.

 Yang Maha Mengawasi tidak pernah tidur, mengapa tidak gunakan waktumu untuk bercakap denganNya.

 Perhentianmu adalah penyerahan dirimu. Saat engkau lelah melangkah, maka cukup engkau duduk termenung mengucap pujian dengan hati dan pikiran kosong. Maka Sang Maha Pemberi akan melimpahimu dengan rahmat dan hidayah yang akan menyegarkan. Dan inilah pencerahan.

 Cahaya tampak terang saat malam kelam kita lalui. Definisi-definisi kebenaran yang semu terus menghantui silih berganti diantara robohnya pohon-pohon keimanan.

 Janji setia sang pengikut tidak serta merta menghadirkan Sang Guru ke dalam definisi kebenaran.

 Liku-liku gelombang kehidupan sebagai permainan Sang Sutradara mencairkan kebekuan nurani.

 Bacalah scenario Tuhanmu, namun jangan engkau larut dan takjub karenanya. Itu hanyalah buah dan hadiah selama engkau berjalan.

 Ketakjuban akan Kasyaf adalah akan buah yang diberikan selama perjalanan hanya akan membuat engkau berhenti atau bahkan mati.

 Tetap rendahkan dirimu dan larutkan dirimu ke dalam Zat asalmu. Karena engkau ibarat sel-sel kecil dalam tubuh. Saat engkau keluar dari tubuh, maka segera engkau akan binasa. Saat engkau menyadari keberadaanmu dan tugasmu, maka engkau akan tetap hidup dalam pemilik tubuh. Saat pemilik tubuh kekal, maka engkau juga akan kekal di dalamnya.

 Tuhanmu tidak pernah menjauh kitalah yang menjauh. Tirai besar antara dirimu dan Tuhanmu adalah kaidah-kaidah kebenaran semu yang bersarang dalam akalmu.

 Nafsumu sering menyesatkanmu, ia ibarat hewan liar tak terkendali. Jadikanlah ia kendaraan untuk mempercepat langkah mencapai tujuanmu.

 Barangsiapa merasa mengenal dirinya, maka yang ada hanya ketundukan.

 Ketundukan sempurna hanya dimiliki oleh manusia purna bernama Muhammad. Mengapa engkau tetap tertipu dengan kebenaran semu yang disusun oleh akalmu?

 Jangan mengatakan ini benar itu salah. Katakanlah, demikianlah Allah berkehendak.

 Aku hanyalah wujud ketiadaan. Mengapa tiba-tiba aku menjadi hakim?

 Mengapa engkau puja cinta, mengapa kau mengabdi dunia. Mengapa tidak kau sembah Sang Pemilik Cinta. Mengapa tidak kau mengabdi kepada pemilik dunia?

 Jangan terlalu berpikir tentang hasil, mukzizat, penyatuan, kasyaf. Bertahanlah kepada ketundukan itu sendiri. Karena itulah agama ini dinamai Islam.

 Mukzizat, penampakan, dan semua fenomena itu adalah air sejuk di tengah perjalanan dan bukanlah tujuan akhirmu.


original by me inspired from many literatures, any similirities are coincidence.

No comments:

Post a Comment