Sekelumit tentang Penyelam Batin
Sekelumit tentang Penyelam Batin
Meski penyelam batin dihujat dengan kata-kata bid’ah dan kufur. Penyelam batin sejati tidak pernah mengatakan keburukan kepada penyelam lahir. Penyelam lahir disebut sebagai orang yang zuhud dan ahli ibadah (Tutur Penerang Hati/Bahjat al Nufus, Ibn Athaillah, serambi) dimana mereka memasuki waktu pagi dengan mengevaluasi kondisinya bersama Allah. Dan berusaha terus menambah amal ketaatan. Ibn Arabi menyebut penyelam lahir sebagai “Golongan Kanan” siapakah golongan kanan itu . Seperti terdapat dalam surat Al-Mudatsir dan Al-Waqiah, golongan yang mendapatkan surga yang didalamnya penuh kenikmatan. Pokok bahasan penyelam lahir selalu berfokus kepada surga dan neraka. Coba perhatikan hadits-hadits yang biasa digunakan untuk berargumen dengan saudara-saudaranya yang dianggap sesat. Hampir semuanya digunakan kata neraka. Misal :
“Semua perkara yang dibuat-buat adalah bid’ah, dan perkara bid’ah adalah sesat, dan sesat tempatnya di neraka”
Perbedaan dengan penyelam batin yang berusaha melihat kondisi kalbunya bersama Allah. Sedang amal ketaatan hanya suatu penghantar dan penjaga untuk menuju kalbu yang dipenuhi cahaya Allah, bukan untuk dihitung atau dipersembahkan kepada Allah untuk ditukar sesuatu. Karena kalbu yang dipenuhi oleh cahaya Allah sendiri sudah merupakan nikmat yang tidak terperi, bahkan sebagian penyelam batin secara ekstrem berani mengatakan “berkhalwat/bermesraan dengan Allah tidak dapat ditukar dengan surga, atau diancam dengan neraka”. Kondisi ini berusaha terus dipertahankan oleh penyelam batin, kerinduan yang sangat kepada Allah menyebabkan mereka tenggelam dalam zikir tiada akhir. Kerinduan ini bahkan lebih berani lagi menyebabkan keinginan untuk segera bertemu dengan Sang Pencipta, menatapNya, memelukNya dan larut bersamaNya. Tidak ada yang menjadi prioritas bagi penyelam batin selain “bersatu dan berkumpul kembali kepada Tuan yang Menciptakannya. Kerinduan ini menyebabkan jiwa mati tidak bisa merasakan panasnya api, manisnya madu, nikmatnya syahwat”.
Kerinduan ini terkadang membuat para perindu menentang logika, etika dan seperti orang gila, misalnya dengan zikir-zikir diam, zikir-zikir pendek (hu, Allah, huwa), zikir-zikir berputar, zikir-zikir seperti orang ayan/kesurupan. Seperti saya bilang penyelam batin tidak peduli kondisi lahir, karena mereka berkesimpulan yang lahir sudah ditetapkan oleh Allah, namun yang batinlah yang harus diupayakan oleh manusia itu sendiri. Bagi penyelam batin saat mendapat musibah (lahir) dan kenikmatan (lahir) nilainya sama. Musibah (batin) adalah keadaan terputus dari Allah, dan nikmat (batin) adalah bersama Allah.
Saya pribadi mengagumi kedua kelompok ini, masuk ke dalam salah satu kelompokpun belum apalagi 2-2 nya. sebagai penyelam batin, tidak ingin surga, tidak takut neraka, wuaahhhh masih jauh, sebagai golongan kananpun saya belum. Saya hanya golongan yang berusaha berzikir saja dan seperti seorang sahabat lain katakan, menyaksikan kehendak Allah.
No comments:
Post a Comment