Monday, December 22, 2008

Tasawuf Kami.....

Tasawuf bagi kami adalah jalan menuju Allah dengan kepasrahan, pemfakiran diri, kelemahan amal, pendeknya akal. Kami tidak lagi menghitung jumlah kebaikan dan kesempurnaan amal dalam menuju Allah. Namun amal, kebaikan, dan ibadah kami adalah refleksi kedekatan kami dengan Allah. Pengkhidmatan kami, ibadah kami kepada Allah semata-mata mencari belas kasihan (ridho/rahmat) dari Allah. Karena bila dihitung amal ibadah kami tidak pernah bisa melampaui amal buruk. Hanya belas kasihan Allah yang menyebabkan kami tertolong dari kemurkaanNya.

Kami mengambil jalan ini karena terlalu banyak ajaran dan klaim yang mengaku paling benar. Membawa berderet nama manusia, gelar, institusi, dan keturunan. Padahal manusia adalah makhluk yang lemah, bagaimana mereka mengaku paling benar? Sehingga kami mengambil jalan "kepasrahaan dan biarkan Allah yang menunjukkan"

32. (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu SUCI. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (QS. 53:32)

Rasulullah Muhammad SAW adalah guru sufi kami yang utama di antara seluruh manusia. Semakin kami berada dalam jalan yang lurus, maka semakin dekat perilaku kami dengan beliau SAW. Semakin kami jauh dari Allah semakin jauh perilaku kami dari Nabi SAW.

Tasawuf dan sufi tidak dikenal dan diajarkan oleh Nabi, seperti pula tidak ada mazhab pada jaman Nabi. Sufi adalah usaha aktif seorang hamba untuk meniadakan eksistensi dirinya yang merupakan entitas hasil karya Sang Maha Kuasa.

Kami tidak menyembah dan meminta kepada kuburan, kubur adalah pengingat bagi kami bahwa kami akan menjadi calon penghuninya.

Kami hanya taqlid buta kepada Muhammad SAW, tidak taqlid kepada satu guru dari kalangan manusia selain beliau.

Guru kami hanyalah manusia yang menjadi corong Allah untuk berbicara kepada kami, dan meluruskan jalan kami. Karena kami bukan kalangan Nabi yang dapat berinteraksi langsung dengan Allah SWT.

Guru dan murid tidak menunjukkan perbedaan ketakwaan, karena guru hanyalah orang yang lebih dahulu tahu dibanding murid, tahu belum tentu mengamalkan. Tingkat ketakwaan dan keimanan kami pasrahkan kepada Allah SWT.

Tasawuf bukan berarti meninggalkan dunia, karena kita hidup di dalamnya. Kami mengambil dunia sesuai dengan fitrah kami dan tidak menjadikannya tujuan kami. Seandainya kami dilimpahi isi dunia, maka kami terima dan gunakan sebagaimana Nabi dan sahabat menggunakanan. Seandainya kami tidak diberi kami juga menerima dan berbuat seperti Nabi dan sahabat menerima.

Tasawuf bagi kami hanyalah sekedar nama jalan yang diberikan oleh manusia karena demikian banyak jalan menuju kepadaNya, sedangkan Allah tetap menjadi tujuan kami, dan ajaran Nabi Muhammad SAW adalah koridor kami untuk kembali kepada Nya.

Tidak semua tasawuf dan sufi bersih dari penyimpangan, namun juga tidak semua menyimpang. Jangan memukul rata semua tasawuf dan sufi sebagai sesuatu yang menyimpang. Sebagaimana penyimpangan pada umat Nabiyullah Muhammad bukan berarti Nabi Muhammad SAW mengajarkan penyimpangan. Kita tidak bisa menjadi hakim yang adil, mari kita serahkan kepada Allah dan melihat kebenaran itu nanti di Padang Masyar........ maka janganlah kamu mengatakan dirimu SUCI. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (QS. 53:32). Wallahualam