Rahasia itu....
Rahasia itu….
Masih aku tertarik menyingkap rahasia itu
Begitu buram dan timbul tenggelam
Aku coba buang semua definisi
Masih juga samar
Aku tak berhenti meski fikir tak mampu ikuti
Hanya rasa yang begitu kuat membuka tabir itu
Rahasia itu tidak berbentuk
Ia memiliki segala yang dicari oleh makhluk
Ia punya cinta, ia punya materi
namun tidak sanggup aku menatapnya
Akal ini moody
Nafsu ini masih liar tak terkendali
Hanya hati ini yang memendam rindu tak terperi
Hanya hati ini yang terus berteriak
Memanggil rahasia itu
Rahasia itu tak berbentuk
Rahasia itu tak terdefinisi
Ia jelas ada karena nampak, namun begitu cepat juga ia menghilang
Ia jelas memiliki sifat, karena begitu tenang hati saat menatap
Namun rahasia itu sungguh menyulitkan
Hanya asumsi, sugesti, imajinasiku saja yang bermain
Penampakkannya datang tiba-tiba
Tanpa berita tanpa rencana
Kuduk merinding, jasad larut dalam rindingan itu
Air mata menetes deras tak terhenti
Nafsu dan akal hanya bisa melongo menatap tak mengerti
Tarikan itu begitu kuat
Saat aku tak berpikir
Saat nafsu tak kuiikuti
Ia timbul…ia timbul…cukup lama
Kutatap sejenak
Namun fikir dan jasad menuntut lagi
Kembali menenggelamkan kemisteriusan yang memikat hati
Karena ia berada dalam sarangnya ..yaitu dunia
Aku sudah bosan dengan dunia
Tapi jiwa ini masih cinta padanya
Fikir sadar bahwa jasad akan mati
Secara paksa atau sukarela
Kesenangan akan putus dan tidak membawa keabadian
Aku merasa rela, namun mengapa jiwa belum juga dapat panggilan
Rahasia apalagi yang harus kujalani
Misteri itu sangat dekat saat muncul
Namun tiba-tiba menghilang saat dikejar
Banyak manusia yang mencoba mengejar misteri itu
Mereka nampak lebih sabar dari aku
Mereka orang-orang yang menundukkan diri
Tanpa gelar, tanpa kesombongan
Aku ikuti saja mereka yang terlebih dahulu melangkah
Namun misteri itu berkata lain
Setiap dari kalian akan mendapatkan tugas masing-masing
Tidak sama tugas manusia satu dan manusia lain
Namun ketundukan dan kerendahan adalah syarat utama
Saat ia berkata aku bertanya
Namun tidak segera ia menyahut
Kembali ia menghilang
Aku kembali terkesima, terpana, didiamkannya aku dalam kebingungan
Aku berusaha tidak berpikir, hanya mengikuti aliran itu
Aku ikuti aliran itu, sebagaimana bayi menetek ibunya
Sebagaimana lebah membangun sarangnya
Sebagaimana semut bekerja sesuai tugasnya
Tanpa pikir tanpa logika
Meski samar antara nafsu dan fitrah antara fujur dan takwa
O misteriii…jangan engkau biarkan aku berlama dalam persimpangan ini
Dan aku hanya bisa menangis, berlutut, tersujud, dan berserah .....
Duhai Allah renggutlah aku......
No comments:
Post a Comment