Saturday, December 27, 2008

Mengenal Dunia Tasawuf dan Sufistik (versi pribadi).....(1)

Banyak orang boleh memberi label, penamaan, mengapresiasi tentang tasawuf dan sufistik. Lucunya banyak yang tidak pernah masuk ke dalam ajaran tasawuf, tapi ngomong bagaikan pakar.  Demikian pula saya. Sebagai orang yang minimal merasa menempuh jalan sufi/tasawuf berhak memberikan apresiasi, penilaian, komentar dan opini tentang tasawuf dan sufistik. Hal ini saya lakukan karena di dunia maya ini banyak sekali orang Islam yang mencaci dan sudah mengarah pada pengkafiran saudara sesama muslim dan pensucian diri sendiri selanjutnya saya sebut KAST (kaum alergi sufi/tasawuf). Demi alasan yang tidak jelas, mereka mengabaikan larangan Allah dan Rasulullah seperti dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini:

11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. 49:11)
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 49:12)
32. ......Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu SUCI. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa. (QS. 53:32)
“Janganlah kalian saling dengki mendengki, dan janganlah kalian saling bersaing dalam penawaran, dan janganlah kalian membenci, dan janganlah kalian saling belakang-membelakangi, dan janganlah sebagian kalian menjual atas penjualan sebagian yang lain. Dan jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh mendzaliminya, tidak boleh menelantarkannya (tidak memberi pertolongan kepadanya) dan tidak boleh merendahkannya, takwa itu disini (sambil menunjuk ke dadanya, beliau ucapkan kata-kata itu tiga kali). Cukuplah sebagai kejahatan seseorang, kalau ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap orang muslim haram darahnya, hartanya dan kehormatannya atas orang muslim yang lain.” (shahih Muslim 16/120)

58. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. 33:58)

Guru-guru tasawuf dan sufistik tidak pernah menamakan dirinya sebagai sufi, orang lain yang memberi label demikian. Penempuh jalan spiritual ini juga sering salik dan jalan yang ditempuh adalah suluk. Guru-guru tasawuf seperti Ibn Araby, Ibn Athaillah selalu menegaskan pelaksanaan syariat secara ketat. Semuanya menyatakan tidak ada perjalanan spiritual tanpa pelaksanaan syariat secara disiplin dan ketat. Semua guru-guru tasawuf adalah penghafal-penghafal Quran dan hadits, dan melaksanakan amalan sunnah dengan intensitas tinggi, meski musuh-musuhnya sering menghilangkan fakta ini.

Pengalaman spiritual letaknya bukan di akal tapi dalam hati. Paling sederhana adalah bagaimana perasaan tetap senang meski tidak punya uang. Bagaimana tetap merasa senang meski jasad sedang dalam keadaan sakit. Sholat jadi lebih berkualitas (min utk pribadi), zikir terasa lebih bermakna, menyesal apabila beberapa detik lalai dalam mengingat Allah. Menemui Allah dalam zikir dalam segala suasana, tempat, kondisi. Sesimpel ini sesungguhnya dunia sufistik dan tasawuf. Sufistik dan tasawuf tidak harus dimulai dengan amalan tertentu, tarekat tertentu, guru tertentu. Tasawuf dan sufistik bisa ditemukan sendiri, karena memang dimulai dari dalam diri. Amalan, tarekat, guru, hanyalah membantu seseorang untuk mengenal ke dalam diri sendiri, yang tentunya akan berujung kepada hidayah dari Allah sendiri. Dan pasti mereka akan menemukan guru dan jalannya bila mereka bisa mempertahankan diri. Tasawuf dan sufi sendiri adalah suatu bentuk kedisiplinan dalam menempuh suatu amalan-amalan yang lebih banyak bersumber dari hati, seperti: niat, keikhlasan, gerak syahwat, dan seterusnya yang jelas dan nyata bersumber dari Quran dan hadits, dengan tidak meninggalkan kaidah-kaidah fikih yang berlaku. Kelompok KAST adalah kelompok yang hanya peduli pada ritual fisik semata, karena memang 'alamnya' gak suka diskusi masalah kebersihan hati, gerak hati, keikhlasan dan seterusnya, jadi sesungguhnya KAST ini materialistik juga (hehehehhe), maka getol banget menyerang pendapat-pendapat kelompok tasawuf.

Ibn Athaillah, Imam Al-Ghazali adalah guru-guru sufi yang mengambil jalan "aman" dengan tidak menyebutkan pengalaman-pengalaman spiritual mereka yang "tidak dapat dicerna nalar" (tasawuf sunni/amali)Menganjurkan kedisiplinan dalam ibadah dan pembersihan jiwa dan kalbu. Sedang Ibn Araby, Mansur al Hallaj, Abu Yazid Bustami adalah guru sufi yang terkenal liar dan berani mengungkapkan pengalaman spiritual yang fantastis (tasawuf falsafi) sehingga orang non Islampun terkagum-kagum pada pengungkapan "fantasi spiritual" beliau. Di dunia barat Ibn Araby memiliki pengagum yang banyak dan membentuk suatu komunitas sendiri www.ibnarabisociety.org
Bagi yang tidak faham maka Ibn Araby dicap telah keluar dari agama. Bagi yang faham pemahaman Ibn Araby sebagai tolok ukur pencapaian spiritual seorang penempuh jalan sufi. Meskipun dengan catatan keberaniannya menceritakan pengalaman spiritual akan berbanding lurus dengan cercaan dari sebagian kaum muslimin yang tidak faham akan kata-katanya. Namun Ibn Araby nampaknya tidak terlalu peduli dan lebih peduli kepada para pencari jalan spiritual dan mengenyangkan mereka dengan pengalaman spiritual beliau.

Rasulullah sendiri sangat sedikit menceritakan pengalaman spiritual semacam Isra' Mi'raj kecuali diperintahkan oleh Allah sendiri. Karena memang hal tersebut hanya dapat dicerna oleh keimanan dan kalbu yang bersih. Dan wilayah ini memang rawan untuk didebat dan pelecehan. Terutama bagi orang-orang penggemar materi dan duniawi, yang tolok ukurnya panca indra. Sebuah hadits menyebutkan kata-kata," Seandainya kalian tahu apa yang aku tahu maka niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Hal ini menunjukkan banyak hal yang Rasulullah sendiri yang tahu dan tidak semuanya diungkapkan kepada kita. Pengalaman spiritual dan batin Rasulullah ini pulalah yang tidak pernah tercatat dan tertulis kecuali yang diungkapkan sediri oleh beliau. Rasulullah hanya menunjukkan jalan untuk menempuh jalan spiritual dengan: sedikit makan, sedikit tertawa, sedikit tidur, menghidupkan malam, banyak berzikir, sholat malam, sholat dhuha, dll. Bagi penempuh jalan sufi amalan yang disebutkan Nabi SAW adalah disiplin yang harus dilalui oleh seorang penempuh jalan sufi menuju kepada Rabbnya.

Pengamalan ajaran tasawuf didasarkan pada pen-sari-an dari Al Quran dan Hadits. Mengapa Al Quran dan al Hadits perlu disarikan, bukanlah ia sudah sempurna? Benar, namun perlu dipahami bahwa sebagai manusia tanpa pembimbing seorang Nabi yang hidup ditengah2nya, maka tidak semua pengamalan ajaran itu sampai kepadanya secara utuh, hanya sebagian, meskipun Al Qurannya satu namun bagaimana kita saksikan sesama saudara saling caci dan saling bunuh. Bila diibaratkan maka Al Quran dan Sunnah adalah sebuah istana raksasa yang memiliki banyak pintu dan jendela. Ada pintu yang bisa dilewati apabila melewati pintu utama, bila tidak melewati pintu utama akan tertolak. Pintu utama itu sudah sering dilihat namun kebanyakan baru tahap berhayal telah melewatinya. Pintu utama itu adalah syahadat: suatu persaksian bahwa"Tuhan itu Hanya Allah (selain Allah bukan Tuhan)" dan pengakuan bahwa kita sampai digerbang ini karena bimbingan dari sang penghulu Nabi Muhammad Saw. Maka kita diijinkan masuk ke dalam istana tersebut.
Ternyata di dalamnya kita melihat suatu istana yang luar biasa megah dan memiliki banyak pintu, apa yang kita cari dibalik pintu-pintu ini, dan menuju kemana semuanya, maka Sang penghulu menunjukkan bahwa semua pintu tersebut menuju kepada Allah, dan kita dipersilahkan melewati pintu mana saja untuk menuju kepada Allah.

Pada perjalanannya, manusia-manusia yang lahir dan dipertemukan semasa beliau Saw masih terbimbing memasuki pintu-pintu ini, namun saat sang penghulu Saw meninggalkan dunia ini, banyak manusia bingung menggunakan peta petunjuk yang beliau tinggalkan. Maka lahirlah penghulu-penghulu baru. Penghulu-penghulu inipun ternyata tidak semuanya berkualifikasi baik, sebagian dari mereka belum mampu menunjukkan jalan yang dimaksud pada peta. Diambilnya jalan yang sama persis yang dilakukan oleh dirinya dan orang-orang sebelumnya, sehingga banyak yang merasa kepayahan melalui pintu yang ia lalui. Apabila penghulu baru ini faham kondisi seseorang maka tidaklah ia akan menyuruh si murid memasuki pintu tersebut. Karena Rasulullah sering memerintahkan seseorang untuk beramal berdasarkan potensi diri masing-masing. Di sini Allah menentukan kemana seorang melangkah, dan siapa-siapa yang ia temui, yang bersungguh-sungguh maka akan dibantu dengan apa  yang kita sebut hidayah.

Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi saw. pernah bersabda: Apabila salah seorang dari kalian menjadi imam, hendaknya mempercepat shalatnya, karena di belakangnya ada anak kecil, orang tua, orang lemah dan orang sakit. Bila shalat sendirian, ia boleh shalat sekehendak hatinya

Maka beberapa penghulupun mengambil suatu langkah yang paling sederhana yaitu: memulai langkah dari tobat, meninggalkan dosa, dan memperbaiki akhlak. Ternyata langkah tersebut membuat langkah mereka dimudahkan. Merekapun tidak takut tersesat karena semua bersesuaian seperti apa yang tercantum dalam peta petunjuk. Inilah ilustrasi tasawuf. Tidak ada hal baru yang diadakan dan ditiadakan, semua original, sesuai dengan petunjuk. Yang dituduhkan membuat baru adalah istilah yang diciptakan oleh orang lain. Dari istilah ini muncul tuduhan sebagai membuat hal baru. Naudzubillah mindzalik.

Sikap, sifat dan akhlak yang ditiru oleh mereka dari Nabi Muhammad Saw terdiri dari 3 tahapan:

1. Tazkiyatun nafs, atau yang dikenal dengan pensucian jiwa. Meninggalkan dosa dan bertobat. Tanpa melewati gerbang pertama ini seorang akan kacau dalam perjalanan hidupnya. Karena di dalam ajaran Islam, meninggalkan larangan, dosa, dan maksiat yang kecil maupun yang besar, mengenali dan menjauhi penyakit-penyakit hati seperti riya', sum'ah, ujub, hasad, dan sejenisnya, karena meninggalkan larangan adalah lebih utama daripada menjalankan ibadah. Berdasarkan hadits,"
“Apa-apa yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa-apa yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, adalah banyak bertanya dan penyelisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tazkiyatun nafs, dibangun dari 4 sendi:
a. Ibadah.
b. Mujahadah.
c. Riyadlat (riyadoh)
d. lillahita'ala.

2. Taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Pendekatan ini adalah tingkatan pengembangan dari tazkiyatun nafs. Dimana intensitas ibadah ditambah. Proses penambahan ini baru bisa dilaksanakan bila tazkiyatun nafs sudah bisa dilaksanakan secara istiqamah, bila belum mampu maka tidak dianjurkan menambahkan ibadah. namun lebih dianjurkan untuk bertobat. Orang yang sudah memasuki fase ini akan banyak zikirnya, banyak sholatnya, banyak doanya, dan tidak peduli dengan kesenangan jasmani.

3. Hudhur al qalb ma'a Allah. Memfokuskan diri kepada usaha untu merasakan kehadiran Allah. Pada saat Allah hadir dalam qalbu seorang hamba, maka hatinya akan diliputi oleh cahaya Allah, saat hati diliputi cahaya Allah, mereka merasa terpukau dan tidak mempedulikan keadaan sekelilingnya. Orang yang sudah melewati pintu terakhir ini adalah orang-orang yang perilakunya dikehendaki oleh Allah, dimudahkan dalam melaksanakan kewajiban, dimudahkan rezekinya sehingga hatinya tidak lagi berpaling, amalan, akhlaknya akan mendekati akhlak sang penghulu Nabi Muhammad Saw.

Suru-guru sufi dan penganut jalan spiritual tidak terlalu terpengaruh dan sebagian tidak merespon atau membalas dengan hujatan atau dengan emosional, karena hidup mereka tidak untuk mencari kemuliaan di mata manusia, hidup mereka hanya mereka serahkan dan tertuju kepada Allah semata. Kalau ada pengikuti tasawuf atau sufi yang senang berdebat berarti adalah seseorang yang mengaku-ngaku sufi. Karena orang tersebut belum melewati pintu pertama dan masih merasa dirinya benar. Dalam berdebat dikhawatirkan ada perasaan merasa benar, berharap kewibawaan di mata manusia yang jelas-jelas merupakan riya', dan riya' termasuk syirik kecil dan syrik apapun bentuknya adalah dosa besar tak berampun. Dan janganlan anda terpengaruh dengan turut menghujat ulama-ulama yang dikenal dalam tasawuf, khawatirnya nih di akhirat kelak amalan anda menjadi musnah, karena habis untuk mencaci ulama-ulama dalam tasawuf. Wahai fulan apa engkau kenal dengan Ibnu Araby? saya hanya mengenal hanya namanya dan prestasi buruknya....! Kemudian Ibnu Araby ditampakkan diwajah si fulan dengan seluruh amalan-amalannya yang bertolak belakang atas fitnah yang ditujukan kepadanya kemudian si pencela-pencela yang selama ini hanya mendengar dari fulan..fulan...fulan .....kemdian mengatakan ....Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).......seperti dikutip dalam surat Al Ahzab: yang terjadi hanya penyesalan....Akhirulkalam, jangan ikut-ikutan nyela orang yang diulamakan oleh kelompok lain karena mendengar dari anu si anu, tulisan si anu sama si anu kalau anda tidak bertemu langsung dengan orang-orang yang dicela tersebut, karena khawatirnya mereka dalam posisi yang benar. Jangan sampai (naudzubillah mindzalik) anda termasuk kelompok pencela yang akhirnya masuk dalam kelompok ini (ikut-ikutan menghujat tanpa pernah ketemu dengan ybs). Dalam isi sebuah hadits dari web tetangga:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالْفُسُوقِ وَلَا يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kata fasiq, dan menuduhnya dengan kata kafir, kecuali tuduhan itu akan kembali kepada si penuduh jika orang yang tertuduh tidak seperti yang dituduhkan. [HR Bukhari]
“Tahanlah dari kalian (jangan menyerang) orang ahli La ilaha ilallah (yakni orang muslim) janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa” dalam riwayat lain “janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu perbuatan”, dari Abdullah bin Umar. (HR Ath Thabrahiy).

67. Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). 
68. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar." 
69. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Ah Ahzab)


Wallahualam